Sukses

Luhut Pandjaitan: Sabam Sirait Pendekar Demokrasi yang Pantas Dihormati

Demokrasi, sambut Luhut, adalah legacy yang ditinggalkan Sabam. Ini merupakan legacy yang sangat hebat dalam perjalanan sejarah politik di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Anggota MPR RI paling senior, Sabam Sirait, dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP), Kalibata, Jakarta, Minggu (3/10/2021) sore menjelang malam.

Sabam tiba di TMP Kalibata setelah sebelumnya diserahterimakan pihak keluarga yang diwakili Johan Sirait secara militer kepada pemerintah yang diwakili Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasona H Laoly.

Dari kediaman di Jalan Depsos, Pesangrahan, Jakarta Selatan, sebelum dimakamkan di TMP Kalibata, jenazah anggota DPD RI dari daerah pemilinan DKI Jakarta ini juga diberikan penghormatan terakhir di gedung DPR/MPR di Senayan.

Jenazah deklarator Partai Demokrasi Indonesia (PDI) tahun 1973 sebelum berubah menjadi PDI Perjuangan di era reformasi ini, dari kediaman menuju gedung parlemen dan menuju TMP Kalibata menggunakan mobil jenazah DPP PDI Perjuangan. Selain menggunakan protokol kenegaraan, jenazah Sabam juga dikawal oleh puluhan satgas PDI Perjuangan.

Upacara di TMP dipimpin oleh Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo, sementara yang mewakili pemerintah hadir Luhut Binsar Pandjaitan.

Dalam sambutannya, Luhut mengatakan bahwa Sabam Sirait merupakan sosok patriot yang sangat pantas dihormati. Selama hidupnya, Sabam telah mengabdikan dirinya untuk demokrasi dan NKRI.

Demokrasi, sambut Luhut, adalah legacy yang ditinggalkan Sabam. Ini merupakan legacy yang sangat hebat dalam perjalanan sejarah politik di Indonesia.

"Pak Sabam, seorang pendekar demokrasi, seorang pejuang yang tidak pernah hentinya untuk menegakkan, mempertahankan derajat NKRI ini," ujar Luhut di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata.

"Saya pikir legacy itu juga terlahir dari kehadiran kita semua sore hari ini," sambung Luhut, yang mengajak generasi muda untuk mencontoh sikap Sabam Sirait, terutama dalam kesetian dan loyalitas kepada NKRI, serta mengajak anak-anak Sabam untuk meneruskan perjuangan Sabam.

 

 

2 dari 2 halaman

Politisi yang Berani

Diketahui, Sabam, yang menulis buku "Meniti Demokrasi Indonesia" ini sempat melakukan interupsi di era Orde Baru ketika tak ada yang berani melakukan interupsi. Sabam juga sempat 'dipanggil' oleh orang-orang tak dikenal dan dibawa ke suatu tempat untuk diinterogasi.

Sabam bukan sekadar politisi kawakan melainkan juga negarawan. Sosoknya merupakan tokoh lintas batas dan lintas generasi, yang juga berjuang untuk kemanusiaan global. Sabam, di usia senja, sering ikut turun ke jalan menentang penjajahan satu bangsa kepada bangsa lain, terutama Palestina.

Â