Sukses

Alvin Lie: Pesawat Kepresidenan Jarang Dipakai, Tak Ada Urgensi Dicat Ulang

Pengecatan ulang pesawat kepresidenan itu dinilai memakan biaya besar, terlebih di saat keuangan negara tengah tengah terpuruk akibat pandemi covid-19.

Liputan6.com, Jakarta Pengecatan ulang Pesawat Kepresiden menuai kritik publik. Pengecatan ulang itu dinilai memakan biaya besar, terlebih di saat keuangan negara tengah tengah terpuruk akibat pandemi covid-19.

Menurut Pengamat Penerbangan Alvin Lie, biaya cat ulang pesawat jenis B737-800 berkisar antara USD 100 ribu hingga USD 150 ribu, atau setara Rp 1,4 miliar hingga Rp 2,1 miliar.

"Biaya cat ulang saya merujuk pada biaya yang umumnya berlaku untuk pengecatan ulang pesawat B737-800 penerbangan sipil," kata Alvin kepada merdeka.com, Selasa (3/9/2021).

Dia menjelaskan terdapat dua metoda pengecatan ulang. Pertama yaitu sanding yaitu cat lama diamplas hingga hilang warnanya, tinggal primer dasar, kemudian dicat dengan warna dan pola baru. Lalu stripping yaitu cat lama dikupas total hingga ke kulit pesawat (bare metal) kemudian dicat ulang.

"Yang lazim dilakukan adalah metoda Sanding. Biaya berkisar USD100ribu per pasawat," ungkapnya.

Alvin pun menyayangkan pengecatan pesawat tersebut di saat negara sedang mehadapi pandemi dan krisis ekonomi. Pemerintah seharusnya menunjukkan sense of crisis. Hal-hal yang bukan kebutuhan mendesak perlu ditangguhkan.

"Cat ulang dan ubah warna pesawat bukan kebutuhan mendesak. Pesawat Kepresidenan usianya baru 7 tahun. Jarang dipakai. Perawatan bagus, penampilan juga masih layak. Tidak ada urgensi dicat ulang atau ubah warna," ungkapnya.

"Anggaran difokuskan pada penggulangan pandemi. Ingat, tunjangan dan insentif ASN dan anggaran berbagai Lembaga dan Kementerian dipangkas untuk refocusing Anggaran," tambahnya.

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap 3m #vaksinmelindungikitasemua

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Direncanakan Sejak 2019

Sementara itu Kepala Sekretariat Presiden (Kasetpres) Heru Budi Hartono menjelaskan anggaran untuk pengecetan pesawat dan bahan kurang lebih dianggarkan dari APBN yaitu Rp 2 miliar.

"Kurang lebih segitu (Rp 2M) bahan cat dan pengecatan," ungkapnya.

Dia juga menjelaskan pengecatan tersebut sudah direncanakan sejak 2019. Dalam rangka perayaan HUT ke-75 Kemerdekaan Republik Indonesia di tahun 2020.

"Proses pengecatan sendiri merupakan pekerjaan satu paket dengan Heli Super Puma dan Pesawat RJ. Namun, pada tahun 2019 pesawat BBJ 2 belum memasuki jadwal perawatan rutin sehingga yg dilaksanakan pengecatan terlebih dahulu untuk Heli Super Puma dan pesawat RJ," ungkapnya.

Heru juga menjelaskan perawatan rutin memiliki interval waktu yang sudah ditetapkan dan harus dipatuhi. Sehingga kata dia jadwal perawatan ini harus dilaksanakan tepat waktu.

"Perawatan rutin Pesawat BBJ 2 jatuh pada tahun 2021 merupakan perawatan Check C sesuai rekomendasi pabrik, maka tahun ini dilaksanakan perawatan sekaligus pengecatan yang bernuansa Merah Putih sebagaimana telah direncanakan sebelumnya. Waktunya pun lebih efisien, karena dilakukan bersamaan dengan proses perawatan," ungkapnya.

Heru pun menepis kabar bahwa pengecatan merupakan foya-foya keuangan negara di tengah pandemi. Sebab dia menjelaskan hal tersebut sudah direncanakan sejak 2019 dan diharapkan dapat memberikan kebanggaan bagi bangsa dan negara.

"Perlu kami jelaskan bahwa alokasi untuk perawatan dan pengecatan sudah dialokasikan dalam APBN," ungkapnya.

Reporter: Intan Umbari Prihatin

Sumber: Merdeka.com