Liputan6.com, Jakarta - Gempa berkekuatan magnitudo 4,8 SR menggetarkan wilayah Pacitan, Jawa Timur (Jatim) pada hari ini, Rabu (13/10/2021) pukul 12:00:47 WIB.
"Gempa terjadi di kedalaman 55 kilometer. Lokasi gempa 78 kilometer barat daya Pacitan, Jatim," tulis akun Twitter resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) @infoBMKG, Rabu (13/10/2021).
Baca Juga
Meski tidak berpotensi tsunami, getaran gempa terasa hingga Gunungkidul, Yogyakarta yang membuat sejumlah warga panik.
Advertisement
Getaran gempa juga dirasakan di Mapolres Gunungkidul, yang membuat para wartawan yang sedang meliput berlarian ke luar lokasi jumpa pers.
Erfanto Linangkung, seorang wartawan mengatakan, saat gempa dirinya sedang duduk di dekat dinding, ia merasakan getaran dan langsung berlari menuju tempat parkir.
"Kaget, dan getaran terasa banget. Temboknya kaya mau rubuh gitu," kata Linangkung.
Sementara itu, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, pihaknya belum melihat adanya potensi gempa susulan.
"Hingga pukul 12.51 WIB hasil monitoring BMKG menunjukkan belum terjadi aktivitas gempa susulan (aftershock)," ucap Daryono.
Berikut sederet fakta terkait gempa yang terjadi di Pacitan, Jawa Timur hingga terasa di Yogyakarta dihimpun Liputan6.com:
1. Berkekuatan Magnitudo 4,8
Gempa siang hari ini pukul 12:00:47 WIB, Rabu (13/10/2021) menggetarkan wilayah Pacitan, Jawa Timur (Jatim).
Informasi gempa ini dikutip dari akun Twitter resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) @infoBMKG.
Dilaporkan, lindu yang terjadi tersebut berkekuatan magnitudo 4,8 SR dengan kedalaman 55 kilometer.
"Lokasi gempa 78 kilometer barat daya Pacitan, Jatim," tulis @infoBMKG, Rabu (13/10/2021).
Episenter gempa berada pada koordinat titik 8.87 Lintang Selatan (LS) dan 110.97 Bujur Timur (BT).
Advertisement
2. Gempa Tak Terasa Lama
Getaran gempa ini dirasakan hingga wilayah Yogyakarta. Syarif, salah seorang warga mengaku gempa yang dirasakan tidak terlalu lama.
Namun dia mengaku panik karena sebagian warga yang melintas depan depan pertokoannya berteriak gempa.
"Orang-orang pada teriak. Tadi sempat mau keluar ruangan juga, tapi getarannya tidak terlalu lama," jelas Syarif.
Sementara itu, gempa Yogyakarta juga diadukan oleh warganet di jagad Twitter. Akun @emilixlix mengaku merasakan gempa, hingga membuat televisi yang sedang iya saksikan berguncang.
"Jogja gempa ya barusan? tv aku sampai getar," cuit dia.
Sementara itu, warganet lainnya mengaku lantai sekolahnya mengalami retak usai gempa terjadi.
"Gais, jogja gempa tapi aku ga berasa. posisinya aku lagi di toilet, pas balik ke ruang kelas, kok dindingnya sampe retak jal. serem banget," kata akun @fdhlas.
3. Sempat Buat Warga Panik
Gempa bumi Magnitudo 4,8 mengguncang Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, hari ini Rabu (13/10/2021) sekitar pukul 12.00 WIB.
Meski tidak berpotensi tsunami, getara gempa terasa hingga Gunungkidul, yang membuat sejumlah warga sempat panik.
Getaran gempa juga dirasakan di Mapolres Gunungkidul, yang membuat para wartawan yang sedang meliput berlarian ke luar lokasi jumpa pers.
