Sukses

Gelombang Kedua Covid-19 di Depan Mata

Saat ini Indonesia sedang menghadapi cobaan berat. Dalam waktu singkat jumlah penderita Covid-19 meningkat sangat pesat.

Liputan6.com, Jakarta - Saat ini Indonesia sedang menghadapi cobaan berat. Dalam waktu singkat jumlah penderita Covid-19 meningkat sangat pesat.

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyebut, gelombang kedua Covid-19 tidak bisa dihindari.

"Rumah sakit dan tenaga medis menjadi kewalahan, gelombang kedua pandemi Covid-19 tidak bisa terelakkan, untuk itu pemerintah bergerak sangat sigap dan bertindak cepat," kata Moeldoko dalam akun instagramnya, Kamis (24/6/2021).

Moeldoko mengatakan saat ini pemerintah terus menambah fasilitas kesehatan, pengobatan terbaik hingga target satu juta vaksin per hari terus diupayakan.

"Pemerintah tidak kenal lelah dalam melakukan kegiatan testing tracing dan juga treatmen," bebernya.

Walaupun, kata Moeldoko, hal tersebut juga tidak cukup. Perlu dukungan seluruh masyarakat. Dengan cara tersebut Indonesia akan terbebas pandemi.

"Meningkatnya penyebaran covid-19 ini tidak pandang bulu dan menyerang siapa saja, bisa saja menyerang teman kita, tetangga kita, istri kita, suami atau anak kita, bahkan mungkin kita sendiri," beber Moeldoko.

Akibat lonjakan kasus Covid-19 ini, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, terus berupaya menambah jumlah tempat tidur untuk pasien Covid-19, menyusul lonjakan kasus virus Corona. Pemerintah pun akhirnya mengubah ruang IGD di RS Rujukan Covid-19 menjadi tempat ruang perawatan.

"Kita akan mengubah semua kamar IGD menjadi kamar isolasi. Sehingga dengan demikian perawatan yang normal bisa dilakukan di sana untuk menampung pasien-pasien yang sudah masuk rumah sakit, mendapatkan perawatan seperti di kamar biasa," jelas Budi dalam konferensi pers soal penanganan Covid-19 di Youtube Sekretariat Presiden, Jumat (25/6/2021).

Sementara itu, kata dia, pemerintah akan membangun layanan tenda di luar rumah sakit untuk pelayanan IGD. Dengan begitu, pasien yang masuk IGD akan diperiksa di tenda yang sudah dibangun di halaman rumah sakit.

"Layanan IGD-nya kita sudah memutuskan untuk membangun tenda di luar rumah sakit supaya yang ingin di cek masuknya ke sana, tidak masuk ke ruangan IGD. Karena (IGD) ini akan dipakai sebagai tambahan tempat tidur," kata Menkes Budi.

Selain itu, pemerintah mengonversikan tiga rumah sakit besar di Jakarta yakni, RS Fatmawati, RSPI Sulianti Saroso, dan RS Persahabatan menjadi RS Rujukan Covid-19. Artinya, tiga rumah sakit milik pemerintah ini akan 100 persen menangani pasien Covid-19.

Budi menyampaikan ketiga rumah sakit ini sudah dilengkapi dengan peralatan yang lengkap serta dokter dan perawat berpengalaman. Dia menargetkan konversi tiga rumah sakit ini bisa rampung dalam pekan ini.

"Sehingga bisa menambah jumlah tempat tidur untuk melayani rakyat Jakarta yang sudah lengkap langsung fasilitas dan tenaga kesehatan," ujar Budi.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Situasi Luar Biasa

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan Indonesia masih dalam situasi luar biasa atau extraordinary yang membutuhkan kecepatan dan ketepatan kebijakan.

"Saya ingin mengingatkan kepada kita semuanya bahwa pandemi belum berakhir. Kita harus tetap waspada dan situasi yang kita hadapi masih dalam situasi extraordinary yang harus direspons dengan kebijakan yang cepat dan tepat," ujar Jokowi dalam siaran langsung di Youtube Sekretariat Presiden, Jumat (25/6/2021).

Untuk itu, dia meminta seluruh jajaran dan kepala daerah menyatukan frekuensi dalam menangani pandemi Covid-19. Terlebih, saat ini kasus virus corona di Indonesia tengah melonjak drastis pasca-libur Lebaran 2021.

"Baik di semua tataran lembaga negara dan di seluruh jajaran pemerintah pusat dan daerah," katanya.

Jokowi mengatakan pemerintah telah melakukan berbagai langkah-langkah extraordinary, sejak Covid-19 masuk Indonesia pada Maret 2020. Salah satunya, merombak anggaran pendapatan belanja negara (APBN) dengan refocussing dan realokasi anggaran di seluruh jenjang pemerintahan.

"(Kemudian) Memberi ruang relaksasi APBN dapat diperlebar di atas 3 persen selama 3 tahun," ucap Jokowi.

Dia mengatakan pelebaran defisit dilakukan pemerintah karena kebutuhan belanja negara seakin meningkat untuk penanganan kesehatan dan perekonomian. Padahal, saat itu pendapatan negara mengalami penurunan.

"Kita juga mendorong berbagai lembaga negara melakukan sharing the pain, menghadapi pandemi dengan semangat kebersamaan, menanggung beban bersama seperti burden sharing yang dilakukan pemerintah bersama Bank Indonesia," tutur Jokowi.

Â