Sukses

PMI: Mendonor Plasma Peduli Sesama

Ketua PMI Jusuf Kalla mengatakan, untuk PMI DKI saja membutuhkan sebanyak 300 kantong per harinya.

Liputan6.com, Jakarta Krinngggg...! Kringggg....!

Dering telepon masuk silih berganti memadati hotline Palang Merah Indonesia (PMI) DKI Jakarta. Sambungan jarak jauh tersebut terus menanyakan ketersediaan plasma konvalesen.

"Kami hampir kewalahan! Saat itu 700 antrean yang minta plasma," kata Siti Juwariyah, Kepala Bagian TU pada Unit Donor Darah (UDD) PMI DKI Jakarta saat berbincang dengan Liputan6.com, Kamis 12 Agustus 2021.

Siti mengaku kejadian tersebut berlangsung saat puncak kedua Covid-19 di Indonesia. Tepatnya, Juni 2021 atau pascalibur Lebaran.

Kini, hampir dua bulan berlalu, situasi serupa ternyata masih dirasakan Andry. Dia adalah seorang pencari plasma kala sang kakak terbaring lemah di salah satu rumah sakit di Bogor akibat terjangkit Covid-19.

Kala itu Andry tengah mencari dua kantong plasma konvalesen. Dia mengatakan, butuh dua kantong yang harus dicukupi untuk terapi penyembuhan sang kakak. Hal itu tidak mudah, sebab golongan darah yang sesuai tidak selalu tersedia.

"Saya telepon PMI Jakarta, minta konfirmasi apakah nama kakak saya sudah masuk daftar antrean plasma atau belum," kata Andry saat berbincang dengan Liputan6.com, Rabu 11 Agustus 2021.

Dalam mendapatkan plasma, seseorang dibolehkan mencari sendiri jika PMI tidak memiliki stok yang dibutuhkan. Tetapi, menurut Ketua UDD PMI DKI Jakarta Ni Ken Ritchie semua harus sesuai prosedur.

"Jadi alur permintaan konvalesen, pertama rumah sakit terkait membuat permintaan dan membuat surat pernyataan kemudian dikirim ke UDD PMI. Jika stoknya ada maka PMI langsung akan mengirimkan. Namun jika belum ada, pencari donor dibolehkan mengarahkan seorang calon pendonor dengan kriteria penyintas Covid-19 ke hotline kami untuk mendonorkan plasmanya," jelas Ni Ken saat dihubungi Liputan6.com, Senin 9 Agustus 2021.

Selama dua pekan Andry berjibaku. Dia berusaha mencari bantuan dengan menyebarkan pesan berantai berisi pencarian golongan darah sang kakak kepada rekanan dan kerabat sekitar.

Terhitung, lebih dari 20 orang diarahkannya ke PMI untuk melakukan screening tahap awal. Sebab, tidak semua penyintas Covid-19 bergolongan darah sama dapat mendonor. PMI memiliki standar ketat kepada penyintas. Donor plasma hanya dapat dilakukan, jika penyintas telah dinyatakan sembuh dalam rentang usia minimal dua pekan dan maksimal enam bulan, dengan kondisi tubuh yang fit.

"Setelah saya dapat persetujuan dari rumah sakit, saya baru bisa mencari sendiri dan Alhamdulillah ada yang cocok tapi dari Palembang, sedangkan saya tinggal di Bogor, bagaimana ini bisa tidak ya," pikir Andry saat itu.

Kepada rekannya di Palembang, pria paruh baya ini langsung menyodorkan kontak Halo Donor PMI Jakarta di nomor 08568864678 yang siap sedia 24 jam. Menurut dia, sistem dibangun antar PMI sudah sangat baik, sehingga tidak ada hambatan meski dari calon pendonor ada di lintas provinsi.

"Setelah lolos screening tahap awal melalui sejumlah pertanyaan melalui WhatsApp oleh PMI, rekan saya diarahkan ke PMI setempat di Palembang untuk memastikan kondisi fisiknya. Alhamdulillah, kondisinya baik dan bisa melakukan transfusi," beber Andry.

