Liputan6.com, Jakarta Polri masih melakukan pemeriksaan internal Kapolda Sumatera Selatan Irjen Eko Indra Heri terkait polemik rencana sumbangan dari keluarga Akidi Tio.
Kadiv Humas Polri Irjen Raden Prabowo Argo Yuwono menuturkan, nantinya akan diumumkan oleh Wakapolri. Dan ini sesuai ketentuan dari internal kepolisian.
Baca Juga
"Itu adalah pelaksanaan internal ya. Jadi nanti hasilnya dilaporkan oleh Pak Wakapolri yang tidak bisa kami sampaikan ya. Itu ketentuan dari internal kepolisian," kata Argo di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (10/8/2021).
Advertisement
Adapun terkait dengan perkembangan penanganan sumbangan Rp 2 triliun yang disebut-sebut fiktif diserahkan sepenuhnya ke Polda Sumatera Selatan. Termasuk kepada Heryanty selaku anak bungsu Akidi Tio yang memberikan hibah tersebut.
"Tentunya dari penyidik Polda Sumatera Selatan nanti akan melihat di sana apakah yang bersangkutan itu setelah dilakukan penyelidikan atau memenuhi unsur daripada yang dipersangkakan," jelas Argo.
Â
Sempat Ditelusuri
Sebelumnya, kebenaran donasi fantastis sebesar Rp 2 triliun, yang akan diberikan keluarga mendiang Akidi Tio, masih ditelusuri oleh tim Polda Sumsel.
Kendati sudah beberapa hari memeriksa Heryanty, anak bungsu Akidi Tio di Kota Palembang, tim Direktorat Reserse Kriminal Umum (Dirkrimum) Polda Sumsel, masih belum bisa memecahkan teka-teki donasi tersebut.
Hingga akhirnya, Kapolda Sumsel Irjen Eko Indra Heri membentuk tim khusus dengan menemui lima orang anak Akidi Tio lainnya, yang tinggal di Jakarta.
Diungkapkan Kepala Bidang (Kabid) Humas Polda Sumsel Kombes Supriadi, tim tersebut bertugas menelusuri rekam jejak Heryanty dan kebenaran donasi fantastis tersebut.
"Hari ini tim berangkat ke Jakarta, untuk memeriksa keluarga dari saudara Haryanty di Jakarta," ucapnya, Jumat (6/8/2021).
Menurut dia, Haryanty mempunyai enam orang saudara. Di mana, saudara pertama bernama Ahong, tinggal di Langsa Aceh Timur dan sudah meninggal dunia sekitar 2009 lalu.
Lalu, lima orang anak Akidi Tio lainnya, memilih tinggal dan membangun bisnis di Jakarta. Sedangkan Haryanty sendirian yang masih tinggal di Kota Palembang Sumsel.
"dari mereka inilah, akan kita gali informasi kebenaran Rp 2 triliun," katanya.
Advertisement