Sukses

Pasien Covid-19 Melonjak, Stok Oksigen di RSUP Dr Sardjito Menipis

Kepala Bagian Hukum, Organisasi dan Humas RSUP Dr Sardjito, Banu Hermawan membenarkan, stok oksigen yang menipis di rumah sakit tersebut.

Liputan6.com, Jakarta Stok oksigen di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta, Sabtu 3 Juli 2021 lalu, menipis. Beredar kabar, sejumlah pasien meninggal dunia akibat persediaan oksigen di RS itu habis. 

Kepala Bagian Hukum, Organisasi dan Humas RSUP Dr Sardjito, Banu Hermawan membenarkan, stok oksigen yang menipis di rumah sakit tersebut. Namun, bukan berarti oksigen habis.

Banu menceritakan, sudah sejak tiga atau empat hari lalu pihaknya telah memberi peringatan ke beberapa pihak tentang kondisi oksigen di RSUP Dr Sardjito.

Kondisi menipisnya oksigen ini coba diantisipasi RSUP Dr Sardjito dengan mencari sejumlah penyuplai oksigen lainnya. Lonjakan kebutuhan oksigen ini disebut Banu tak bisa dipenuhi penyuplai yang selama ini bekerja sama dengan RSUP Dr Sardjito.

"Lonjakan pasien terjadi pada Jumat kemarin. Pasien banyak sekali yang masuk sehingga kondisi oksigen semakin menipis. Dari pihak penyuplai mengatakan akan datang oksigen pada Sabtu malam," kata Banu, Sabtu 3 Juli 2021 malam.

"Jadi bukan kok habis-bis. Itu dalam artian oksigen yang keluar tidak maksimal. Sehingga suplai ke masing-masing rawat inap itu jadu berkurang. Ini oksigen central yang liquid itu. Jadi gini kita bisa nyatakan setengah 10 tadi oksigen sudah tidak mampu memberikan oksigen sudah menurun fungsinya betul. Sampai sekarang keluar tapi tidak cukup berarti," lanjut Banu.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Siasat

Banu menceritakan untuk antisipasi pihaknya memprioritaskan oksigen untuk pasien-pasien yang belum membaik kondisinya. Sementara bagi pasien yang kondisinya baik, tidak diberi oksigen tambahan terlebih dulu.

"Kita hentikan oksigennya dulu. Sementara untuk menyuplai yang kondisi tidak baik. Ya memang menyiasati pasien yang tak butuh oksigen kita hentikan. Menipisnya stok oksigen central beresiko ke keselamatan pasien. Kita tidak bisa memungkiri itu. Pasti terjadi seperti itu. Itu pada pasien kondisi kritis. Jadi pasien berbahaya ini pasien dalam kondisi kritis. Dia tidak tersuplai oksigen ya akhirnya ya berisiko terhadap mereka," urai Banu.

"Jadi kalau sebelum Isya (Sabtu 3 Juli) itu memang kondisi klinis. Setelah isya kita belum bisa data apakah kondisi klinis atau bukan. Kita tidak bisa menggeneralisirasi mereka meninggal karena oksigen. Masih koordinasi dengan pihak-pihak terkait," pungkas Banu.

 

Reporter: Purnomo Edi

Sumber: Merdeka