Tidak butuh waktu lama, plasma dari sang rekan akhirnya bisa masuk ke tubuh kakaknya di Bogor. Plasma tersebut diterbangkan menggunakan pesawat dalam jarak tempuh berkisar 60 menit. Sebab diketahui, plasma hanya memiliki waktu ketahanan 4 jam setelah didonorkan.

"Alhamdulillah, dengan sistem Halo Donor PMI itu, saya tidak harus bolak-balik, Jakarta Bogor atau sampai harus ke Palembang untuk mendapatkan kantong plasmanya. Cukup telepon, bantu share sana-sini, kemudian ada orang yang mau donor tinggal diarahkan ke kontak via chat WhatsApp, terbantu dan memudahkan. Kemudian tidak ada sama sekali menyinggung soal duit," beber Andry.

Sistem terintegrasi yang dimiliki PMI diakui sangat membantu Andry dan para pencari plasma lainnya. Mencukupi ketersediaan plasma konvalesen adalah peranan vital dan kontribusi PMI untuk Indonesia sebagai ikhtiar di tengah pandemi.

Namun usaha mencukupi stok konvalesen setiap harinya bukan perkara mudah. Ketua PMI Jusuf Kalla mengatakan, untuk PMI DKI saja membutuhkan sebanyak 300 kantong per harinya.

"Saat ini setidaknya yang masuk di waiting list PMI DKI Jakarta ada sekitar 300 pasien setiap harinya. Kami baru bisa memenuhi 100 permintaan berhubung kita masih kekurangan pendonor. Kami berharap penyintas Covid-19 yang memenuhi syarat untuk mau mendonorkan konvalesen darahnya," ujar pria yang akrab disapa JK ini dalam keterangan resminya, Selasa 3 Agustus 2021.

2 dari 2 halaman

Membangun Kesadaran Demi Menolong Nyawa

Meningkatkan kesadaran mendonor plasma bukan perkara mudah. Kerja sama dibutuhkan untuk saling membantu, demi sebuah nyawa. Terkait hal tersebut, Tim Liputan6.com menemukan sebuah gerakan inspiratif dari kelompok masyarakat bernama Pejuang Plasma.

Melalui akun Instagram @pejuang_plasma, mereka mencoba mengedukasi bagaimana plasma konvalesen bisa menjadi salah satu alternatif bagi terapi kesembuhan pasien Covid-19.

"Berawal dari teman-teman terdekat yang silih berganti mencari plasma namun sulit. Saya terpikir bagaimana dan bisa bantu apa?" kata Feishal Fathurrahman, penggagas Pejuang Plasma saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu 7 Agustus 2021.

Feishal melihat, rekanan di sekitarnya tidak sedikit yang sudah berstatus penyintas Covid-19. Menurut dia, hal tersebut dapat menjadi peluang kepada mereka yang membutuhkan donor plasma demi sesama.

"Akhirnya kami bergerak untuk raise awareness atau meningkatkan kesadaran para teman-teman penyintas. Yuk kita bantu teman lainnya agar bisa juga sembuh dengan plasma yang didonorkan," ungkap Feishal.

Tanggapan positif datang dari publik. Sejak gerakannya dimulai Juli 2021, Feishal dan kelompoknya tidak berhenti membuat konten edukasi soal donor plasma konvalesen sampai hari ini. Harapan dia sederhana, kekurangan stok plasma di PMI dapat terbantu dengan pemahaman lebih mendalam lagi kepada masyarakat soal terapi yang diyakini mampu menolong seseorang melewati masa kritis akibat Covid-19.

"Sebab tujuan kita utamanya bagaimana donor plasma ini bisa mencukupi, karena ternyata orang di sekitar kita kurang sadar. Ini yang membuat PMI kekurangan stok. Mulai dari situ, kita buat edukasi plasma konvalesen dan bisa direspons lebih baik lagi oleh publik," Feishal menandasi.