Sukses

Ini Kerja Polonium-210, "Racun Pembunuh" Yasser Arafat

Jika benar polonium-210 yang membunuh Arafat, bagaimana zat radioaktf itu bekerja?

Jasad Yasser Arafat telah diangkat dari makamnya Selasa lalu, diambil sampel, lalu dikuburkan kembali dengan penuh penghormatan. Tindakan yang tak lazim dilakukan di negara Islam itu demi satu tujuan, menguak apakah kematian simbol kemerdekaan Palestina itu benar karena racun.

Arafat berpulang tahun 2004, sebuah penyelidikan terbaru menguak keberadaan kadar tinggi polonium-210 yang ditemukan di barang-barang pribadi mantan Presiden itu: sikat gigi, pakaian, juga kain yang setia menutup kepalanya.

Jika benar polonium-210 membunuh Arafat, bagaimana zat radioaktf itu bekerja?

Seperti dimuat CNN (27/11/2012), polonium-210 bukan termasuk zat radioaktif yang memancarkan partikel gamma -- yang bahkan mampu menembus dinding ketika energinya tinggi.

Sebaliknya, saat polonium-210 luruh, ia melepaskan partikel alfa yang tak punya kemampuan menembus selembar kertas tipis sekalipun. Kendati demikian, partikel alfa masih menyimpan bahaya.

Polonium-210 menjadi masalah bagi manusia jika ia masuk ke dalam tubuh. Melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Juga dari menghirup udara yang bercampur zat radioaktif itu. Menelan atau menghirup cairan tubuh dari seseorang yang terkontaminasi juga   meningkatkan risiko.

"Radiasi, seperti halnya bahan kimia beracun, tergantung dosis," kata Cham Dallas, dosen dan ahli racun dari Institute for Health Management and Mass Destruction Defense,University of Georgia, Amerika Serikat. "Makin banyak dosis yang didapat seseorang, makin cepat nyawanya melayang."

Kadar berbahaya polonium-210 bahkan hanya beberapa mikrogram saja. Lebih kecil dari setitik bubuk lada.

Mirip kanker stadium akhir

Jika seseorang menelan polonium-210, sekitar 50-90 persennya akan keluar melalui feses. Yang tertinggal akan masuk ke aliran darah.

Sekitar 40 persen polonium yang tertinggal akan masuk ke limpa, ginjal, dan liver. Sementara 10 persennya merasuk ke sumsum tulang. "Radiasi keracunan polonium-210 terlihat seperti kanker stadium akhir," kata Dallas.

Akibatnya, akan terjadi kerusakan liver dan ginjal, diikuti mual dan sakit kepala ekstrem. Korbannya kerap mengalami muntah, diare, dan kerontokan rambut. Kematian akan datang dalam hitungan hari, kadang-kadang dalam beberapa minggu.

Dan parahnya, tak ada obat buat mereka untuk keracunan radiasi parah. Sebenarnya, telah ada sejumlah perawatan eksperimental agar korban bertahan hidup, tapi belum mendapatkan persetujuan dari Badan Pengawas Makanan dan Obat AS, FDA.

Arafat meninggal di usia 75 tahun, di rumah sakit militer Prancis. Sebelumnya ia menderita pendarahan otak hingga akhirnya koma. Pejabat Palestina mengatakan, beberapa hari sebelum pemimpin PLO itu wafat, ia  menderita kelainan darah, meski dokter mengenyampingkan dugaan leukemia. Ia juga mengalami masalah pencernaan.  

Pembuktian sulit

Dallas menjelaskan, meski sampel jasad Arafat telah didapat, tak menjamin deteksi akan mudah dilakukan. Sebab, seiring waktu berlalu, hanya sedikit zat radioaktif yang tertinggal. Jadi, akan sulit untuk mengatakan berapa banyak polonium-210 yang membunuh Arafat, jika memang ada.

Ia menerangkan, melalui proses alami dan tes medis, rata-rata warga AS mengalami paparan radiasi 6,2 millisieverts (mSv). Sementara, dosisi mematikan polonium-210 adalah 5 Sv.

Namun, konsentrasi polonium juga ditemukan di alam. Misalnya, tembakau. Dua kali lipat ditemukan pada paru-paru perokok ketimbang mereka yang tak menghisapnya.

Ini yang jadi masalah dalam pendeteksian polonium. Jika dugaan keracunan terjadi beberapa tahun lalu, kuantitas yang tersisa mendekati level polonium yang diperoleh dari alam.  

Jadi, Dallas menduga ada kemungkinan seseorang menaruh sejumlah kecil polonium-210 pada barang-barang Arafat. Kadar tinggi yang ditemukan oleh  tim Institut de Radiophysique, Swiss.

"Akan ada banyak sengketa, saya kira, tergantung pada siapa yang dicurigai," kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.