Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta agar laju penyuntikan vaksinasi Covid-19 di Indonesia dipercepat. Hal ini lantaran munculnya berbagai varian Covid-19 seperti, varian delta yang memiliki tingkat penularan lebih cepat.
Bukan hanya itu, akhir-akhir ini dunia kembali dikejutkan dengan kemunculan virus corona B1621 atau varian Mu. Oleh sebab itu, Jokowi meminta percepatan vaksinasi dan kedisiplinan terhadap protokol kesehatan agar masyarakat tak terpapar varian baru Covid-19.
Baca Juga
"Kita tahu ada varian-varian baru yang dulunya awal kita tidak menyangka muncul varian delta, ini sudah kita dengar lagi varian Mu. Sebab itu, sekali lagi percepat vaksinasi dan taat terhadap protokol kesehatan," jelas Jokowi saat meninjau pelaksanaan vaksinasi Covid-19 di Kota Blitar Jawa Timur, Selasa (7/9/2021).
Advertisement
Dia menekankan bahwa Covid-19 tidak mungkin hilang total. Menurut Jokowi, hal yang bisa dilakukan saat ini adalah mengendalikan penyebaran virus corona akan kasus tak kembali melonjak.
"Sekarang kita tahu Covid-19 ini tidak mungkin akan hilang yang bisa adalah mengendalikan, jangan sampai terjadi peningkatan yang eksponensial karena virus corona ini," katanya.
"Sebab itu, meskipun sudah divaksin, kita jangan terus abai terhadap protokol kesehatan, tetap pakai masker," sambung Jokowi.
Dia menerima laporan bahwa 76 persen warga Blitar yang sudah menerima suntikan vaksin Covid-19. Dia ingin program vaksinasi di Blitar terus dilanjutkan agar segera tercapai herd immunity atau kekebalan komunal.
"Saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada masyarakat yang sudah sangat antusias untuk ikut divaksin," ucap Jokowi.
Â
** #IngatPesanIbuÂ
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
#sudahdivaksintetap 3m #vaksinmelindungikitasemua
Ditemukan di 39 Negara
Sebelumnya, virus corona Varian Mu---juga dikenal sebagai B.1.621---masuk dalam daftar pantauan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 30 Agustus 2021 setelah terdeteksi di 39 negara.
Varian Mu juga disebut memiliki sekelompok mutasi yang mungkin membuatnya kurang rentan terhadap perlindungan kekebalan yang telah diperoleh banyak orang.
Menurut buletin mingguan WHO tentang pandemi, varian Mu 'memiliki konstelasi mutasi yang menunjukkan sifat potensial untuk lolos dari kekebalan'. Data awal laporan tersebut menunjukkan itu mungkin menghindari pertahanan kekebalan dengan cara yang mirip dengan varian Beta yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan.
Kementerian Kesehatan mencatat, Varian Mu belum terdeteksi di kawasan ASEAN, termasuk juga di Indonesia. Hal ini melihat dari hasil deteksi varian virus Corona, Whole Genome Sequencing (WGS) yang terus diteliti Indonesia.
Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono menjelaskan, Varian Mu pertama kali terdeteksi di Kolombia. Diketahui dari analisis laboratorium, Varian Mu memengaruhi efektivitas vaksin COVID-19 lain dan penyebarannya tidak sehebat Varian Delta.
"Salah satu mutasi selain Varian Delta, (muncul) yang baru sekarang sudah ada Varian Mu. Varian ini terjadi (terdeteksi) di Kolombia," jelas Dante saat Konferensi Pers PPKM pada Senin, 6 September 2021.
"Berdasarkan concern pada minggu ini dilihat secara laboratorium, varian tersebut mempunyai resistansi terhadap kondisi vaksin. Tetapi penyebarannya tidak sehebat penularan dari Varian Delta," sambung dia.
Advertisement