Liputan6.com, Jakarta - Hari pencoblosan Pilpres 2024 masih lama. Bahkan pemerintah, DPR dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) belum memutuskan hari pelaksanaannya. Namun, pemanasan jelang Pilpres 2024 sudah terasa melalui kemunculan kelompok relawan yang mengusung sejumlah nama kondang di Tanah Air.
Kelompok relawan itu antara lain menyebut nama Ketua DPR Puan Maharani, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno, dan terakhir Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai sosok yang akan mereka dukung di Pilpres 2024.
Pengamat politik dari Lingkar Madani, Ray Rangkuti mengatakan, kehadiran kelompok relawan ini bukan semacam keharusan, namun sudah jadi bagian dari ritme demokrasi kita. Dia pun menilai fenomena ini bagus-bagus saja selama kelompok relawan itu muncul secara natural dari bawah.
Advertisement
"Kalau bukan by design, bagus-bagus saja, harus disambut yang begituan. Jadi catatannya, selama itu tidak rekayasa, karena sekarang juga saya kira ada model-model rekayasa yang dibangun, seolah merupakan desakan publik padahal sebenarnya strategi pemenangan, itu pun sebenarnya boleh-boleh saja," ujar Ray kepada Liputan6.com, Rabu (6/10/2021).
Relawan itu baru menjadi masalah, lanjut dia, kalau sejak awal diberi fasilitas dan fasilitas berlanjut sampai masa kampanye, ada gaji dan uang transpor. Artinya ada semacam perjanjian yang mengikat antara relawan dengan sosok yang diusung.
"Selain itu, sejauh ini saya melihat relawan-relawan ini belum sampai pada aspek menyosialisasikan ide, tapi menonjolkan pada figur. Sebaiknya dimulai dengan sosialisasi ide-ide, di mana relawan-relawan ini kemudian tertarik karena kinerja figur tersebut, sehingga diusung jadi capres," beber Ray.
Namun, ujar dia, untuk jadi capres tidak cukup melihat kinerja semata, karena kinerja seseorang di satu tempat itu tidak menunjukkan kinerja keseluruhan Indonesia. Ada saatnya sang tokoh harus mengembangkan visinya, apa yang mau dicapai untuk Indonesia, dan itu yang kemudian disosialisasikan oleh relawan.
"Saya sih masih melihat, sejauh ini relawan muncul karena inisiatif pribadi yah, cuma saya melihat masih bersifat keterpesonaan kepada figur tadi, jadi belum berkembang pada keterpesonaan ide. Keterpesonaan ide itu bisa muncul kalau ada negosiasi ide. Nah, sekarang relawan itu sudah ada negosiasi ide itu belum?" tanya Ray.
Ide itu, lanjut dia, bisa jadi prinsip antikorupsi, perlindungan HAM, penguatan kembali KPK, kebebasan berpendapat, dan otonomi daerah.
"Jadi relawan tinggal menguji calon yang diusung, siap atau tidak dengan ide-ide tersebut. Kalau soal kesejahteraan itu tidak usah disebutkan lagi, karena mutlak, sudah wajib itu," tegas Ray.
Yang jelas, ujar dia, keberadaan relawan akan sangat bisa mendongkrak elektabilitas sosok yang diusung, karena umumnya relawan bergerak sendiri sehingga bebas menyosialisasikan yang bagus-bagus tentang si calon.
"Tapi bisa blunder juga. Misalnya kalau terlalu sensitif, dikritik sedikit lalu mereka serang ornag yang mengkritik, itu bahaya, blunder. Dikiritik sedikit lapor polisi. Jadi, relawan itu harus pandai-pandai menangkis serangan," jelas Ray.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago mengatakan, kehadiran relawan dalam kontestasi seperti pilpres tak bisa dibendung.
"Namun, belum tentu juga relawan itu bekerja sesuai keinginan dari calon yang didukungnya. Sebab, bisa saja relawan itu malah belum pernah ketemu dengan sosok yang didukungnya. Calon itu pun mungkin belum mau ketemu karena tidak mau menimbulkan prasangka kalau mereka membayar para relawan itu," jelas Pangi kepada Liputan6.com, Rabu (6/10/2021).
