Liputan6.com, Jakarta Lembaga Survei Indonesia (LSI) menyebut bahwa masyarakat Indonesia cenderung memilih untuk memprioritaskan ekonomi ketimbang kesehatan. Hal ini diketahui dari survei LSI dengan isi pertanyaan, "Sekarang ini, menurut Ibu/Bapak apakah pemerintah sebaiknya lebih memprioritaskan pada masalah kesehatan atau ekonomi?"
"Kalau kita lihat yang harus memprioritaskan kesehatan itu masih lebih sedikit dibandingkan memprioritaskan ekonomi. Tetapi angkanya tidak berbeda terlalu besar terutama di bulan Juni 2021 ini," ujar Direktur Eksekutif LSI, Djayadi Hanan dalam rilis hasil survei LSI melalui daring, Minggu (18/7/2021).
Baca Juga
Djayadi mengungkap, temuan LSI sebanyak 50,7 persen responden memilih untuk memprioritaskan ekonomi pada masa pandemi Covid-19 ini. Sementara 46,2 persen responden menuntut agar pemerintah memprioritaskan kesehatan warganya. Sedangkan sisanya, 3,1 persen memilih bungkam.
Advertisement
Jika dibandingkan dengan September tahun lalu, temuannya berlawanan. Di mana pada saat itu mayoritas publik menganggap pemerintah mesti memprioritaskan kesehatan ketimbang perekonomian, yakni 60,5 persen banding 36,0 persen. Sedangkan 3,4 persen tidak menjawab.
LSI juga menemukan bahwa sebagian besar publik berharap agar program semacam PPSB (termasuk PPKM Darurat) dihentikan. Angkanya berada di 57 persen.
"Mayoritas merasa sudah cukup, harus dihentikan supaya ekonomi berjalan. Tetapi tetap juga banyak, 40-an persen menyatakan tetap harus dilanjutkan," papar Djayadi.
Menurut Djayadi, survei itu dilakukan pada 20-25 Juni 2021 dengan mewawancarai responden melalui telepon. Responden, kata Djayadi adalah mereka yang telah terpilih secara acak berdasarkan survei nasional yang dilakukan LSI sejak tiga tahun terakhir. Margin of error survei dipatok pada angka kurang lebih 2,88 persen.
"Ada 7.477 responden yang kami telepon dan yang berhasil diwawancarai itu ada 1.200 responden," jelasnya.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Survei Melalui Telepon
Ia memastikan bahwa sampel survei terdistribusikan secara proporsional mulai dari segi gender, wilayah, usia, agama, dan juga etnis.
"Mungkin ada beberapa yang kurang proporsional karena survei melalui telepon misalnya soal tingkat pendidikan dan lainnya. Tapi secara umum sampel ini menggambarkan karakteristik populasi secara nasional," pungkasnya.
Advertisement