Liputan6.com, Jakarta Dalam rangka memperingati peristiwa 27 Juli 1996 atau dikenal dengan sebutan Tragedi Kudatuli, DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menggelar tabur bunga di kantor pusat partai di jalan Diponegoro 58, Jakarta Pusat.
Adapun Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mempimpin acara tersebut. Turut hadir, Wasekjen Sadarestuwati, dan Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat, Eriko Sotarduga, dan Ribka Tjiptaning. Hadir juga sejumlah perwakilan keluarga korban peristiwa Kudatuli, yang tergabung dalam Forum Komunikasi Kerukunan (FKK) 124. Semuanya memanjatkan doa, lalu menaburkan bunga di halaman depan gedung tersebut.
Lantaran masih dalam suasana pandemi Covid-19, semuanya dilaksanakan dengan protokol kesehatan yang ketat.
Advertisement
Dalam kesempatan itu, Hasto mengingatkan peristiwa Kudatuli tidak terlepas dari upaya rezim Orde Baru yang mengintervensi terpilihnya Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum PDI saat itu. Menurutnya, sampai sekarang perjuangan tersebut belum berakhir, mengingat masih banyak korban dalam peristiwa tersebut.
"Perjuangan kita belum selesai, termasuk di dalam menuntut kebenaran hukum atas peristiwa tersebut," kata Hasto, Selasa (27/7/2021).
Dia mengungkapkan, PDIP tak pernah bosan untuk datang ke Komnas HAM agar mengingatkkan masih ada aktor politik yang terlibat agar diadili.
"Ketika menaburkan bunga ini tentunya semangat kita bukan hanya untuk mendoakan arwah para korban, tetapi juga agar keadilan ditegakkan, keadilan yang sebenar-benarnya di mata hukum dan politik," ungkap Hasto.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Bakal Ada Monumen
Selain itu, Hasto menyampaikan pesan dari Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Bahwa penting untuk membangun sebuah batu monumen untuk memperingati peristiwa itu.
"Tadi pagi saya melaporkan kepada Ibu Megawati Soekarnoputri terhadap acara tabur bunga ini, beliau juga mengingatkan bahwa penting bagi kita di tempat ini untuk membangun monumen 27 Juli," kata dia..
Karena itu, pihaknya akan segera meminta berbagai masukan agar Monumen 27 Juli bisa diwujudkan. Semangatnya adalah sekaligus bagaimana monumen itu bisa menunjukkan suatu gelora semangat demokrasi dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat, yang tidak pernah bisa dibungkam oleh kekuasaan yang otoriter.
"Dan dengan adanya monumen itu, kita juga mengingatkan agar hal tersebut tidak boleh terjadi kembali," kata Hasto.
"Kita doakan para korban peristiwa Kudatuli tersebut. Kita doakan bahwa pengorbanan mereka tidak sia-sia, karena kekuatan demokrasi dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat itu terbukti mampu menumbangkan kekuasaan otoriter Soeharto," sambungnya.
Advertisement