Karena itu, dia menyarankan sebaiknya hadirnya relawan itu berjalan alamiah, gerakan yang betul-betul dilakukan atas kesadaran masyarakat yang tumbuh. Nothing to loose saja karena mereka bekerja murni untuk idealisme.
"Jadi, relawan ini bagian dari dinamika demokrasi dan sebetulnya baik, kenapa? Itu menandakan demokrasi kita jalan, karena sulit juga mengaitkan apakah relawan yang menjamur itu didesain oleh calon. Jadi saya menduga dukungan itu murni karena hati mereka terpanggil untuk jadi relawan bagi sosok yang didukungnya," beber Pangi lagi.
Yang diharapkan relawan hanya ingin melihat jagoannya ikut berkontestasi Pilpres 2024, sehingga menurut dia acara deklarasi relawan bertujuan agar gerakan mereka makin masif dan memengaruhi publik serta sikap partai. Jadi bisa dibilang, kehadiran relawan yang kuat itu tak bisa dianggap remeh karena bisa mendongkrak elektabilitas calon.
"Ada irisan ke sana (elektabilitas), karena relawan bergerak ke calon yang kiranya akan menang. Umumnya, hasil survei yang ada selama ini mendorong publik jadi relawan. Apakah ada yang sponsori? Bisa jadi, tapi kalau dananya dari si calon sendiri saya tidak yakin, karena menurut saya itu gegabah ngeluarin uang sementara nasib mereka juga masih dalam ketidakpastian," jelas Pangi.
Sosok Pilihan Relawan Jokowi
Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta kepada kelompok relawan Seknas Jokowi tak terburu-buru mengambil sikap untuk Pilpres 2024. Hal ini disampaikan Jokowi saat membuka secara terbuka Rapat Pimpinan Nasional atau Rapimnas Seknas Jokowi, yang merupakan organisasi tempat berkumpulnya relawan Jokowi, secara virtual, Minggu (14/6/2021).
"Saya sarankan kepada para relawan untuk mengamati dulu. Jangan tergesa-gesa, ojo kesusu. Mari kita pelajari bersama konstelasi politik, kita pelajari bersama sama peta politiknya dengan baik. Saya lihat masih ada waktu yang cukup untuk melakukan itu semua," kata Jokowi.
Dia menuturkan, ada saatnya para relawan Jokowi bergerak terlebih dahulu. Namun, untuk saat ini semua fokus dulu mengatasi pandemi Covid-19.
"Kesehatan dan keselamatan rakyat harus yang paling diutamakan dan indonesia harus tangguh menghadapi pandemi. Tapi kita juga ingin kehidupan ekonomi bisa segera tumbuh," tutur Jokowi.
Namun, tak demikian dengan Jokowi Mania, salah satu kelompok relawan Jokowi, yang pertengahan September lalu mendeklarasikan dukungannya kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo untuk maju pada kontestasi Pilpres 2024.
"Kita Jokowi Mania sudah punya tekad yang kuat mendukung Mas Ganjar untuk 2024. Pertama alasannya, Mas Ganjar sosok yang bisa menjaga legacy Jokowi. Kedua, Mas Ganjar pemimpin yang kita lihat sangat dekat dengan rakyat kecil. Ketiga, Beliau punya karya ketika memimpin Jawa Tengah karena kita lihat saat ini Jawa Tengah salah satu provinsi terbaik di Indonesia," tegas Ketua Jokowi Mania (Joman) Immanuel Ebenezer kepada Liputan6.com, Rabu (6/10/2021).
Dia mengakui Jokowi Mania belum berkomunikasi dengan Presiden Jokowi terkait deklarasi dukungan tersebut. Namun, dia memastikan Jokowi sudah mengetahui, paling tidak dari pemberitaan.Â
"Pak Jokowi kan urusannya bukan urusin beginian. Terlalu kecil urus Pilpres 2024. Presiden Jokowi itu hanya urusin Covid-19 dan bagaimana ekonomi bangsa ini bagus, itu doang. Tugas kita sebagai anak bangsa encari pemimpin pengganti The Next Jokowi nanti siapa," ujar pria yang karib disapa Noel itu.
