Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut, hingga kini belum ada studi atau penelitian ilmiah yang menyatakan bahwa Covid-19 varian B.1167.2 atau Delta dapat menular saat berpapasan. Adapun varian asal India ini diketahui memang memiliki tingkat penularan yang lebih cepat.
"Belum (ada) ya (penelitian atau studi ilmiah soal varian Delta bisa menular saat berpapasan). Belum ada rencana (Kemenkes) mengkaji saat ini," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Nadia Tarmizi saat dikonfirmasi, Kamis (24/6/2021).
Menurut dia, lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia saat ini dikarenakan tingginya mobilitas masyarakat saat libur Lebaran 2021, kerumunan di tempat wisata, dan protokol kesehatan yang kendor. Selain itu, Nadia mengakui kenaikan kasus Covid-19 juga disebabkan munculnya varian baru virus Corona.
Advertisement
"Jelas mobilitas sebagai akibat arus mudik dan arus balik kemarin, kerumumann di tempat wisata, prokes yang kendor dari masyarakat. Ini menambah varian baru menajdi lebih mudah beredar dan akhirnya menjadi tambahan penyebab peningkatan laju penularan," jelas dia.
Nadia pun meminta masyarakat untuk meningkatkan kedisiplinan terhadap protokol kesehatan. Kemudian, melakukan vaksinasi Covid-19 agar terbentuk herd immunity atau kekebalan komunal.
"Antisipasi perkuat 3M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan), testing dini dan segera vaksinasi," ucap Nadia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Perlu dibuktikan ilmiah
Sebelumnya, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan adanya pernyataan terkait Covid-19 varian delta memiliki kemampuan menular saat berpapasan dengan penderita perlu dibuktikan dengan penelitian ilmiah.
"Varian Delta bisa menular hanya dengan berpapasan itu sesuai sambutan seorang tokoh. Tentu akan baik kalau lalu diikuti dengan penelitian ilmiah pula," kata Tjandra saat dikonfirmasi di Jakarta, Kamis (24/6/2021).
Tjandra mengatakan, SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 telah diumumkan kepada publik bahwa memiliki kemampuan menular melalui percakapan maupun embusan napas.
Mantan Direktur WHO Asia Tenggara itu menambahkan varian Delta memang terbukti meningkatkan penularan dengan jeda waktu penggandaan virus di dalam tubuh seorang pasien berkisar antara 4,5 sampai 11,5 hari.
"Data yang dikumpulkan WHO sampai 8 Juni 2021 menunjukkan dampak Delta membuat penyakit menjadi lebih berat dan parah, bahkan menyebabkan kematian masih belum terkonfirmasi," katanya.
Namun ada pula laporan varian Delta memicu peningkatan perawatan rawat inap di rumah sakit. Di sisi lain, kata Tjandra, memang ada beberapa laporan yang membahas tentang kemungkinan lebih beratnya penyakit yang ditimbulkan varian ini.
Advertisement