Liputan6.com, Jakarta - Delapan tahun yang lalu, Kejuaraan Tinju Amatir Bupati Cup di Kota Lama Nabire, Kabupaten Nabire, Papua sempat menggemparkan masyarakat. Kegiatan itu diselenggarakan mulai 8-14 Juli 2013.
Awalnya, penyelenggaraan yang diselenggarakan di GOR Kota Lama tersebut berjalan seperti rencana. Yakni untuk memilih atlet tinju yang akan mewakili Pemda Nabire dalam Pekan Olahraga Provinsi Papua di Jayapura pada Oktober 2013.
Acara final lomba diselenggarakan pada Minggu (14/7/2013) pukul 20.00 WIT. Bahkan Bupati Nabire saat itu, Isaias Douw juga datang untuk menyaksikan pemilihan atlet tesebut.
Advertisement
Antusiasme masyarakat untuk menyaksikan pertandingan sangat tinggi. Penonton yang memasuki GOR pun membludak dan melebihi kapasitas. Bahkan penonton yang datang hampir dua kali lipat dari kapasitas gedung milik Pemda Nabire itu.
"Kapasitas GOR sekitar 800-an, tapi jumlah penonton yang hadir sekitar 1.500 orang. Memang melebihi kapasitas," kata Kapolres Nabire AKBP Bahara Marpaung dalam perbincangan dengan Liputan6.com, Senin (15/7/2013).
Pukul 21.00 WIT, penyelenggaraan final kelas 58 kilogram pun dimulai dan mempertemukan Yulius Pigome dari Sasana Mawa dengan Alpius Rumkorem dari Sasana Persada.
Pertandingan itu dimenangkan oleh Alpius Rumkorem. Saat akan penyerahan penghargaan pada pukul 23.00 WIT, para pendukung Yulianis mengamuk karena kecewa petinju andalannya kalah dari lawannya.
Mereka pun berusaha naik ke atas ring, namun Satpol PP dan Polres Nabire langsung sigap menghadang. Kerusuhan pecah dan penonton berebut keluar. Sedangkan GOR tersebut hanya memiliki satu pintu akses keluar dan masuk.
Beruntung saat itu, Isaias Douw dapat dievakuasi dan lolos dari massa yang mengamuk dan berebut keluar gedung.
"Memang beliau masih ada di dalam saat peristiwa, tapi beliau kita bisa evakuasi dan selamat," ucap Bahara.
Selang satu jam kejadian, para petugas langsung melakukan evakuasi. Banyak penonton menjadi korban terinjak saat berusaha menyelamatkan diri. Sebanyak 17 orang dinyatakan tewas dan 39 orang mengalami luka-luka.
Saat itu, korban luka-luka langsung dibawa ke RS Umum Daerah Nabire. Sedangkan untuk korban meninggal dunia langsung diantarkan ke rumah duka dari RS. Untuk pembiayaan pengobatan dibiayai oleh Pemda Nabire.
"Dari Pemda memberikan santunan Rp 20 juta untuk masing-masing korban meninggal," jelas dia.
Penonton Tak Miliki Tiket
Kapolda Papua saat itu, Irjen Pol Tito Karnavian menyatakan kapasitas GOR membludak usai Bupati Nabire Isaias Douw datang ke lokasi. Para penonton memaksa masuk untuk melihat pertandingan melalui jarak deket.
Isaias pun memperbolehkan para penonton untuk memasuki GOR meski tak memiliki tiket pertandingan.
"Kebijakan itu menyebabkan masyarakat berduyun-duyun memasuki GOR hingga melebihi daya tampung," ungkap Tito, Selasa (16/7/2013).
Tito menyebut tragedi yang menewaskan 17 orang itu bukan karena kerusuhan antar kedua pendukung. Mereka tewas karena ketakutan hingga berupaya keluar dengan berdesakan di pintu utama.
Akibatnya banyak penonton terhimpit dan terinjak-injak. Sementara penonton lain di dalam gedung tidak mengalami cedera.
Selain karena berdesakan, imbuh Tito, saat hendak keluar GOR Nabire, kapasitas gedung yang diperkirakan hanya sekitar 500 orang, juga tidak mampu menampung jumlah penonton.
"Mereka tewas bukan karena dianiaya, melainkan terhimpit dan terinjak-injak saat hendak keluar dari GOR," ucap dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Berawal dari Orang Mabuk
Pengurus Persatuan Tinju Amatir Indonesia (Pertina) Papua meyebut kejadian yang menewaskan 17 penonton tak ada kaitannya dengan hasil pertandingan. Informasi tersebut berdasarkan laporan dari ketua panitia penyelenggara Yafet Womsiwor, wasit, hingga hakim pertandingan.
"Wasit dan hakim pertandingan sampaikan bahwa insiden memilukan itu terjadi setelah keputusan sah, yang mana kedua petinju Alfius Rumkorem dan Pigome tidak mempermasalahkan hasilnya termasuk kedua pelatih mereka," kata Ketua Bidang Komisi Teknik Pengda Pertina Papua Carol Renwarin.
Terdapat pihak yang menyelinap saat penyelenggaraan perlombaan tinju. Salah satu warga ini dalam keadaan mabuk. Insiden itu juga karena kelemahan dari panitia penyelenggara.
"Yakni tidak ada technical delegate dari Pertina Papua. Dan mereka tidak sampaikan hal itu kepada kami selaku pengurus tertinggi di provinsi. Soal legalitas kejuaraan tersebut merupakan intern ke dalam karena pertandingan tinju tersebut merupakan bagian dari Porkab Nabire," papar dia.
Warga yang sedang mabuk itu berusaha untuk bertemu dengan Bupati. Namun sejumlah petugas melarang dan bersamaan itu terjadi pelemparan kursi.
Karena aksi itu, menyebabkan para penonton panik dan ingin segera keluar dari GOR. Karena akses pintu masuk dan keluar hanya satu banyak penonton yang jatuh dan terinjak-injak.
"Jadi saat itu, ada yang menyelip masuk untuk membuat gaduh suasana dengan melempar kursi-kursi. Kubu yang kalah dan menang kemungkinan ikut terpancing dengan kejadian itu. Sementara wasit dan hakim serta panitia tidak jelas masalah apa yang sedang terjadi," jelas Carol.
Advertisement