Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) akan memperkuat sistem peringatan dini dengan teknologi High Performance Computing (HPC) terkini.
Menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, implementasi teknologi HPC terkini tersebut dapat meningkatkan kemampuan sistem peringatan dini multi bencana, yang melibatkan Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS), Meteorology Early Warning System (MEWS), dan Climate Early Warning System (CEWS).
"Dalam waktu dekat kami berencana mengimplementasikan HPC dengan skala lebih dari dua PetaFlops. Ini menjadikan sistem peringatan dini BMKG jauh lebih cepat, tepat, dan akurat," ujar Dwikorita dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (10/7/2021) dilansir Antara.
Advertisement
Dwikorita menilai keberadaan HPC dalam sistem peringatan dini kebencanaan sangat penting untuk menganalisis berbagai kompleksitas dan ketidakpastian dalam fenomena cuaca, iklim, tektonik, dan kegunungapian.
"Pasalnya, letak geografis Indonesia yang dikontrol oleh lempeng-lempeng tektonik aktif dan dikelilingi oleh cincin api, mengakibatkan hampir semua wilayah berpotensi terjadinya bencana alam. Belum lagi potensi bencana hidrometrologis yang dipicu oleh perubahan iklim global yang juga tidak boleh dikesampingkan," jelasnya.
Dwikorita memaparkan selama periode Juni 2021, telah terjadi 889 gempa bumi di Indonesia, terdiri dari 850 gempa magnitudo berkekuatan kurang dari 5. Kemudian 39 kali gempa bumi dengan magnitudo di atas 5, dan gempa bumi yang dirasakan terjadi 70 kali, sedangkan gempa merusak terjadi dua kali.
"Belum lagi ancaman tsunami, dimana dalam kurun waktu tahun 1800 - 2018 Indonesia telah diterjang sebanyak 99 kali tsunami. Ada juga ancaman kebakaran hutan, banjir bandang, siklon tropis, kekeringan yang panjang dan lain sebagainya," ujar Kepala BMKG tersebut.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Sistem Peringatan Dini Wajin Diupgrade
Menurutnya, sudah menjadi wajib hukumnya bagi Indonesia terus mengupgrade sistem peringatan dini agar manajemen kebencanaan yang terdiri dari upaya pencegahan, mitigasi, tanggap darurat, dan pemulihan dapat berjalan dengan baik untuk mewujudkan Zero Victims atau nol korban.
Dwikorita juga mengajak seluruh negara untuk berkolaborasi dalam hal riset dan inovasi teknologi untuk mitigasi kebencanaan di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika.
Nantinya hasil riset tersebut dapat menjadi bahan perumus kebijakan pencegahan dan penanggulangan bencana di masing-masing negara, serta untuk mengakselerasi inovasi Teknologi di Bidang Kebencanaan.
Advertisement