Liputan6.com, Jakarta Pemulihan sungai Citarum sedang digodok oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Terbaru, Pemda Provinsi Jawa Barat - Monash University menandatangani letter of intent (LoI) solusi baru pemulihan Sungai Citarum melibatkan pakar dan lembaga pemerintah.
Dalam kerja sama ini akan ada upaya pertukaran ilmu dan data guna mencari solusi lewat inovasi teknologi dan sosial dalam revitalisasi Sungai Citarum dan komunitas sekitarnya.
Baca Juga
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, kolaborasi dengan Monash University sangat strategis dan penting dalam mempercepat pengendalian pencemaran dan kerusakan di DAS Citarum.
Advertisement
Hal ini juga sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum. DAS Citarum memiliki peran penting dan manfaat besar bagi masyarakat Jawa Barat.
Menurutnya, kolaborasi ini juga merupakan bukti sinergi pentaheliks (akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah, media) yang dilakukan dengan berbagai kampus termasuk Monash University. Selain Monash University, juga terlibat dalam kerja sama Universitas Indonesia. Ridwan Kamil berharap kolaborasi ini juga bisa berkembang untuk lebih luas lagi.
Sebelum pandemi, Ridwan Kamil sempat berkunjung ke Monash University di Melbourne Australia membahas konsep co-design dan menguji pendekatan-pendekatan sosial, teknologi, dan ekonomi yang baru di sebuah desa dekat Citarum.
"Jawa Barat provinsi terbesar di Indonesia. Kami memiliki 50 juta penduduk. dan kami punya sungai terpanjang dengan 270 kilometer," kata Ridwan Kamil dalam acara penandatangan LoI dengan Monash University dari Gedung Pakuan, Kota Bandung, Kamis (22/7/2021).
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jabar Prima Mayaningtyas mengatakan dinasnya akan menjadi mitra pelaksana utama selama 12 bulan dari sekarang dalam kerja sama kemitraan ini.
"Ke depannya, kami mendorong lebih banyak lagi pemerintah kota, swasta, dan masyarakat setempat untuk ambil bagian dalam revitalisasi sungai Citarum. Harapan kami, kerja sama ini dapat menjadi panutan bagi program revitalisasi sungai lainnya di Indonesia," jelasnya.
Sementara itu, Deputy Vice-Chancellor dan Vice-President (Global Engagement) Monash University Abid Khan menyampaikan antusiasmenya terhadap program ini.
Menurutnya, kerja sama ini diharapkan dapat menghadirkan perubahan nyata bagi jutaan orang yang hidupnya bergantung pada air sungai yang sudah tercemar.
"Pandemi COVID-19 menjadi bukti bahwa akses air bersih dan kondisi lingkungan sekitar sangat penting untuk kesehatan dan kesejahteraan masyarakat," ucapnya.
Direktur Informal Cities Lab, Fakultas Desain Seni dan Arsitektur Monash University Diego Ramirez-Lovering mengatakan mereka ingin menggunakan desain perkotaan sebagai platform integratif untuk penanaman solusi berkelanjutan di Citarum.
Sehingga perkembangan aspek urban yang sejalan dengan modernisasi dinamika kesehatan planet secara kompleks bisa tetap terjaga.
“Pendekatan menyeluruh yang mengutamakan kualitas lingkungan dan kesehatan ekologis untuk kesehatan dan kesejahteraan masyarakat merupakan hal yang penting. Terutama bagi mereka yang paling rentan terhadap perubahan iklim dan degradasi lingkungan,” ucapnya.
Ketua Tim Sosial Klaster Air Universitas Indonesia Reni Suwarso mengatakan, penanganan kesehatan sungai membutuhkan komitmen lintas sektor demi mencapai manfaat yang maksimal.
“Kemampuan untuk mengakses dan mendapatkan manfaat dari air yang aman dan andal memiliki kontribusi signifikan bagi kesehatan dan kesejahteraan manusia, ekonomi, serta lingkungan,” kata Reni.
Diketahui sejak 2018, para peneliti di enam fakultas Monash University telah bermitra dengan perguruan tinggi dunia dan Indonesia, serta institut-institut global lainnya untuk sejumlah program penelitian yang berfokus kepada Citarum (Monash Sustainable Development Institute; Art, Design and Architecture; Arts; Business and Economics; Engineering and Science).
(*)