Liputan6.com, Jakarta Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat, Andi Mallarangeng berkomentar soal nasib sejumlah mural bernada kritik terhadap pemerintah berakhir penghapusan. Salah satunya mural yang tertulis di sebuah pagar beton dengan "Tuhan Aku Lapar" yang terletak di Tigaraksa, Kabupaten Tangerang.
Andi mempertanyakan mengapa aparat hanya menghapus mural yang bernada kritik. Padahal banyak mural lain di jalanan, namun tak bernasib sama.
Baca Juga
"Tapi aparat kan hanya menegakkan hukum, dan mural itu dibuat tanpa ijin. Lha, begitu banyak mural yang bertebaran tanpa ijin, kenapa hanya yang 'nadanya' kritis dicat hitam?" ucapnya.Â
Advertisement
"Silakan ambil kesimpulan sendiri," tulis Andi pada akun Instagram pribadinya, Rabu (18/8/2021).
Bersama dengan itu, ia pun mengunggah mural bertuliskan hal serupa. Menurut Andi dari dulu sejak awal kemerdekaan RI, pesan yang disampaikan rakyat masih sama.Â
"Tuhan, Aku Lapar. Dari dulu hingga sekarang, 76 tahun setelah merdeka, pesan yang terpampang di mural masih sama. Bedanya, yang dulu pakai ejaan lama dan yang sekarang langsung dicat hitam oleh aparat," ujarnya.
Mewakili Jeritan Hati Rakyat
Menurutnya, sebagian orang bisa bilang itu ulah seniman yang kurang kerjaan. Tapi orang lain juga bisa mengatakan bahwa itu mewakili jeritan hati rakyat yang diekspresikan oleh sang seniman.
"Lalu, kenapa ditimpa dengan cat hitam? Mungkin ada orang yang menganggap kalau mural dihitamkan maka rakyat tidak lagi lapar. Cara cepat mengatasi rakyat yang sedang lapar. Atau, mungkin juga ada orang yang lebih suka warna hitam kelam sepanjang tembok itu. Lebih sesuai dengan hatinya," sentilnya.
Menurut Andi justru karena mural itu ditimpa dengan cat hitam oleh aparat, maka membuatnya menjadi berita yang viral ke seantero negeri.
Advertisement