Erfanto Linangkung, seorang wartawan mengatakan, saat gempa dirinya sedang duduk di dekat dinding, ia merasakan getaran dan berlalri menuju lokasi parkiran.
"Kaget, dan getaran terasa banget. Temboknya kaya mau rubuh gitu," kata Linangkung.
Selain linangkung, Erwin salah satu wartawan media televisi juga merasakan getaran. Dirinya yang duduk tak jauh dari linangkung juga merasakan getaran yang cukup hebat saat sedang menulis naskah berita sontak ia berdiri dan berlari.
"Ditepuk Linangkung, dan juga merasakan getaran. Ya ikutan lari takutnya rubuh," jelas Erwin.
Advertisement
4. Situasi Aman Terkendali
Selain di Mapolres Gunungkidul, gempa juga dirasakan warga Banjarejo Tanjungsari Gunungkidul. Dina Kamila (23) warga setempat saat dikonfirmasi mengatakan, bangunan toko miliknya retak di beberapa bagian, seperti di dekat meja kasir, di tembok bagian belakang dan juga plafon toko tersebut.
"Alhamdulillah tidak parah. Hanya retak sedikit," ujar dia, Rabu (13/10/2021).
Saat peristiwa terjadi, lanjut dia, dirinya tengah melayani pembeli. Ketika tengah menghitung belanjaan pelanggan menggunakan mesin kasir tiba-tiba terjadi goyangan gempa yang cukup keras. Ia bersama karyawan dan juga pembeli sempat lari ke luar toko menyelamatkan diri.
Beruntung selain hanya tembok bangunan yang retak, tidak ada kerusakan lain di toko miliknya. Barang-barang yang ada di etalase ataupun rak masih tertata dengan rapi, tidak ada yang ambruk ataupun jatuh. Ia mengakui jika bangunan tersebut adalah bangunan baru, belum genap satu tahun berdiri.
"Ini belum lama kok. Nanti biar dibetulin bapak," ujar dia.
Terpisah, Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul, Edy Basuki mengaku untuk sementara memang belum ada laporan kerusakan seperti tampak guncangan gempa yang terjadi pada pukul 12.00 WIB. Secara umum wilayah kabupaten Gunungkidul masih terkendali.
"Sementara masih aman dan terkendali," jelas Dina.
5. BPBD Sebut Belum Ada Laporan Kerusakan
Kepala Pelaksana BPBD Pacitan Didik Alih menyatakan, belum ada laporan kerusakan terkait gempa magnitudo 5 yang menggoyang Pacitan, Rabu (13/10/2021).
Dia menyatakan, pihaknya melalui berbagai jaringan terus melakukan pelacakan di setiap wilayah terkait kemungkinan kerusakan dan korban gempa.
"Tidak ada kerusakan, ini tadi tim BPBD sini pengecekan terkait dampak gempa siang ini,"ujarnya dikutip dari TimesIndonesia.
Diakuinya, gempa yang sempat membuat masyarakat berlarian ini. Dia mengimbau warga jangan panik berlebihan, lebih kepada waspada.
"Saya mengimbau masyarakat tetap tenang dan selalu waspada, silahkan cari tempat yang aman," jelasnya.
Advertisement
6. Belum Ada Potensi Gempa Susulan
Gempa pada siang hari ini pukul 12:00:47 WIB, Rabu (13/10/2021) menggetarkan wilayah Pacitan, Jawa Timur (Jatim). Gempa berkekuatan 4,8 magnitudo ini dirasakan sejumlah wilayah Jawa Timur hingga Yogyakarta.
Hal itu diungkap Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono.
"Gempa Selatan Gunung Kidul Yogyakarta Magnitudo 4,8 dirasakan cukup luas dalam skala intensitas III MMI di, Yogyakarta, Pacitan, Wonogiri, Blora, Trenggalek, dan beberapa tempat lainnya," cuit Daryono melalui akun Twitternya @DaryonoBMKG, