Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menyebut, ribut-ribut antara Puan Maharani dengan Ganjar Pranowo dalam persaingan tiket calon presiden 2024 merupakan dinamika biasa.Â
"Apa yang menjadi sorotan media akhir-akhir ini misalnya terjadi di Jawa Tengah. Bagi PDIP itu dinamika politik biasa," ujar Hasto dalam diskusi daring, Jumat (28/5/2021).
Baca Juga
Hasto menyebut, dinamika internal PDIP mengenai panasnya hubungan Ganjar Pranowo dan Puan Maharani pernah terjadi saat pencalonan Joko Widodo, Basuki Tjahaja Purnama, hingga terakhir pemilihan Eri Cahyadi sebagai calon Wali Kota Surabaya dalam Pilkada 2020.
Advertisement
Ia mengatakan, dinamika tersebut merupakan bagian dialektika internal PDIP yang biasa. "Semua menunjukan adanya dialektika di internal PDIP," kata dia.
Namun, PDIP punya mekanisme kepemimpinan untuk mengarahkan dialektika tersebut untuk menghadapi Pemilu. PDIP melakukan konsolidasi di internal kepartaian.
"Tetapi kami punya kultur kami punya mekanisme kepemimpinan mengarahkan dialektika tersebut bagi kesiapsiagaan partai menyongsong pemilu. Langkah ini yang kami lakukan. Konsolidasi kepartaian wajib dilakukan saat bersamaan kami punya tugas dan tanggungjawab dalam menjaga kohesivitas pemerintahan Jokowi-Ma'ruf agar secepatnya menghadapi pandemi Covid-19," kata Hasto.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Ganjar: Sampai Saat Ini Saya Tidak Pernah Berkonflik dengan Puan Maharani
Ganjar Pranowo buka suara soal kabar ketegangan hubungan dirinya dengan Ketua DPP PDI Perjuangan, Puan Maharani. Dalam video yang diunggah akun Instagram @katakitaig, Jumat (28/5/2021), Ganjar menyebut dirinya tak ada konflik dengan putri Ketua Umum PDI Perjuangan itu.
"Sampai dengan hari ini saya gak pernah berkonflik dengan beliau. Baik-baik saja," ujar Ganjar.
Ganjar mengaku sakit hati ketika banyak pihak yang membenturkan dirinya dengan Puan. Padahal menurut Gubernur Jawa Tengah itu dirinya begitu menaruh hormat dengan Puan.
"Saya sangat hormat dengan Mbak Puan, sangat-sangat hormat," tuturnya.
Ganjar menyebut Puan Maharani merupakan sosok yang sangat berjasa bagi dirinya. Dirinya masih ingat ketika maju sebagai calon Gubernur Jateng pada 2013 silam, saat elektabilitasnya sangat rendah.
"Mbak Puan-lah sebenarnya komandan tempur, saya juga tidak punya modal saat itu, maka partai (PDI Perjuangan) yang bergerak sehingga saya menang. Saya tidak pernah lupa itu," ujar dia.
Sebagai orang Jawa, Ganjar juga bilang dirinya kerap dididik soal makna peribahasa Mendem Jero Mikul Dhuwur.
"Ketika kemudian di medsos seperti itu saya sungguh-sungguh sangat sakit. Saya ini orang Jawa satu keluarga yang diajari untuk 'Mendem Jero Mikul Dhuwur'" tekan Ganjar.
Mendem Jero Mikul Dhuwur merupakan peribahasa Jawa. Pribahasa ini kurang lebih memiliki makna menjunjung tinggi derajat orang tua dan menutupi kekurangan aib keluarga. Atau menjunjung tinggi orang yang dihormati dan memendam aibnya.
Dugaan perseteruan antar sesama kader partai Banteng itu mencuat berawal dari tak diundangnya Gubernur Jawa Tengah itu dalam acara penguatan soliditas kader menuju 2024, Sabtu 22 Mei 2021.
Dalam acara itu Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani memberikan pengarahan kader di Kantor DPD PDIP Jateng. Disebutkan seluruh kader di Jateng banteng hadir, namun Gubernur Jateng yang juga politikus PDIP Ganjar Pranowo tidak nampak pada pengarahan tersebut.
Ditanya soal ketidakhadirannya, Ganjar mengaku dirinya tidak diundang ke acara Puan tersebut. "Saya tidak mendapatkan undangan," kata Ganjar pada Liputan6.com, Minggu (23/5/2021).
Â
Reporter: Ahda Bayhaqi
Sumber: Merdeka.com
Advertisement