Liputan6.com, Jakarta - Buronan kelas kakap kasus pembalakan liar di Mandailing Natal, Sumatera Utara Adelin Lis berhasil ditangkap tim Kejaksaan Agung. Dia ditangkap pihak Imigrasi Singapura terkait pemalsuan paspor.
Kejaksaan Agung menerangkan kronologi penangkapan Adelin Lis ini. Berawal KBRI Singapura menerima surat dari Immigration and Checkpoint Authority (ICA) Singapura pada tanggal 4 Maret 2021.
Surat dari ICA tersebut berisikan permintaan verifikasi atas identitas sebenarnya dari Adelin Lis dan apakah passport Nomor B 7348735 atas nama Hendro Leonardi secara sah diterbitkan oleh pihak berwenang di Indonesia.
Advertisement
Adelin Lis sebelumnya ditangkap Otoritas Singapura pada Rabu (16/6) karena menggunakan paspor palsu atas nama Hendro Leonardi.
"Saat itu ICA mendeteksi dan melakukan penangkapan terhadap yang bersangkutan di Bandara Changi tanggal 28 Mei 2018. Kepala Perwakilan RI di Singapura kemudian menyampaikan brafax kepada Jaksa Agung RI perihal proses hukum WNI atas nama Hendro Leonardi atas Dakwaan Pemalsuan Identitas atas nama Adelin Lis," kata Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung Leonard Eben Ezer Simanjuntak dalam keterangannya, Minggu (20/6/2021).
Leonard menyampaikan, berdasarkan data polisi, Adelin merupakan DPO. Bahkan, Adelin masuk ke dalam Red Notice Interpol No. A-2671/1-12007, tanggal 19 November 2007 dan belum daluwarsa.
"Data yang diterima oleh ICA Singapura terhadap WNI yang mengaku Hendro Leonardi dibandingkan dengan data yang terdapat dalam sistem imigrasi Indonesia dan juga data dari Polda Sumatera Utara yaitu DPO atas nama Adelin Lis oleh Pusinafis Polri. Pada hari Selasa, tanggal 9 Maret 2021, dari hasil pencocokan ke semua data di atas didapatkan hasil bahwa semua data sidik jari merupakan identik dengan 12 titik indikator yang sama," katanya.
Selanjutnya, Kejaksaan pada KBRI Singapura melakukan koordinasi dengan Biro Hukum dan Hubungan Luar Negeri Kejaksaan Agung, dan diperoleh informasi bahwa Hendro Leonardi merupakan buronan Kejaksaan RI berdasarkan Putusan Mahkamah Agung dengan Nomor Putusan 68 K/PID.SUS/2008, tanggal 31 Juli 2008.
Hendro Leonardi alias Adelin Lis juga merupakan subyek Red Notice Interpol No. A-2671/1-12007, tanggal 19 November 2007 dan belum kadaluwarsa.
"Pada tanggal 15 Maret 2021, dilaksanakan proses hukum lanjutan terhadap Hendro Leonardi alias Adelin Lis, bertempat di State Court Singapura. Pada sidang tersebut, DPP Penuntut Umum meminta penundaan sidang ke tanggal 27 April 2021 karena meminta waktu untuk mempelajari surat dari KBRI Singapura kepada ICA," katanya kembali.
Pada 27 April 2021, dilaksanakan sidang lanjutan terhadap Adelin Lis bertempat di State Court Singapura. Dalam sidang, Adelin Lis mengaku bersalah atas dakwaan pelanggaran keimigrasian yang diajukan oleh DPP Penuntut Umum. Hakim menerima pengakuan bersalah tersebut dan menjadwalkan pemidanaan, tanggal 9 Juni 2021.
Dalam hal ini, Duta Besar Republik Indonesia telah menyampaikan surat pada 4 Juni 2021 kepada Burhanuddin. Dubes RI menyarankan untuk melakukan dua skenario penjemputan yaitu penjemputan dengan menyewa pesawat carter dari Indonesia, dan dibawa dengan pesawat komersial Garuda Indonesia melaui mekanisme Transit atau connect@Changi.
"Hal tersebut dilakukan sebagai langkah antisipasi proses Repatriasi Hendro Leonardi alias Adelin Lis. Terhadap kedua opsi tersebut, KBRI merekomendasikan untuk melakukan penjemputan dengan menggunakan pesawat Carter," ujarnya.
Leonard menyatakan, penjemputan diperkirakan tanggal 14-20 Juni 2021, sambil menunggu Putusan Pengadilan Singapura tanggal 9 Juni 2021, dan kebijakan penanganan Covid-19 Pemerintah Singapura.
Pada 16 Juni 2021, KBRI secara resmi sudah menyampaikan keinginan penegak hukum Indonesia bagi diizinkannya penjemputan khusus kepada buronan kelas kakap ini. Kementerian Luar Negeri Singapura tidak memberikan izin untuk penjemputan secara langsung.
Hal ini dikarenakan sesuai dengan aturan hukum Singapura, Adelin Lis hanya akan dideportasi dengan menggunakan pesawat komersial.
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Dipulangkan ke Indonesia
Bahkan putra Adelin Lis melalui Kantor Pengacara/Advokat Dr. Parameshwara & Partners, Medan, menyurati Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara Nomor: VI-XXII/P&P/P/VI/2021 pada tanggal 11 Juni 2021. Dia meminta Adelin Lis diizinkan untuk pulang sendiri ke Medan dan akan datang ke Kejaksaan Negeri Medan.
"Adelin Lis bahkan sudah memesan tiket ke Medan untuk penerbangan 18 Juni 2021, padahal saat dijatuhi denda oleh Pengadilan Singapura meminta untuk dibayar dua kali karena mengaku mengalami kesulitan keuangan. Bahkan selanjutnya meminta agar bisa ditahan di Lapas Tanjung Gusta," ujarnya.
Atas surat dari anak terpidana, Jaksa Agung mengirimkan surat kepada Duta Besar Republik Indonesia di Singapura tanggal 16 Juni 2021. Dia meminta Adelin Lis adalah buronan Kejaksaan berisiko tinggi (high risk fugitive) yang sudah yang sudah 14 tahun menghindari eksekusi pidana penjara, denda dan uang pengganti.
Surat itu meminta kepada Duta Besar Republik Indonesia di Singapura agar Adelin Lis dipulangkan ke Jakarta melalui sarana transportasi yang aman, yaitu menggunakan pesawat Garuda Indonesia atau dengan pesawat charter.
KBRI Singapura diminta membuat Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP) dari Singapura menuju Jakarta tidak diserahkan terlebih dahulu kepada yang bersangkutan atau otoritas Imigrasi di Singapura. Sebelum didapat kepastian mengenai penjemputan dan jaminan keamanan yang memenuhi kelayakan pemulangan buronan Kejaksaan berisiko tinggi.
Adelin akhirnya dipulangkan pada Sabtu tanggal 19 Juni 2021, pukul 17.40 WIB (18.40 SIN). Adelin Lis masuk ke dalam pesawat Garuda Indonesia GA 837. Adelin dikawal ketat 4 orang petugas Kepolisian Singapura dan melewati jalur khusus karena yang bersangkutan sebagai DPO Berisiko Tinggi (High Risk Fugitive) sampai ke dalam pesawat Garuda Indonesia.
"Di dalam pesawat Garuda Adelin Lis didudukkan di seat 57 T dan langsung diapit oleh Petugas Kejaksaan Republik Indonesia seat 57 G dan 57 F," pungkasnya.
Reporter: Ronald
Sumber: Merdeka.com
Advertisement