Kelangkaan premium dan solar di sejumlah SPBU di Jakarta berlanjut. Seperti terlihat di SPBU 3413208 Ramangun, Jakarta Timur, pasokan premium dan solar sudah habis. Saat ini hanya satu kran yang buka, itu pun untuk pertamax dan pertamax plus.
"Kondisi ini sudah diberitahukan ke Pertamina, tapi belum ada konfirmasi. SPBU sendiri tidak bisa berbuat banyak dan hanya menunggu penerimaan," jelas Suratmin, staf manajemen SPBU 3413208 di Jakarta, Selasa (27/11/2012) pagi.
Dia mengaku jatah yang diterima SPBU saat ini memang jauh berkurang. Kalau Senin kemarin pihak SPBU meminta pasokan premium 80 kiloliter, yang dikirim ternyata cuma 8 kiloliter. "Makanya dini hari tadi premium sudag habis," ujarnya.
Suratmin sendiri belum mengetahui penyebab keterlambatan pasokan atau berkurangnya jatah yang diterima SPBU tempatnya bekerja. "Saya hanya ingin konsumen tak dikecewakan, tapi kami juga tak bisa berbuat apa-apa," pungkasnya.
Sementara itu, sejumlah pemilik kendaraan yang sempat menyambangi SPBU ini mengaku kecewa kelika diberitahu persediaan premium sudah habis. Sebagian di antaranya menyarankan dibuat aturan yang jelas tentang pembatasan konsumsi premium.
"Untuk mobil saya kira harus pakai BBM non-subsidi. Mereka kan bisa beli mobil, artinya mereka punya uang. Harusnya mampu beli BBM yang non-subsidi," ujar Ricardo, karyawan swasta yang sehari-hari menggunakan sepeda motor ke tempat kerjanya.
Hal senada juga diungkapkan pemilik mobil pribadi seperti Nurhadi. Dia menyatakan setuju jika konsumsi BBM non-subsidi diberlakukan. Terutama untuk kendaraan roda empat yang memiliki CC tinggi. "Selama itu tepat, saya sih setuju saja. Dan harus ada aturan yang jelas, antara pengguna roda empat yg CC tinggi dan tidak supaya tepat sasaran," tegasnya saat ditemui di SPBU 3413208.
Sebelumnya diberitakan, kelangkaan BBM jenis premium terjadi di sejumlah daerah. Seperti di Depok (Jawa Barat), Medan (Sumatra Utara), dan Madura (Jawa Timur).(ADO)
"Kondisi ini sudah diberitahukan ke Pertamina, tapi belum ada konfirmasi. SPBU sendiri tidak bisa berbuat banyak dan hanya menunggu penerimaan," jelas Suratmin, staf manajemen SPBU 3413208 di Jakarta, Selasa (27/11/2012) pagi.
Dia mengaku jatah yang diterima SPBU saat ini memang jauh berkurang. Kalau Senin kemarin pihak SPBU meminta pasokan premium 80 kiloliter, yang dikirim ternyata cuma 8 kiloliter. "Makanya dini hari tadi premium sudag habis," ujarnya.
Suratmin sendiri belum mengetahui penyebab keterlambatan pasokan atau berkurangnya jatah yang diterima SPBU tempatnya bekerja. "Saya hanya ingin konsumen tak dikecewakan, tapi kami juga tak bisa berbuat apa-apa," pungkasnya.
Sementara itu, sejumlah pemilik kendaraan yang sempat menyambangi SPBU ini mengaku kecewa kelika diberitahu persediaan premium sudah habis. Sebagian di antaranya menyarankan dibuat aturan yang jelas tentang pembatasan konsumsi premium.
"Untuk mobil saya kira harus pakai BBM non-subsidi. Mereka kan bisa beli mobil, artinya mereka punya uang. Harusnya mampu beli BBM yang non-subsidi," ujar Ricardo, karyawan swasta yang sehari-hari menggunakan sepeda motor ke tempat kerjanya.
Hal senada juga diungkapkan pemilik mobil pribadi seperti Nurhadi. Dia menyatakan setuju jika konsumsi BBM non-subsidi diberlakukan. Terutama untuk kendaraan roda empat yang memiliki CC tinggi. "Selama itu tepat, saya sih setuju saja. Dan harus ada aturan yang jelas, antara pengguna roda empat yg CC tinggi dan tidak supaya tepat sasaran," tegasnya saat ditemui di SPBU 3413208.
Sebelumnya diberitakan, kelangkaan BBM jenis premium terjadi di sejumlah daerah. Seperti di Depok (Jawa Barat), Medan (Sumatra Utara), dan Madura (Jawa Timur).(ADO)