Liputan6.com, Jakarta - Koordinator Operasional Rumah Sakit Darurat Covid-19 Kolonel CKM dr Stefanus Dony menyampaikan, pasien yang menjalani perawatan di RSDC Wisma Atlet terus menurun.
"Dengan angka dibandingkan dengan jumlah bed yang ada, sehingga BOR (bed occupancy rate) kita 25,36 persen. Jadi mulai menurun sejak satu bulan ini, mulai awal Juli," kata Stefanus saat jumpa pers, Jumat (6/8/2021).
Dia mengatakan, pada Juli 2021, angka pasien Covid-19 yang masuk di RSDC Wisma Atlet dalam satu hari bisa mencapai 688 orang. Sedangkan dalam tiga hari terakhir ini sudah turun sampai kisaran 140, 120, dan 121 pasien per hari.
Advertisement
"Ini terlihat di sini, grafik di sini, pada puncaknya memang 30 Juni, 7.167 pasien. Kalau kenaikan dimulai dari saat lebaran, itu kelihatan grafik memuncak sampai paling tinggi di 30 Juni. Kemudian secara bertahap turun hingga saat ini 6 Agustus menjadi 2.002," jelas dia.
Sementara itu pada 6 Agustus 2021, terdapat 2.002 pasien Covid-19 yang dirawat, terbagi dari 988 pasien pria dan 1.014 wanita yang pada sebelumnya mencapai 2.103 pasien dan berkurang 101 orang.
Dari 2.002 pasien yang menjalani perawatan, terdapat 1.356 pasien bergejala ringan, 25 pasien gejala sedang, dan gejala berat 27 pasien. Ada 320 pasien dengan komorbid, tanpa gejala 249 pasien, serta tanpa gejala dengan komorbid ada 25 pasien.
"Seperti kita lihat, untuk mengefisienkan SDM, sehingga tower 4 yang tadinya terisi kita kosongkan untuk mengganti tower yang ada, tower 5, 6, dan 7, sehingga efisien sumber daya manusia yang kita gunakan," jelas Stefanus.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Penyebab pasien yang meninggal di RSDC Wisma Atlet
Terkait faktor penyebab pasien yang meninggal di RSDC Wisma Atlet, Stefanus mengatakan hal itu dikarenakan mayoritas pasien rujukan ke Wisma Atlet tidak mendapat perawatan dari Rumah Sakit (RS) atau rumah sendiri.
"Karena banyak kasus berat, datang berat, kritis, karena memang pasien datang sudah kritis, dan tidak mendapatkan perawatan di RS, maupun di rumah sendiri, baik ketika datang ke sini terlambat yang memang kondisi sudah kritis, ini penyebab tinggi," jelas dia.
"Atas domisili, ini menurut surveillance, data dari 1 sampai 5 Agustus ini, dalam 5 hari ini total pasien masuk 581. Di DKI 299, 52 persen. Di luar DKI 66, 11 persen, dan dari repatriasi, yaitu dari Pademangan, luar, ada 216, 37 persen. Ini proporsi pasien-pasien yang masuk dari tanggal 1 sampai 5. jadi yang terbanyak masih dari DKI," lanjut dia.
Stefanus mengatakan, dari data pasien rujukan tersebut mayoritas masih dari penyebaran klaster keluarga. Walaupun dia belum bisa menyimpulkan secara pasti data tersebut.
Karena dari pasien yang menjalani perawatan, kebanyakan mereka tidak mengetahui pernah melakukan kontak erat di mana sekitar 71 persen. Kemudian, klaster dari rumah ada 22 persen, dan perkantoran hanya 4 persen.
Reporter: Bachtiarudin Alam
Sumber: Merdeka.com
Advertisement