Ketika ditanyakan apakah deklarasi ini tidak terlalu cepat, dia membantahnya. Secara administratif diakui masih jauh hari pencoblosannya. Tapi secara administrasi terbilang dekat. Apalagi di tahun 2022 mendatang prosesnya sudah akan memasuki verifikasi dan lain-lain.
"Bangsa ini saja waktu mau dideklarasikan merdeka diperjuangkan puluhan tahun, Reformasi 98 juga puluhan tahun kita perjuangin. Masa mencari pemimpin cuma dua tahun setengah dibilang panjang. Ngawur itu yang bilang masih panjang," ujar Noel.
"Bukan ngawur, tapi takut mereka. Karena hari ini kita lihat popularitas dan elektabilitas Mas Ganjar kan begitu luar biasa. Hari ini nggak ada yang bisa nguber, karena kita lihat Beliau sosok wong deso sama kayak Pak Jokowi, orang tinggi kurus beruban," imbuh dia.
Terkait perintah Jokowi kepada relawan untuk tidak terburu-buru mengarahkan dukungan politik terkait Pilpres 2024, dia tak menampiknya. Namun, ada hal lain yang tak bisa dikesampingkan yaitu soal nurani.
"Itu perintah politik Presiden. Tapi ada perintah nurani yang gak bisa kita bendung. Perintah nurani ini kan sama kayak waktu Pak Jokowi dicalonkan sebagai presiden. Semua orang enggak ada yang mau dukung presiden, bahkan di internal PDI. Tapi, kita diperintah nurani untuk memilih Jokowi saat itu," jelas Noel.
"Gambaran waktu kita memilih Jokowi dan memilih Ganjar itu sama persis. Artinya, akan ada pengulangan sejarah. Kita selain diperintah Jokowi diperintah nurani. Nah, nurani kita hari ini milihnya Mas Ganjar. Bukan kita tak patuh perintah Presiden," imbuh dia.
Demikian pula dengan langkah Jokowi Mania yang tak memilih mendukung sosok atau tokoh yang akan diusung PDIP di Pilpres 2024, mereka punya perhitungan politik sendiri. Bahkan, dia memastikan tak hanya Jokowi Mania, melainkan seluruh elemen relawan Jokowi punya pemikiran yang sama.
"Kita kan punya kalkulasi tersendiri lah, kita enggak mau terjebak dengan polemik politik lah. Kami maunya melihat, karena kan kita bukan mencari politik, kita mau cari pemimpin. Kalau mau nyari politikus banyak di republik ini, pemimpin yang main politik banyak. Tapi kalau pemimpin yang bekerja untuk rakyat, susah. Saya 99 persen katakan, pendukung Pak Jokowi mendukung Mas Ganjar," tegas Noel.
Terkait sejauh mana dorongan Jokowi Mania bisa meningkatkan elektabilitas dari sosok yang didukungnya, dia menegaskan itu tidak tergantung pada relawan. Urusan elektabilitas adalah soal bagaimana kinerja yang bersangkutan.
"Persoalan elektabilitas dan sebagainya kan tergantung kinerja ya. Kita memilih pemimpin bukan politik. Kalau seandainya ada orang yang lebih baik dari Jokowi dan Ganjar ya kenapa tidak. Tapi kalau kita sudah memutuskan Mas Ganjar," ujar Noel.
"Biarkanlah kader-kader bangsa menunjukkan kinerjanya. Siapa pun orangnya. Kita mau ke depan nanti di 2024 lahir pemimpin-pemimpin atau sosok-sosok yang bertarungnya dengan ide dan program. Jangan seperti 2014 dan 2019. Tidak ada ide, adanya narasi perpecahan dan bertarung," pungkas Noel.
Â
Â
Advertisement
Mereka yang Disokong Relawan
Tak banyak yang mengetahui kalau kemunculan relawan pendukung Ketua DPR Puan Maharani telah mendahului deklarasi relawan serupa belakangan ini. Tak hanya satu, dua kelompok relawan langsung muncul menyokong Puan untuk maju di kontestasi Pilpres 2024, yaitu Gema Perjuangan Maharani Nusantara (GPMN) dan Barisan Relawan Puan Maharani Indonesia (Barani).
