Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meluncurkan dua inovasi sekaligus guna menghadang potensi tsunami di Selatan Jawa di Cilacap, Senin 4 Oktober 2021. Kedua inovasi itu adalah EWS Radio Broadcaster dan aplikasi SIRITA (Sirens for Rapid Information on Tsunami Alert)
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menjelaskan, EWS Radio Broadcaster merupakan moda diseminasi berbasis suara guna mengantisipasi kerusakan jaringan komunikasi seluler pascagempa merusak.
Baca Juga
Sistem ini memanfaatkan jaringan komunikasi berbasis radio yang banyak digunakan oleh pegiat kebencanaan dan komunitas radio berbasis masyarakat, seperti RAPI dan ORARI sebagai hub untuk menyebarkan informasi secara cepat, akurat serta ramah terhadap kelompok masyarakat rentan yang memiliki keterbatasan menelaah pesan berbasis teks.
Advertisement
Sedangkan, SIRITA adalah aplikasi sirine tsunami berbasis android yang dibuat untuk memudahkan pemerintah daerah menyampaikan perintah evakuasi kepada masyarakat sebagai bentuk peringatan dini.
Dwikorita menyebut inovasi yang diprakarsai Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara ini, menjadi terobosan di tengah kendala akan banyaknya sirine tsunami yang mati akibat usia pakai.
“Di era saat ini, saya yakin hampir semua orang telah memiliki ponsel pintar berbasis android. Paling tidak, dalam satu rumah tangga pasti ada yang memiliki ponsel pintar, bisa jadi bahkan lebih. Maka dari itu, aplikasi ini akan sangat bermanfaat sebagai bentuk peringatan dini evakuasi bagi masyarakat di pesisir pantai,” ujar Dwikorita dalam keterangannya, Rabu (6/10/2021).
Dwikorita mengungkap, peluncuran dua inovasi ini sebagai respons pihaknya atas meningkatnya aktivitas kegempaan di Indonesia. Berdasarkan data gempabumi hasil pengamatan BMKG, selama periode tahun 2008-2016 rata-rata 5.000 hingga 6.000 kali, 2017 meningkat menjadi 7.169, selanjutnya mulai 2018 hingga 2019 melompat menjadi lebih dari 11.500 kali dalam satu tahun.
Meskipun kemudian agak menurun menjadi 8.258 kali di tahun 2020, jumlah ini dianggap masih di atas rata-rata kejadian gempa bumi tahunan di Indonesia. Belum lagi, intaian tsunami yang mengancam sejumlah wilayah di Pesisir Selatan Jawa.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Sasar Cilacap
Dwikorita membeberkan, dipilihnya Cilacap sebagai tempat peluncuran inovasi teranyar BMKG tersebut karena pusat perekonomian dan pemerintahan di kabupaten ini berada di pesisir pantai. Sedangkan jarak evakuasi menuju tempat yang relatif aman cukup jauh, sehingga cukup memakan waktu.
Di Cilacap juga terdapat berbagai objek vital nasional dan strategis di antaranya Kilang Minyak Pertamina, Pembangkit Listrik Tenaga Uap, dan pabrik semen Dynamix.
“Berdasarkan pemodelan, potensi ketinggian tsunami berkisar belasan meter dengan estimasi kedatangan tsunami sekitar 50 menit. Namun, karena wilayah pesisir Cilacap sangat padat penduduk maka butuh waktu lebih untuk proses evakuasi. Terlebih tempat evakuasi cukup jauh sekitar 2 hingga 4 kilometer,” paparnya.
Dapat Redam Jumlah Korban
Harapannya, keberadaan EWS Broadcaster dan SIRITA ini dapat meminimalisir jumlah korban jiwa jika sewaktu-waktu gempa bumi dan tsunami menerjang selatan Pulau Jawa. Dwikorita menyebut bahwa penggunaan teknologi digital dan aplikasi yang terkoneksi satu sama lain akan meningkatkan efektivitas sistem peringatan dini yang dikeluarkan, karena dapat menghindarkan dari terputusnya rantai alur informasi peringatan dini dari BMKG kepada masyarakat.
Dwikorita mengungkapkan, selama ini keterbatasan jaringan komunikasi kerap menjadi salah satu kendala saat penyebaran peringatan dini karena tidak jarang jaringan komunikasi seluler mengalami gangguan usai gempa merusak. Kendala inilah yang coba BMKG pecahkan dengan meluncurkan EWS Broadcaster dan SIRITA.
“Khusus SIRITA, handphone yang menginstal aplikasi SIRITA akan berbunyi keras layaknya sirine apabila BMKG mengeluarkan peringatan dini mengenai potensi tsunami. Jadi, kendala seperti tidak tersampaikannya peringatan dini kepada masyarakat bisa diminimalisir. Pun, akibat jauhnya tempat tinggal dengan lokasi sirine karena sifat handphone yang sangat personal,” terangnya.
“Bunyi sirine yang keluar dari handphone didefinisikan sebagai perintah untuk segera melakukan evakuasi, mencari dataran tinggi atau tempat-tempat yang lebih tinggi guna menghindari terjangan tsunami,” tambah dia.
Advertisement