Sukses

Wamenkes: Kasus Positif Covid-19 pada Anak Naik 2 Persen

Wamenkes Dante Saksono mengatakan, masih meningkatnya kasus terkonfirmasi positif Covid-19 membuat Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di sekolah sangat berisiko.

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono menyebut, kasus terkonfirmasi positif Covid-19 pada anak naik sebesar 2 persen. Pada Juli 2021, kasus Covid-19 pada anak masih 13 persen, kini menjadi 15 persen.

"Persentase kasus konfirmasi pada anak dibandingkan dewasa naik 2 persen," kata Dante dalam Rakornas KPAI 'Persiapan PTM dan Program Vaksinasi Anak Usia 12-17 Tahun Berbasis Sentra Sekolah', Senin (30/8/2021).

Dia mengatakan, masih meningkatnya kasus terkonfirmasi positif Covid-19 membuat Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di sekolah sangat berisiko. Kematian pada dewasa di lingkungan keluarga juga bersiko meningkat, sebab anak-anak yang beraktivitas tatap muka bisa menjadi sumber penularan Covid-19.

"Anak-anak ini menyumbang sumber primer dari kasus klaster yang ada di keluarga. Ini penting nanti ketika melakukan pembukaan pembelajaran tatap muka di sekolah," ujar Dante.

Dante mengatakan, sejumlah negara di dunia sudah menunjukkan sekolah tatap muka bisa menjadi klaster baru Covid-19. Bahkan, sejumlah sekolah di Indonesia yang menggelar PTM mengidentifikasi klaster Covid-19.

Dia mengambil contoh SMA 1 Sumatera Barat yang melaksanakan sekolah tatap muka pada periode 21 hingga 31 Maret 2021. Aktivitas tersebut membuat 61 anak positif Covid-19. Kemudian MAN Insan Cendikia, Padang Pariaman yang menggelar sekolah tatap muka pada 17 April 2021, memicu 63 anak positif Covid-19.

Berikutnya SMP 2 Sawah Lunto, melaksanakan sekolah tatap muka pada 17 April 2021. Akibatnya, 21 anak positif Covid-19. "Proses pembelajaran itu bisa mempunyai risiko jumlah kasus positif akan bisa meningkat dan menjadi klaster baru," sambung dia.

 

2 dari 3 halaman

Klaster Baru di Sekolah Bisa Dicegah

Meski demikian, klaster baru Covid-19 bisa dicegah di sekolah yang menggelar PTM. Caranya, melakukan skrining secara rutin pada pelajar yang terlibat PTM.

"Kalau klaster ini ditangani dengan baik, maka tidak terlalu berdampak. Karena itu, salah satu faktor penting adalah bukan soal pada saat kita melakukan evaluasi awal ketika kita melakukan pembelajaran pada anak, tapi evaluasi secara skrining berkala diperlukan pula untuk mengidentifikasi apabila terjadi klaster-klaster baru di sekolah tersebut," tandas dia.

Juru bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Bakti Bawono Adisasmito mengatakan bahwa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi mengizinkan daerah dengan level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dari 1 sampai 3 melakukan pembelajaran tatap muka. Namun, pembelajaran tatap muka tersebut dilakukan terbatas.

"Pembelajaran tatap muka terbatas dapat dilakukan pada daerah dengan level PPKM 1-3. Namun tetap mengedepankan protokol kesehatan, prinsip kehati-hatian, serta kesehatan dan keselamatan seluruh insan kependidikan dan keluarganya," kata Wiku Rabu 25 Agustus 2021.

Sementara untuk wilayah PPKM level 4, lanjut Wiku, tetap melakukan pembelajaran jarak jauh atau daring. Meskipun demikian, pemerintah tetap akan melakukan persiapan teknis asesmen nasional atau simulasi jelang pembukaan kegiatan sekolah tatap muka bagi daerah level 4.

"PPKM Jawa-Bali pada level 4 akan dilakukan persiapan teknis asesmen nasional atau simulasi mulai 24 Agustus hingga 2 September 2021 mendatang dengan kapasitas maksimal 25 persen pendidik dan tenaga pendidik," jelas Wiku.

 

Reporter: Titin Supriatin

Sumber: Merdeka.com

3 dari 3 halaman

Jangan Jenuh 6M Meski Sudah Vaksinasi