Liputan6.com, Jakarta Pemerintah berharap industri gas dapat mengalokasikan sebanyak 50% gas untuk kebutuhan oksigen bagi pasien Covid-19. Hal ini mengingat jumlah kasus positif yang terus meningkat.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, saat ini jumlah pasien positif Covid-19 naik 6 hingga 8 kali lipat.
Karenannya kebutuhan oksigen dari hanya 60 ton meningkat menjadi 3 ribu-4 ribu ton per hari. 2.200 ton di antaranya kebutuhan oksigen di Pulau Jawa.
Advertisement
"Tentunya pemerintah sekarang mencukupi kebutuhan oksigen yang fasilitas pelayanan kesehatan butuhkan. Karena ini tentu upaya untuk melakukan pengobatan pasien-pasien Covid-19," kata Nadia kepada wartawan, Selasa, 6 Juli 2021.
Untuk memenuhi tingginya kebutuhan, otomatis perlu konversi atau meningkatkan produksi oksigen. Nadia yakin jika sebagian produksi gas untuk industri, sementara bisa digunakan untuk kebutuhan oksigen agar menutupi kebutuhan di fasilitas layanan kesehatan.
"Kami minta pengusaha industri gas agar mengonversi yang tadinya untuk gas oksigen medis itu hanya 20 sampai 30%, sekarang dialokasikan sebanyak 50% untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang melonjak. Itu akan kita fokuskan dulu untuk memenuhi kebutuhan pasien di rumah sakit," ujar Nadia.
Nadia menambahkan, agar bisa mendapatkan gas, masyarakat bisa segera mengakses rumah sakit jika ada keluhan sesak nafas karena terpapar Covid-19.
"Kalau pasien Covid-19 dalam kondisi sesak, sudah tidak boleh dirawat di rumah," tuturnya.
Â
** #IngatPesanIbuÂ
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
#sudahdivaksintetap 3m #vaksinmelindungikitasemua
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Koordinasi dengan BUMN PGN
Di samping itu, Nadia menjelaskan, pemerintah terus berkoordinasi dengan BUMN PGN untuk pemenuhan kebutuhan oksigen.
"Ada Satgas untuk industri gas nasional. Dengan penyedia gas swasta, kami juga koordinasi," jelasnya.
Nadia mengatakan banyak masyarakat yang panik dalam membeli oksigen. Padahal menurutnya, masyarakat belum tentu juga membutuhkan. Karena itu harga menjadi naik. Orang-orang yang betul-betul membutuhkan pun akhirnya kesulitan mendapatkan oksigen.
"Kalau masyarakat menyimpan tabung oksigen padahal tidak butuh, berarti akan terjadi kelangkaan, dan otomatis meningkatkan harga. Akibatnya orang yang benar-benar membutuhkan tidak mendapatkan," kata Nadia.
Advertisement