Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim menyebut bahwa sekitar 30 persen sekolah di Indonesia telah melakukan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas. Sekolah menggelar PTM terbatas sesuai situasi dan kondisinya masing-masing.
Sebagian baru memulai PTM terbatas beberapa bulan terakhir, ada pula yang sudah melakukan PTM terbatas sejak tahun lalu.
Nadiem menyampaikan, sekolah yang sudah atau dalam proses melakukan PTM terbatas dengan durasi belajar dan jumlah murid berbeda tetap diperbolehkan selama mengikuti protokol kesehatan dan di bawah batas maksimal yang tercantum dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19.
Advertisement
Lebih lanjut, Nadiem menegaskan, sekolah bisa menerapkan PTM terbatas secara perlahan.
“Tidak ada perubahan dalam SKB. SKB tersebut menuangkan aturan maksimal. Sekolah bisa menerapkan PTM terbatas dengan sedikit demi sedikit," katanya di kantor Kemendikbudristek, Jakarta, Rabu (9/6/2021).
Mantan Bos Gojek Indonesia itu menekankan, PTM terbatas tidak sama seperti sekolah tatap muka biasa.
“Apa yang Bapak Presiden sampaikan pada Senin (7/6/2021) lalu benar bahwa pembelajaran yang kita upayakan bersama adalah tatap muka terbatas. Sekali lagi, terbatas,” tekan Nadiem.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Hanya 25 Persen Murid
Menurut Nadiem, Presiden Joko Widodo atau Jokowi memberikan contoh praktik baik dalam melaksanakan PTM terbatas, di mana satuan pendidikan dapat mengatur satu kelas hanya diisi 25 persen murid, kegiatan belajar mengajar hanya dua jam dan satu minggu hanya dua kali pertemuan.
Presiden menyampaikan bahwa pembelajaran jarak jauh pada kenyataannya menyulitkan anak, orang tua, dan guru. Untuk itu PTM terbatas bisa dijadikan jalan tengah antara kesulitan belajar secara jarak jauh dengan kekhawatiran penularan Covid-19.
“Beliau menyampaikan, kita harus memiliki keberanian untuk mendorong PTM terbatas yang tentu saja disertai penerapan protokol kesehatan yang sangat ketat,” tutup Nadiem.
Advertisement