Liputan6.com, Jakarta - Direktur non-aktif Sosialisasi dan Kampanye Antikorupsi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Giri Suprapdiono meyakini, jika Ketua KPK Firli Bahuri bisa saja tidak lolos tes wawasan kebangsaan yang digelar untuk pegawai KPK. Hal itu diyakini dari pengalaman tes bersama Giri dan Firli yang pernah dijalani saat seleksi pimpinan KPK.
"Saya dulu calon pimpinan (KPK), bareng Pak Firli juga. Bahkan satu kelompok dalam diskusi. Jadi, kita tahu bagaimana sikap dalam tes tersebut, dan kita sama-sama lulus tes kebangsaan, tes radikalisme," kata Giri dalam keterangan diterima, Sabtu (5/6/2021).
"Jadi kalau misalkan kita dites lagi, bisa jadi dua-duanya tidak lulus? karena kita sama-sama lulus dites yang sama," yakin dia.
Advertisement
Diketahui, Giri adalah salah satu pegawai KPK yang telah mengabdikan dirinya selama 16 tahun di KPK. Giri juga memiliki segudang prestasi yang diantaranya, pernah menerima penghargaan Makarti Bhakti Nagari Award pada Desember 2020; lulusan terbaik pelatihan kepemimpinan nasional II angkatan XVII di Lembaga Administrasi Negara (LAN).
Terkait wawasan kebangsaan, pengetahuannya jelas tidak diragukan. Giri acapkali diundang sebagai narasumber wawasan kebangsaan dan antikorupsi di Seskoad, Lemhanas, Sespim Polri, hingga Intelstrat BIN dan ITB.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Tak Hadiri Diskusi soal Wawasan Kebangsaan
Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri tak hadir saat debat melawan Direktur Sosialisasi dan Kampanye Antikorupsi KPK Giri Suprapdiono terkait polemik tes wawasan kebangsaan (TWK). Adapun debat seharusnya digelar di Gedung Merah Putih KPK Jakarta, Jumat (4/6/2021).
"Mungkin ditanyakan (kenapa tak hadir) ke yang bersangkutan (Firli). Saya hadir hanya sebagai yang ditantang saja," ujar Giri kepada wartawan, Jumat (4/6/2021).
Debat itu dimodetatori peneliti Indonesian Corruption Watch (ICW) Kurnia Ramadhana serta dihadiri presenter Najwa Shihab melalui virtual. Meski telah menunggu cukup lama, Firli tetap tak menampakkan batang hidungnya.
Padahal, pihak ICW mengaku sudah memberikan undangan resmi agar Firli dapat hadir dalam debat tersebut. Giri mengatakan debat ini merupakan sarana untuk mencerdaskan masyarakat karena TWK sangat tertutup.
"Tetapi yang penting bukan menang kalah, ini sarana kita untuk mencerdaskan pada publik, karena tes wawasan kebangsaan ini tertutup sekali. Kita nggak pernah tahu siapa 75, tidak pernah tahu 51, tidak pernah tahu soal proses metodologi. Bahkan orang yang mewawancarai kita pun juga tidak mengetahui kita juga," jelas dia.
Menurut dia, acara debat ini dibuat oleh netizen di media sosial. Giri mengaku awalnya hanya menganggap tantangan debat dengam Firli sebagai candaan netizen.
"Saya bertanya bercanda di sana, kalau kalah siap mundur atau tidak, gitu. Kalau saya siap mundur. Jadi dengan konsekuensi itu hari ini apakah ada yang nggak siap mundur, saya pikir mungkin ditanyakan ke yang bersangkutan," kata dia.
Giri menekankan bahwa keterbukaan dan transparansi merupakan ciri khas tata kelola pemerintahan. Namun, hal ini dilanggar dalam TWK yang menjadi proses pengalihan status pegawai KPK menjadi ASN.
Â
Advertisement