Liputan6.com, Jakarta - Peristiwa Rengasdengklok terjadi pada 16 Agustus 1945. Peristiwa ini dikenal karena penculikan Sukarno-Hatta oleh golongan muda dengan tujuan untuk segera melaksanakan proklamasi.
Golongan muda tersebut diwakili oleh Wikana, Sukarni, Chairul Saleh, Asmara Hadi, Subadio Sastrosatomo, Sajuti Melik, dan lainnya yang menculik Sukarno-Hata dengan dorongan pemuda untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Rengasdengklok dipilih menjadi tempat penculikan S\ukarno-Hatta karena tempat tersebut sudah sepenuhnya dikuasai oleh Pembela Tanah Air (PETA).
Advertisement
Sukarno-Hatta bersepakat dengan kelompok pemuda tentang pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di tempat ini.
Sebelum penculikan terjadi, adanya pertengkaran dan perdebatan perbedaan pendapat antara golongan muda dengan Sukarno-Hatta.
Rapat ini terjadi 15 Agustus 1945 di rumah Soekarno Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta.
Penculikan terjadi karena golongan muda menganggap posisi Sukarno-Hatta sangat mudah dipengaruhi dan terpengaruh oleh Jepang.
Â
Rapat mengenai penculikan Sukarno-Hatta
Setelah adanya perbedaan pendapat antara golongan muda dengan Sukarno-Hatta, Wikana dan Darwis menuju ke salah satu markas golongan muda di Jalan Cikini 71.
Kemudian golongan muda mengadakan rapat di Jalan Menteng 31 yang tempatnya lebih luar, rapat ini juga diikuti oleh kelompok Soekarni dan PETA, di kutip dari Antara.
Karena adanya perbedaan pendapat tersebut, golongan muda menganggap posisi Sukarno-Hatta mudah dipengaruhi dan terpengaruh oleh Jepang.
"Salah satu pemuda, yaitu Johar Noor, kemudian mengusulkan untuk menculik Sukarno-Hatta. Pemuda yang lain setuju. Kemudian dipilih Rengasdengklok yang menjadi salah satu markas PET," kata sejarawan Rusdhi Hoesein, dilansir Antara.
Sutan Syahrir tidak setuju dengan rencana tersebut setelah mendengarnya dari Soebadio yang tidak hadir rapat. Tetapi dengan keputusan sudah dibuat, Sutan tidak bisa berbuat apa-apa
Â
Advertisement
Hari penculikan Sukarno-Hatta terjadi
Pukul 04.30 pada 16 Agustus 1945, Sukarno-Hatta dijemput golongan muda dari rumah masing-masing. Golongan muda membagi dua tugas untuk menjemput Soekarno dan Hatta.
Fatmawati, istri Soekarno menggambarkan para golongan muda yang menjemput suaminya dengan berpakaian seram, terlihat membawa pistol dan sebagian membawa sebilah pisau.
"Dengan gaya jagoannya, dia (salah seorang pemuda) mencabut pisaunya dengan mata terbelalak berseru, 'Berpakaianlah Bung.., sudah tiba waktunya. Aku mengenal salah satu di antara mereka, di antaranya Sukarni,'" ucap Fatmawati.
Golongan muda mendesak Sukarno-Hatta untuk mengumumkan kemerdekaan Indonesia. Sukarno menolak untuk mengumumkannya.
Adanya desas-desus kekalahan Jepang dari Sekutu dalam Perang Dunia ke-II yang sudah terdengar, tetapi belum ada pernyataan resmi tentang kekalahan itu.
Fatmawati ikut dengan Sukarno menggunakan mobil Fiat hitam yang meluncur ke sebuah tempat yang tidak diketahuinya.
Dalam gambarannya tempat tersebut seperti pos penjagaan. Diketahui lokasi tersebut berada di Jatinegara.
Saat dalam perjalanan, ketersediaan susu anak Fatmawati, Guntur tertinggal. Akhirnya mobil Fiat tersebut mengambil susu tersebut di Pegangsaan.
Sukarno-Hatta bersama keluarga dipindahkan ke sebuah truk yang disopiri Iding. Alasan golongan muda memindahkan karena sedan terlalu besar untuk melewati jalan menuju tujuan akhir.
Ternyata itu merupakan siasat Sukarni dan yang lainnya agar supir tersebut tidak tahu akan dibawa kemana Sukarno-Hatta.
Sukarno-Hatta tiba di Rengasdengklok sekitar pukul 07.00 disambut oleh seluruh anggota PETA. Dibawa ke rumah milik seorang pemimpin PETA Djiaw Kie Siong, Rengasdengklok agar mudah mendeteksi pergerakan tentara Jepang jika menuju tempat itu.
Sukarno-Hatta di bawa ke sebuah ruangan berlantai papan, tanpa meja dan kursi. Hanya ada tikar pandan. Rupanya temat ini merupakan ruang tidur para prajurit PETA.
Â
Pencarian keberadaan Sukarno-Hatta
Soebardjo mendapat laporan dari sekretarisnya pukul 08.00 WIB bahwa Sukarno-Hatta hilang dari Jakarta.
Setelah itu Soebardjo menelpon Markas Angkatan Laut Jepang untuk memberitahu Laksamana Muda Tadashi Maeda bahwa Sukarno-Hatta hilang.
Soebardjo khawatir Sukarno-Hataa diculik penguasa militer Jepang dan keselamatannya terancam, karena itulah Soebardjo meminta bantuan Maeda. Lalu Maeda memerintahkan Nishijima mencari informasi.
Nishijima mendatangi Wikana dirumahnya dan bertanya tentang keberadaan Sukarno-Hatta. Wikana terlihat gugup dan gelisah ketika menjawab ketidaktahuannya mengenai keberadaan Sukarno-Hatta.
Dengan desakannya, Wikana mengatakan gerakan kemerdekaan harus diperjuangkan, bukan sebagai upah yang diterima dari orang lain, meskipun harus dicapai dengan kekerasan.
Wikana menyatakan akan mendatangkan Soekarno-Hatta asalkan keselamatan mereka terjamin Maeda. Maeda akan mendukung proklmasi kemerdekaan Indonesia. Kemudian Soebardjo membujuk mengembalikan Sukarno-Hatta ke Jakarta dengan memberikan jaminan bahwa kemerdekaan Indonesia akan segera terlaksana.
Â
Advertisement
Berakhirnya Peristiwa Rengasdengklok
Kesepakatan yang terjadi di Jakarta antara golongan tua yang di wakili Ahmad Soebardjo dengan golongan muda yang diwakili Wikana. Kedua golongan tersebut sepakat proklamasi kemerdekaan akan dilaksanakan di Jakarta.
Dengan kesepakatan tersebut, Ahmad Soebardjo dijemput oleh Soebardjo untuk kembali ke Jakarta.
Soebardjo menjanjikan kepada golongan muda yang berada di Rengasdengklok bahwa Proklamasi kemerdekaan Indonesia akan di laksanakan pada 17 Agustus 1945 paling lambat pukul 12.00 WIB.
Dengan jaminan proklamasi kemerdekaan tersebut, Soekarno Hatta diizinkan kembali ke Jakarta. Dan akhirnya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia diproklamirkan Sukarno dengan didampingi Hatta pada Jumat,17 Agustus 1945.
Â
(Lesty Subamin)