GPMN diketuai oleh Dadi Palgunadi sementara Barani dipimpin oleh Madiyo Sriyanto. Dalam laman gemaperjuanganmaharaninusantara.com, GPMN menampilkan banyak kegiatan Puan selama menjabat sebagai Ketua DPR. Dalam sejarah pembentukannya dituliskan, bermula dari keprihatian kondisi akan potensi perpecahan anak bangsa dalam memaksakan ideologi selain Pancasila.
Perlunya kesadaran berbakti untuk negara dan rakyat, yang akan melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan yang berkarakter kebangsaan dan figur pemersatu setelah Presiden Joko Widodo.
Sementara Barani, selain aktif membuat situs berita berisi kumpulan kegiatan Puan dan rilis, juga aktif di Facebook dan Twitter.
Tak jauh beda dengan Puan yang sama-sama orang parpol, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar juga disokong relawan. Mengusung nama Relawan Gus Muhaimin Asik Poll (Gaspoll), mereka mendeklarasikan Gus Muhaimin maju sebagai capres pada Pemilu Presiden 2024.
"Ini adalah salah satu cara Relawan Gaspoll terjun ke masyarakat, bekerjasama dengan para musisi lokal baik di kafe dan musisi jalanan. Rencananya kegiatan ini akan dilakukan di beberapa kota," kata Koordinator Tim Nasional Relawan Gaspoll Fahmi Budiawan usai deklarasi di Jakarta, Senin (21/6/2021).
Dia mengatakan, Relawan Gaspoll sengaja dibentuk untuk menyasar kalangan milenial dan menyosialisasikan Gus Muhaimin dengan cara unik, yaitu "ngamen" ke tempat-tempat nongkrong anak-anak muda.
Dia mengatakan, rencananya kegiatan serupa dilakukan di berbagai kota di Indonesia, dan pihaknya sengaja menyasar kelompok anak-anak muda, karena mereka adalah pemilih mayoritas pada Pemilu 2024.
Hampir bersamaan dengan Relawan Gaspoll, kelompok relawan yang menamakan diri Sahabat Ganjar mendeklarasikan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang juga kader PDIP untuk maju pada Pilpres 2024 di 34 provinsi se-Indonesia.
"Kami menebarkan semangat yang selama ini digaungkan Ganjar di 51 kota pada 34 provinsi di Indonesia," kata Ketua Umum Sahabat Ganjar Lenny Handayani saat deklarasi, Minggu (20/6/2021).
Tujuan deklarasi serentak tersebut untuk konsolidasi agar bisa bersinergi serta bergerak bersama sesuai visi dan misi Sahabat Ganjar yaitu mengusung Ganjar Pranowo maju di Pilpres 2024.
"Sahabat Ganjar dapat menjadi perpanjangan tangan dalam menyebarluaskan semangat kepemimpinan Ganjar ke masyarakat luas," ujar dia.
Deklarasi Sahabat Ganjar dilaksanakan di Yogyakarta pada 20 Juni 2021. Kemudian diperluas hingga 33 provinsi lainnya yang menyasar di 51 kota di Indonesia.
Ia menyebutkan 51 kota tersebut di antaranya Aceh, Medan, Pekanbaru, Jambi, Bengkulu, Palembang, Kota Lampung, Serang, Kota Bogor, Kuningan, Sukabumi, Cianjur, Karawang, Bandung dan sejumlah kota lainnya.
Tak hanya itu, Lenny Handayani juga menyatakan, Sahabat Ganjar siap bertempur untuk Pilpres 2024 secara serentak di 17 negara.
Sebanyak 17 negara tersebut adalah Hong Kong, Macau, Jepang, Taiwan, Inggris, Singapura, Italia, Belanda, Malaysia, Arab Saudi, Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, Austria, Spanyol, Uni Emirat Arab, dan Prancis.
Salah satu Relawan Sahabat Ganjar di Australia menambahkan secara pribadi, ia melihat Ganjar sebagai orang yang bisa memajukan bangsa Indonesia. Ungkapan tersebut terdapat di dalam video yang ditayangkan saat deklarasi berlangsung.
