Sukses

Cegah Covid-19 Varian Delta Plus, IDI Desak Pemerintah Perketat Akses Masuk Indonesia

Desakan disuarakan Slamet lantaran varian Delta saat ini sangat infeksius karena penularan cukup tinggi.

Liputan6.com, Jakarta Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr. Slamet Budiarto mendesak pemerintah secara tegas memperketat akses keluar masuk Indonesia di tengah lonjakan kasus positif Covid-19. 

Slamet khawatir, jika akses keluar masuk masih longgar, akan terjadi kembali ledakan varian delta plus.

"Jangan sampai nanti ada varian Delta Plus masuk lagi. Kita bisa mengendalikan Delta, masuk Delta Plus meledak lagi," ucap Slamet dalam diskusi virtual yang dikutip melalui channel YouTube Holopis Channel, Senin (29/6/2021).

Desakan disuarakan Slamet lantaran varian Delta saat ini sangat infeksius karena penularan cukup tinggi. Belum lagi, Slamet mengaku ada laporan bahwa varian Delta mampu menembus lapisan masker.

Bahkan, imbuh Slamet, masker ganda sekalipun dilaporkan tidak mampu membendung virus tersebut.

"Ada beberapa pakar yang mengatakan 1 masker tembus 2 masker tembus. Jadi artinya apa? Varian Delta ini sangat infeksius sekali," jelasnya.

Sementara, data Kementerian Kesehatan mencatat, kasus varian baru Covid-19 di Indonesia kembali bertambah. Data 20 Juni 2021, masih 211 kasus varian baru Covid-19. Pada 22 Juni 2021, naik menjadi 309 kasus.

Dari total 309 kasus varian baru Covid-19, 254 di antaranya merupakan varian B16172 asal India atau Delta. Sementara sisanya, 49 kasus varian B117 atau Alfa dan 6 kasus varian B1351 Beta.

"Iya sudah tambah kasus varian Delta jadi 254," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, Sabtu, 26 Juni 2021.

 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Kasus Varian Delta Meningkat

Nadia menjelaskan, 309 kasus varian baru Covid-19 tersebar di 14 provinsi. Namun, khusus varian Delta yang memiliki tingkat penularan sangat tinggi tersebar di sembilan provinsi.

Sembilan provinsi tersebut adalah DKI Jakarta dengan 96 kasus varian Delta, Jawa Tengah 80, Jawa Barat 48, Jawa Timur 18, Sumatera Selatan 3 dan Kalimantan Tengah 3. Kemudian Kalimantan Timur 3, Banten 2, Kalimantan Selatan 1.

Sementara 49 kasus varian Alfa ditemukan di 10 provinsi. Yakni, DKI Jakarta memiliki 33 kasus varian Alfa, Jawa Barat 6, Jawa Timur 2, Sumatera Utara 2 dan Jawa Tengah 1. Kemudian Sumatera Selatan 1, Bali 1, Kepulauan Riau 1, Riau 1 dan Kalimantan Selatan 1.

Adapun kasus varian Beta hanya tersebar di 3 provinsi yakni DKI Jakarta 4, Jawa Timur 1 dan Bali 1. 

 

Reporter: Yunita Amalia

Sumber: Merdeka.com