Liputan6.com, Jakarta Juru Bicara (Jubir) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr Siti Nadia Tarmizi mengatakan, positivity rate dan testing rate adalah indikator penting dalam menilai status transmisi atau penularan COVID-19.
Badan Kesehatan Dunia atau WHO juga merekomendasikan untuk suatu wilayah mampu melakukan testing minimal 1 orang per 1.000 penduduk per minggu untuk mengukur upaya surveilans yang dilakukan.
Baca Juga
"Pekan lalu, seluruh provinsi mampu mencapai testing rate yang ditetapkan. Walaupun begitu dengan kapasitas yang ada, sesuai dengan instruksi, kita mampu dan akan terus menargetkan testing mencapai 400.000 tes per hari," ujar Nadia dalam keterangan yang diterima Liputan6.com, Kamis (19/8/2021).Â
Advertisement
Dia menambahkan, upaya penemuan kasus dilakukan dengan memprioritaskan populasi yang berisiko tinggi untuk menularkan virus, yaitu pasien dengan kriteria suspek dan juga kontak erat.
Menurut Nadia, pembelajaran yang terjadi di Jawa dan Bali hendaknya menjadi kewaspadaan bagi provinsi-provinsi di luar Jawa dan Bali, terutama karena adanya varian baru.
"Kita berharap dan terus berupaya untuk melokalisasi setiap wilayah yang berpotensi munculnya kluster-kluster dan penularan aktif," ujarnya.
Dia menegaskan, varian Delta merupakan varian baru yang saat ini mulai mendominasi pelaporan varian di hampir seluruh negara di dunia. Varian ini harus selalu diwaspadai karena memiliki kemampuan penularan dan potensi gejala dan keparahan yang lebih tinggi.
Jubir Kemenkes ini pun memastikan, bahwa Indonesia terus berupaya melakukan kegiatan sekuensing untuk memantau penyebaran varian baru, baik yang berasal dari luar maupun dalam negeri. Menurut catatannya, per tanggal 18 Agustus 2021, sudah lebih dari 5.000 sekuensing dilakukan dengan 80% hasil adalah varian delta.
Untuk itu dia mengimbau pemerintah daerah di beberapa wilayah untuk lebih waspada dan meningkatkan testing dan tracing mengingat dominasi varian delta yang terdeteksi. Wilayah yang dimaksud adalah Aceh, Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Maluku, dan Papua.
Â
** #IngatPesanIbuÂ
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua
Tingkatkan Testing dan Tracing
Nadia juga mengingatkan, bagi provinsi atau daerah lain yang belum melaporkan atau belum menemukan varian Delta diminta untuk tetap waspada.
Pemerintah daerah diharapkan aktif meningkatkan upaya testing dan tracing serta melaporkan kasus-kasus yang masuk kriteria untuk dilakukan pemeriksaan sekuensing ke laboratorium rujukan.
"Sekali lagi, upaya pengendalian dan vaksinasi yang kita lakukan saat ini masih terbukti efektif untuk mencegah penularan, dan mencegah keparahan dan kematian akibat infeksi varian delta ini," ujar dr Nadia.
Dia juga mengungkapkan, lebih dari 60 ribu kasus yang tercatat sebagai kasus aktif adalah kasus-kasus yang terkonfirmasi positif lebih dari 21 hari yang lalu. Besar kemungkinan kasus tersebut kini telah sembuh atau meninggal dunia.
Menurut Nadia, ada beberapa provinsi yang kemungkinan harus memperbarui status kasus aktif lebih dari seribu kasus, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah,Papua, Sumatera Utara, Jawa Timur, Maluku, dan Kalimantan Tengah.
Dia memastikan Kementerian Kesehatan sedang bekerja bersama provinsi-provinsi dan kabupaten/kota terkait untuk menyelesaikan updating status kasus-kasus tersebut.
"Karena kasus-kasus ini akan dirilis pada tanggal mereka dilaporkan, masih akan terjadi lonjakan-lonjakan jumlah kasus meninggal dan sembuh, dan mungkin juga kasus konfirmasi, akibat updating status dan rilis kasus lama ini," ujarnya.
Â
Advertisement