Sukses

Upaya Tingkatkan Kualitas Pendidikan Indonesia yang Terdampak Covid-19

Perubahan sistem pembelajaran di masa pandemi Covid-19 berdampak pada kualitas pendidikan Indonesia yang membutuhkan upaya adaptasi lewat berbagai inovasi.

Liputan6.com, Jakarta - Perubahan sistem pembelajaran di masa pandemi Covid-19 berdampak pada kualitas pendidikan Indonesia yang membutuhkan upaya adaptasi lewat berbagai inovasi. Hal tersebut disampaikan Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat.

"Pekerjaan rumah yang mesti diperhatikan dalam sistem pendidikan yang berubah saat ini adalah learning loss, learning culture, learning adaptation dan learning innovation," ujar Lestari yang juga merupakan Ketua Yayasan Sukma Lestari Moerdijat di webinar bertema Membangun Sinergi Demi Mutu Hebat Pendidikan Aceh dalam rangka peringatan 15 tahun Sekolah Sukma Bangsa melalui keterangan tertulis, Kamis (15/7/2021).

Oleh karena itu, lanjut dia, diperlukan restrukturisasi sistem dan tata pembelajaran secara sinergis untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia saat ini di tengah pandemi Covid-19.

Menurut Rerie, sapaan akrab Lestari, pendidikan yang berkualitas dan berkelanjutan patut dipersiapkan dengan mempertimbangkan situasi lokal.

Mengingat, kata dia, Indonesia memiliki sumber daya manusia dengan perbedaan suku, agama, bahasa, budaya, dan adat istiadat.

"Pascabencana dan tsunami Aceh, Yayasan Sukma hadir untuk merevitalisasi pendidikan di Aceh dengan mendirikan Sekolah Sukma Bangsa di Pidie, Bireuen dan Lhokseumawe," ucap Rerie.

"Sekolah Sukma Bangsa menanamkan filosofi school that learns sebagai fondasi pengembangan sekolah. Dalam perkembangannya, Sekolah Sukma Bangsa dengan kemampuan inovasinya di setiap periode, merumuskan kurikulum perdamaian, dan resolusi konflik berbasis sekolah," papar Rerie.

Dirinya menilai, mutu pendidikan sesungguhnya tidak diukur dengan variabel dan parameter dari luar tetapi dimulai dengan kemampuan institusi untuk melakukan pembelajaran dengan bekal kemampuan inovasi.

Diskusi daring atau webinar ini dimoderatori Direktur Sekolah Sukma Bangsa Bireun Fachrurrazi, Kepala bidang SMA Dinas Pendidikan Aceh Hamdani, Rektor Universitas Syiah Kuala Samsul Rizal, anggota Komisi X DPR Illiza Saaduddin Djamal, dan Antropolog/Dosen UIN Ar-Raniry Aceh Reza Idria.

Selain itu hadir pula Direktur Eksekutif Yayasan Sukma Ahmad Baedowi, Direktur Pendidikan Yayasan Sukma Victor Yasadhana, serta Redaktur Pelaksana Serambi Indonesia Yarmen Dinamika sebagai panelis.

 

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 4 halaman

Penguatan Kurikulum

Sementara itu, Kepala bidang SMA Dinas Pendidikan Aceh Hamdani mengaku pihaknya sudah melakukan penguatan kurikulum.

Karena, kata dia, tujuan pendidikan di Aceh tidak hanya agar siswa mendapat nilai tinggi tetapi harus sadar hukum dan norma kehidupan di keseharian.

"Dinas Pendidikan Aceh sudah mengajak sejumlah instansi dan lembaga untuk ikut bekerjasama dalam meningkatkan mutu pendidikan di Aceh," terang Hamdani.

Kemudian, Rektor Universitas Syiah Kuala, Samsul Rizal menilai daya saing lulusan SMA di Aceh masuk perguruan tinggi belum merata.

"Lulusan SMA Aceh diterima di perguruan tinggi di Aceh jumlahnya cukup memadai. Namun, lulusan SMA Aceh yang diterima di perguruan tinggi di luar Aceh hanya 3,6 persen," ucap Samsul.

Kondisi tersebut, lanjut dia, harus jadi perhatian bersama, bagaimana anak-anak Aceh bisa lebih baik di masa depan. Karena itu, pendidikan di Aceh harus lebih baik.

"Sepuluh anak Aceh terbaik, hanya berasal dari satu sekolah. Kondisi ini harus dimeratakan kualitas pendidikan agar rata-rata pendidikan di Aceh bisa meningkat," kata Samsul.

Samsul berpendapat harus segera mulai ada perbaikan sejak pendidikan dasar dalam penalaran umum, baca dan tulis.

Selain itu berbagai afirmasi harus diterapkan agar masyarakat kurang mampu bisa belajar, demikian juga dengan pemerataan jumlah guru yang bermutu di setiap sekolah di Aceh.

 

3 dari 4 halaman

Harapan Untuk Pendidikan di Aceh

Anggota Komisi X DPR RI Illiza Saaduddin Djamal berpendapat, peserta didik di Aceh harus menjadi anak yang berilmu, beriman, dan berakhlak mulia.

"Proses pendidikan harus lebih baik, tetapi kondisi pendidikan saat ini banyak sekali berubah karena sangat dipengaruhi kondisi kesehatan atau pandemi Covid-19 yang yang ketat dengan 3 M (memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan dengan sabun)," ucap Illiza.

Selain itu, tambah dia, juga pemanfaatan teknologi dalam proses pendidikan.

"Kemampuan adaptasi dalam menyikapi perubahan zaman saat ini sangat diperlukan," ucap Illiza.

Lalu, antropolog UIN Ar-Raniry Aceh Reza Idria menilai, setiap manusia harus dilihat berbeda karena memiliki kemampuan yang berbeda.

"Ada yang baik secara visual atau kemampuan mendengar lebih baik, bahkan meraba lebih baik. Jadi, cara pendekatannya pun berbeda-beda pula. Demikian juga pendekatan terhadap manusia Aceh dalam hal pendidikan," papar Reza.

Di era modern, lanjut dia, kualifikasi manusia yang dibutuhkan antara lain komunikatif, korektif, dan kritis.

Riza berharap, pemerintah bisa memfasilitasi dan sekolah membuka diri untuk membentuk peserta didik di Aceh agar memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan era modern saat ini.

4 dari 4 halaman

Subsidi Kuota Internet Untuk Peserta Didik