Sama halnya yang dikatakan para relawan dari Malaysia, Ganjar diyakini layak menjadi pemimpin Indonesia.
"Pak Ganjar punya sikap toleransi yang tinggi, menolong orang, tegas, jujur, dan meski kami berada di luar negeri, kami akan tetap mendukung Beliau," ungkap Asih Lestari yang merupakan salah satu Relawan Sahabat Ganjar di Malaysia.
Dalam kesempatan itu, juga dilakukan pelantikan kepengurusan Sahabat Ganjar di 34 DPW dan 140 DPC di seluruh Indonesia. Para Sahabat Ganjar ini terdiri atas berbagai elemen masyarakat.
Dengan jeda yang cukup lama, giliran Sandiaga Uno yang digadang-gadang pendukungnya untuk maju di Pilpres 2024. Relawan Kawan Sandi (RKS) mendeklarasikan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno itu di Pelabuhan Rakyat Paotere, Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (15/9/2021).
"Kami meyakini figur Sandiaga Uno tepat mengemban harapan tersebut," kata perwakilan RKS, Adhi Saputra, dalam keterangan tertulis di Jakarta.
Deklarasi tersebut dilakukan RKS di atas perahu di Pelabuhan Rakyat Paotere, sebagai pusat ekonomi rakyat kecil, yang menghubungkan Kota Makassar dengan ratusan pulau di wilayah Sulawesi Selatan.
Selain mendeklarasikan Sandiaga Uno sebagai capres 2024, RKS juga menggelar aksi sosial di Kampung Nelayan Paotere, Makassar. Para relawan membagikan masker, handsanitizer, hingga paket sembako kepada warga.
RKS merupakan relawan lintas profesi, lintas agama, lintas generasi, dan lintas suku. Mereka berfokus memperjuangkan nasib rakyat kecil yang kesulitan akibat pandemi COVID-19. Mereka memprediksi peluang besar untuk Sandiaga Uno maju sebagai bakal calon presiden (Capres) pada Pemilu 2024 mendatang.
"Hasil dari beberapa lembaga survei menempatkan nama Sandiaga Uno dalam lima besar kandidat berpeluang capres," kata Adhi Saputra.
Terakhir, Senin awal pekan lalu, muncul sebuah kelompok menamakan diri mereka Relawan Bala Anies. Ketua Relawan Bala Anies, Sismono Laode, menyatakan mereka mendukung Gubernur DKI Jakarta itu sebagai Presiden Republik Indonesia.
"Bagi kami, Anies Baswedan menjadi salah satu tokoh yang diimpikan rakyat Indonesia dan layak memimpin Indonesia di masa depan," ucap Laode, Senin (4/10/2024).
Dia mengaku Relawan Bala Anies sudah ada sejak 2020, meskipun Laode sebagai ketua mengaku belum pernah bertemu langsung dengan Anies. Alasannya, dikarenakan pandemi sehingga membuat pertemuan dan segala aktivitas dibatasi.
Laode memang tahu sejauh ini belum ada niatan dari Anies untuk maju Pilpres. Menurutnya, Anies memang fokus menyelesaikan segala permasalahan dan menuntaskan program di Jakarta.
"Pak Anies sendiri belum berpikir ke RI 1. Beliau sedang fokus membangun Ibu Kota dan menuntaskan janji kampanye dan Alhamdulillah hampir semua sudah dituntaskan," ucap Laode.
Berbicara dukungan, Laode mengakui belum ada partai politik yang secara terbuka menyuarakan Anies sebagai calon presiden. Namun, ia optimistis satu saat akan ada partai politik meminang mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu maju sebagai calon presiden.
"Kami meyakini bahwa ada kekuatan di luar kehendak manusia. Hampir semua masyarakat tidak menyangka jika Pak Anies bisa menjadi calon Gubernur DKI (karena tidak ada partai). Pun halnya, tidak ada yang menyangka jika Pak Jokowi bisa jadi calon Presiden dari PDIP kala itu. Politik itu ibarat ilmu keajaiban," pungkasnya.
Lalu, relawan siapa akan menyusul?
Â