Sukses

Presiden: Kekuatan Senjata adalah Pilihan Terakhir

Para perwira lulusan Akademi TNI dan Polri 2002 diingatkan untuk menggunakan kekuatan senjata sebagai pilihan terakhir. Mereka diharapkan peka terhadap permasalahan di masyarakat.

Liputan6.com, Jakarta: Para perwira lulusan Akademi TNI dan Polri 2002 diingatkan untuk menggunakan kekuatan senjata sebagai pilihan terakhir. "Penggunaan kekuatan harus dipegang sebagai prinsip dalam menangani pergolakan-pergolakan di beberapa daerah," ujar Presiden Megawati Sukarnoputri, dalam sambutannya pada Upacara Prasetya Perwira TNI dan Polri 2002, di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (19/12) pagi.

Selain pendekatan sosial budaya, ekonomi, atau politik untuk mengatasi kemelut itu, Presiden berpendapat, keteguhan hati, pikiran, dan sikap yang secara efektif ditunjang oleh kesiapan teknis sangat diperlukan. Megawati juga berharap, para lulusan bisa menjadi perwira dan pejuang yang profesional, serta peka terhadap permasalahan di masyarakat. Para lulusan diminta menguasai sebanyak mungkin ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pada kesempatan tersebut, Presiden Megawati melantik dan mengambil sumpah 892 Perwira TNI dan Polri. Mereka terdiri dari 281 Perwira TNI AD lulusan Akademi Militer (Akmil) Magelang, 225 Perwira TNI AL lulusan Akademi TNI Angkatan Laut (AAL) Surabaya, 143 Perwira TNI AU lulusan Akademi TNI Angkatan Udara (AAU), dan 243 Perwira Polri lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) Semarang.

Presiden menyematkan secara langsung tanda pangkat kepada empat perwira yang dinyatakan sebagai lulusan terbaik dan mendapat penghargaan Adhi Makayasa. Mereka adalah Letnan Dua Infanteri Rizky Marlon Iriano Silalahi dari TNI AD, Letda Marinir Briand Iwan Prang dari TNI AL, Letda (Lek) Mochamad Amri Taufani dari TNI AU, dan Inspektur Dua Polisi Nugroho Ari Setiawan dari Polri.(COK/Olivia Rosalia dan Bambang Triono)