Sukses

Hidup di Masa Online-Offline, Mahasiswa dan Pelajar Diajarkan Identifikasi Berita Hoaks

Berdasarkan data dari Kominfo jumlah hoaks yang tersebar periode Agustus 2018 hingga 30 September 2021 terdapat 9.025 hoaks.

Liputan6.com, Jakarta Sebanyak 500 mahasiswa vokasi Universitas Indonesia (UI) dan siswa SMAN 21 Jakarta diajarkan cara mengidentifikasi berita hoaks melalui Zoom dan YouTube, Minggu (10/10/2021). Pelatihan berlangsung secara online. 

"Kegiatan ini semakin dibutuhkan semenjak pandemi, karena masyarakat harus hidup di 'dua alam', yaitu offline dan online," kata Dosen Pengabdi dari Vokasi Humas UI, Devie Rahmawati.

Berdasarkan data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), jumlah hoaks yang tersebar periode Agustus 2018 hingga 30 September 2021 terdapat 9.025 hoaks.

"Di mana yang tertinggi ialah hoaks kategori kesehatan sebanyak 1893; pemerintahan sebanyak 1176; disusul politik sebanyak 1265 isu," sebut Devie. 

Temuan isu seputar Covid-19 sendiri diketahui sejak Januari hingga 4 Oktober 2021. Terdapat 1.929 isu, di mana Facebook menjadi media sosial tertinggi penyebaran hoaks, diikuti oleh Instagram dan Twitter.

Davie mengatakan penyebaran hoaks tidak dapat diabaikan, mengingat sedikitnya ada tiga dampak dari hoaks yaitu Kerusuhan Sosial, Konflik Politik dan Kerugian Ekonomi. Dia pun memberikan sejumlah contoh kasus hoaks. 

"Sebagai contoh, kejadian penyerangan di Yahukimo, Papua belakangan ini, disebabkan hoaks di Jakarta; Pada tahun 2019, hoaks politik telah menewaskan 8 orang meninggal dalam kerusuhan 22 Mei, yang melibatkan lebih dari 400 pelaku kerusuhan; sedangkan hoaks perekonomian, yaitu investasi bodong yang disebarkan via online, menurt data OJK terbukti telah merugikan keuangan masyarakat lebih dari Rp.100 Triliun, dalam periode tahun 2011 – 2020," kata ujar dia.

2 dari 2 halaman

Pentingnya Mengidentifikasi Hoaks

Sementara itu, pengabdi dari Vokasi Administrasi Perkantoran Vokasi UI, Mila Viendyasari mengatakan sangat penting melatih anak muda mengidentifikasi berita hoaks. Sebab, anak muda memiliki kemampuan digital yang luas.

"Di sinilah kami menilai diperlukan kemampuan masyarakat untuk dapat mengidentifikasi informasi yang diterima apakah dapat dipertanggungjawabkan atau hoaks. Anak-anak muda, menjadi sasaran yang strategis, karena mereka memiliki kemampuan digital yang terkini, sehingga akan lebih mudah untuk mentransfer tambahan ilmu mengenai cek fakta dan berita," ujar Mila.