Liputan6.com, Jakarta Sekretaris Jenderal Gerindra Ahmad Muzani mengumandangkan bahwa ketua umumnya yang juga Menteri Pertahanan Prabowo Subianto akan mengikuti helatan Pilpres 2024.
Meski demikian, kenangan akan selalu gagal di ajang Pilpres membanyangi Prabowo Subianto, dan bahkan ada anggapan bahwa Gerindra harus meniru Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang memberikan kesempatan kepada kadernya Joko Widodo atau Jokowi untuk maju.
Baca Juga
Terkait hal ini, Pengamat Politik dari LIPI mengatakan, Aisah Putri Budiatri memandang tak bisa disamakan apa yang terjadi dengan Megawati dan Prabowo saat ini.
Advertisement
Menurutnya, Megawati saat itu pintar melihat peluang bahwa Jokowi untuk bisa menang di ajang lima tahunan politik tersebut, bersama partainya dan terbukti.
"Pada saat itu, popularitas Jokowi sangat tinggi, dan menjadi lawan politik yang sangat sengit dalam pemilu, mencalonkan Jokowi menjadi peluang saat itu bagi PDIP untuk bisa memenangkan pemilu dan memiliki kader yang terpilih sebagai presiden, Megawati menurut saya melihat peluang itu," kata Aisah kepada Liputan6.com, Minggu (10/10/2021).
Untuk kasus Prabowo, dari sejumlah hasil survei angkanya masih tinggi, sehingga menurutnya Gerindra masih layak mencalonkannya maju di Pilpres 2024.
"Dilihat dari hasil pemilu sebelumnya dan survei, Prabowo masih berpeluang menang dalam kompetisi pemilu ke depan, karena itu, Gerindra bisa jadi melihat ini sebagai peluang dan harapan bagi Prabowo," kata Aisah.
Meski demikian, apa yang dilakukan Muzani salah satunya untuk mengecek ombak akan peluang Prabowo di Pilpres 2024 dan melihat suara masyarakat.
"Pernyataan Gerindra bisa berarti dua hal. Untuk mengecek ombak sejauh mana publik dan parpol lain merespon hal itu," ungkap Aisah.
"Mematangkan internal partainya untuk solid mempersiapkan Prabowo sebagai capres mereka, dan artinya juga memberi sedikit ruang bagi kader lain dari internal Gerindra yang ingin mencalon setidaknya sebagai capres," sambungnya.
Masih Jauh
Meski demikian, Aisah menyebut Pilpres 2024 masih cukup jauh sehingga dinamika politik dan perubahan keputusan masih sangat mungkin terjadi.
"Namun tentu pemilu masih panjang perjalanannya, dan politik masih sangat mungkin mengalami dinamika yang belum kita tahu arahnya akan ke mana. Bisa jadi Prabowo konsisten menjadi calon hingga 2024 nanti, tetapi bisa juga tidak," kata dia.
Advertisement