Liputan6.com, Jakarta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengizinkan penggunaan vaksin Sinovac dengan dosis 600 SU/0,5 mL untuk anak-anak usia di atas 12 tahun ke atas. Izin itu tertuang Surat Pengajuan Nomor RG.01.02.322.06.21.00169/T mengenai Hasil Evaluasi Khasiat dan Keamanan Komite Nasional Penilai Obat yang mereka kirim ke Bio Farma tertanggal 27 Juni.
Setelah dilakukan uji klinis dan dengan pertimbangan data epidemiologi Covid-19 di Indonesia menunjukkan mortalitas tinggi pada usia 10-18 tahun. Mengetahui hal tersebut, Ketua DPR RI Dr. (H. C) Puan Maharani mengajak para orang tua untuk memvaksinasi anak-anaknya di sentra vaksinasi Covid-19
“Ayo para orang tua Indonesia siap-siap untuk mengajak anak vaksinasi. Ini saatnya untuk memberikan anak-anak kita perlindungan terbaik terhadap virus Covid-19,” ucap Puan dalam keterangan tertulis yang diterima Parlementaria, Senin (28/6/2021).
Advertisement
Menurut politisi PDI-Perjuangan itu, lonjakan kasus Covid-19 pada anak-anak membuktikan bahwa Corona bisa menyerang siapa saja. Waktu awal masa pandemi, tidak ada yang menyangka bahwa anak-anak akan terpapar virus ini, tapi nyatanya seiring berjalannya waktu terjadi juga.
Berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia, jumlah kasus Covid-19 dengan pasien anak di Indonesia mencapai 12,5 persen dari total kasus Covid-19 di Indonesia.
“Berarti ibu-ibu harus lebih bawel lagi soal protokol kesehatan kepada keluarganya. Saya ini juga seorang ibu, saya setiap hari selalu ingatkan anak-anak saya untuk jaga protokol kesehatan, padahal usia mereka sudah bukan anak kecil lagi. Tapi maklumlah, saya ini ibu-ibu juga,” ungkap Puan.
Peran Orang Tua
Di lain sisi, mantan Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan ini menyadari bahwa beban orang tua, terutama seorang ibu di rumah sungguh berat, apalagi bagi mereka yang masih memiliki buah hati usia sekolah. Pembelajaran jarak jauh (PJJ) menambah tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak.
“Biasanya kan yang bantu anak mengerjakan PR sekolah atau tugas-tugas lain itu ibu. Padahal ibu juga masih ada yang harus bekerja meskipun work from home,” ujar Puan.
Untuk itu, ia mengingatkan bahwa peran untuk memastikan keselamatan anak ada di tangan kedua orang tua sehingga ayah dan ibu harus bekerja bersama.
“Berbagi tugas supaya orang tua tidak burnout, karena kan mengasuh anak butuh kesabaran ekstra,” ungkap Puan.
Ia mengatakan bahwa dengan vaksinasi, imunitas anak terhadap virus Corona akan terbentuk sehingga melindungi mereka dari risiko terpapar. Ketika pembelajaran tatap mulai mulai digelar, tubuh anak diharapkan lebih kuat melawan Covid-19.
“Semoga vaksinasi anak ini dapat mempercepat realisasi pembelajaran tatap muka yang rencananya dilaksanakan pada Juli 2021. Tapi ingat untuk tetap menjalankan protokol kesehatan ya,” kata Alumni FISIP Universitas Indonesia tersebut.
Advertisement
Puan Minta Asupan Gizi Anak Tercukupi
Selain prokes, ia mengingatkan setelah vaksin pun orang tua harus menjaga asupan gizi anak tetap cukup dan seimbang. Dia menjelaskan tentang gerakan
“Isi Piringku”, kebiasaan makan makanan sehat sekaligus untuk mengangkat makanan khas daerah, yang diiringi dengan perilaku hidup bersih dan sehat seperti kebiasaan cuci tangan, banyak beraktivitas fisik, rutin memantau berat badan agar tetap normal, serta banyak minum air putih.
“Sejak 2017 saya dorong itu gerakan ‘Isi Piringku’, yaitu makan makanan yang sehat dengan gizi seimbang. Ini bermakna 10 pesan gizi seimbang dengan porsi makanan yang terdiri atas makanan pokok, lauk pauk, sayur-sayuran, dan buah-buahan,” kata legislator dapil Jawa Tengah V tersebut.
Pada masa pandemi ini, lanjut Puan, asupan gizi yang baik sangat penting untuk menjaga kesehatan dan keselamatan, terutama anak-anak, dari berbagai penyakit menular. Ketika masih menjabat Menko PMK, salah satu agenda kerja Puan adalah memperbaiki gizi anak Indonesia serta menurunkan angka stunting pada anak. Menurutnya, hal ini penting karena menyangkut masa depan SDM bangsa berkualitas yang memiliki produktivitas optimal.
Puan mengutip data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 yang menyebutkan bahwa prevalensi gizi kurang pada balita sebesar 19,6 persen, obesitas sentral 26,6 persen, kemudian masalah stunting atau perawakan pendek pada Balita 37,2 persen.
“Makanya waktu itu saya dorong terus supaya persentase penyakit stunting bisa ditekan sampai mendekati batas minimal yang ditetapkan WHO sebesar 20 persen dari jumlah bayi,” ucap Puan.
Adapun pada 2016, lanjut dia, angka stunting turun sekitar 30 persen dan tahun 2017 sudah turun menjadi 27,5 persen. Meski demikian, pemerintah harus melanjutkan menurunkan angka ini hingga mencapai batas minimal dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
“Dorong terus sampai kurang dari 20 persen. Semakin sehat anak-anak kita semakin kuat imunitas mereka dalam melawan Covid-19 sehingga tidak mudah terpapar,” tutup Puan.
(*)