Sukses

Polisi Periksa 10 Saksi Terkait Dugaan Kartel Kremasi Jenazah Covid-19

Satreskrim Polres Metro Jakarta Barat terus mengusut dugaan adanya kenaikan harga biaya kremasi pada saat pandemi Covid-19.

Liputan6.com, Jakarta - Satreskrim Polres Metro Jakarta Barat terus mengusut dugaan adanya kenaikan harga biaya kremasi pada saat pandemi Covid-19. Cerita ini berawal dari unggahan seorang warga di akun media sosial.

Kanit Kriminal Umum Satreskrim Polres Metro Jakarta Barat AKP Avrilendi menerangkan, 10 orang telah diperiksa sebagai saksi dugaan kartel kremasi. Mereka antara lain, dari Yayasan Rumah Duka Abadi, krematorium, agen, dan Martin, pria yang memviralkan kejadian itu.

"Sejauh ini sudah 10 orang yang kita ambil keterangan," kata dia saat dihubungi, Rabu (28/7/2021).

Avrilendi menerangkan, penyidik masih mempelajari bukti-bukti untuk menemukan perbuatan pidana yang dilanggar. Menurut dia, sejauh ini tidak ada yang merasa dirugikan terkait kenaikan harga kremasi termasuk dari Martin sendiri.

Avrilendi juga menyebut, Martin sampai sekarang tidak membuat laporan polisi.

"Sampai saat ini mereka tidak buat laporan. Martin tidak bikin laporan sampai dengan saat ini termasuk dari pihak-pihak lainnya. Karena dari pihak keluarga jenazah tidak merasa keberatan dan tidak merasa dirugikan," ucap dia.

Sebelumnya, warga Jakarta Barat bernama Martin mengeluhkan adanya kartel kremasi saat pandemi Covid-19. Hal itu bermula saat ibu mertuanya meninggal dunia di salah satu rumah sakit (RS) pada 12 Juli 2021 lalu.

Di tengah suasana duka, Martin sempat dihampiri oleh seorang petugas yang yang mengaku dari Dinas Pemakaman DKI Jakarta. Petugas tersebut menawarkan bantuan mencarikan krematorium.

Namun petugas itu menyebut kremasi hanya dapat dilakukan di daerah Karawang, Jawa Barat dengan tarif Rp 48,8 juta. Martin pun terkejut dengan nominal yang disebutkan.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Harga Melonjak

Sebab proses kremasi untuk kakaknya yang meninggal beberapa pekan lalu tidak mencapai Rp 10 juta. Bahkan dua kerabatnya yang juga kremasi akibat Covid-19 hanya menghabiskan biaya Rp 24 juta per orang.

"Kami terkejut dan mencoba menghubungi hotline berbagai krematorium di Jabodetabek, kebanyakan tidak diangkat, sementara yang mengangkat jawabnya sudah full," kata Martin saat dikonfirmasi, Minggu (18/7/2021).

Dianggap tarifnya terlalu tinggi, Martin lantas menanyakannya langsung kepada pihak yang mengkremasi kakaknya beberapa waktu lalu. Ternyata tarifnya pun begitu tinggi.

Lalu mereka menawarkan kremasi di Cirebon, Jawa Barat dengan tarif Rp 45 juta yang dapat dilakukan pada keesokan harinya.

Karena pihak RS minta agar jenazah segera dipindahkan, Martin menyanggupi tawaran kremasi yang di Karawang. Namun, saat itu petugas menyatakan bahwa kuota sudah penuh dan akhirnya menyanggupi yang di Cirebon.

"Besok paginya (13 Juli 2021) pukul 09.30 WIB kami sudah tiba di krematorium di Cirebon. Mobil Jenazah ibu sudah tiba sejak pukul 07.00 WIB, kami memeriksanya memastikan kebenaran peti jenazah mertua yang dibawa. Ternyata di dalam mobil jenazah tersebut ada peti jenazah lain, rupanya satu mobil sekaligus angkut dua jenazah," ucap dia.

Martin pun sempat mengobrol dengan pengurus kremasi di lokasi dan disebutkan tarifnya hanya Rp 2,5 juta. Namun karena prosesnya sesuai dengan standar protokol kesehatan, maka ada penambahan biaya lainnya.

"Sehingga diperlukan APD, penyemprotan dan lain-lain sehingga ada biaya tambahan beberapa ratus ribu rupiah," ujarnya.

Martin tak habis pikir, betapa teganya kartel kremasi ini meraup keuntungan puluhan juta rupiah dari orang-orang yang kesusahan akibat pandemi Covid-19. Hanya berbekal telepon dan lobi sana-sini, mereka membooking slot semua krematorium untuk dibisniskan.

Belum lama ini, Martin juga menerima keluhan dari rekannya yang ditawari jasa kremasi jenazah Covid-19 mencapai Rp 80 juta. "Itu pun harus tunggu beberapa hari lagi. Akhirnya diputuskan dikubur di Rorotan, gratis dibiayai pemerintah," ucapnya.

Saat ini, Martin bersama sejumlah pihak tengah fokus untuk mengupayakan pembangunan krematorium. Rencananya krematorium berkapasitas besar itu akan ditujukan bagi warga yang tidak mampu.

"Serta lobby ke Pemda agar jenazah diberikan hotel (penginapan) khusus untuk bermalam saat dalam antrean masuk kremasi," ucap Martin.

Â