Sukses

Hadiri Forum Pemimpin Agama di Vatikan, PP Muhammadiyah Soroti Rendahnya Kesejahteraan Guru

Mu'ti mengatakan, kondisi kesejahteraan guru belum sesuai dengan kontribusinya. Disejumlah negara, masih banyak guru yang hidup dalam kondisi ekonomi yang buruk

Liputan6.com, Jakarta Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti menjadi satu-satunya wakil Indonesia  dalam forum pertemuan para pemimpin agama dunia di Vatikan, Selasa (5/10/2021).

Abdul Mu’ti berada satu meja dengan pemimpin Katolik dunia Pope Francis dan mufti agung Al-Azhar Syaikh Ahmad al-Tayyeb dan 15 tokoh agama dunia dalam forum bertajuk Religions and Education: Toward a Global Compact on Education yang mendiskusikan inklusivitas dunia pendidikan.

Pada kesempatan itu, Mu’ti menyampaikan ceramah tentang paradoks antara peran besar yang diemban guru sekaligus kesejahteraan dan keamanan hidup mereka yang tidak terjamin.

"Dengan dedikasi penuh, guru bekerja sepenuh hati untuk siswanya. Untuk dedikasi ini mereka mengorbankan waktu, tenaga, keluarga, dan hidup. Untuk menemui siswa, guru harus tinggal di daerah terpencil dengan fasilitas yang sangat minim. Ada guru di kamp-kamp pengungsi. Ada situasi di mana guru harus mengajar di tengah perang,” kata Mu’ti

Mu'ti pun mengatakan, kondisi kesejahteraan guru belum sesuai dengan kontribusinya. Disejumlah negara, masih banyak guru yang hidup dalam kondisi ekonomi yang buruk.

"Apresiasi kepada guru baik sebagai pribadi maupun profesional masih kurang memuaskan. Bahkan guru menjadi korban kekerasan, dihukum, dan sebagainya. Akibat kondisi tersebut, generasi muda kurang berminat menjadi guru,” imbuhnya.

 

2 dari 2 halaman

Perlu Perhatian Tokoh Agama

Menurut Mu'ti, tugas besar guru untuk menyiapkan masa depan bangsa bahkan dunia yang baik ini perlu menjadi perhatian para tokoh agama di dunia untuk menggaungkan penghormatan yang layak dan sepatutnya diterima oleh para guru.

"Dari sudut pandang agama, guru memiliki misi profetik sebagai utusan’ Tuhan yang memegang, mengajar, dan mengubah ajaran agama ke dunia,” tutur Mu’ti.

Menurutnya kualitas pendidikan, manusia, bangsa, dan dunia ditentukan pada kualitas guru. Untuk itu dibutuhkan tindakan bersama dan kerja sama untuk menjadikan guru sebagai profesi terhormat dan agen peradaban dan peradaban umat manusia. 

"Kita membutuhkan jaminan hukum untuk jaminan psikologis, profesional, moral, dan sosial bagi guru. Dari sini, kita perlu memiliki komitmen dan tindakan bersama menuju apresiasi yang lebih baik kepada guru,” tegas Mu’ti.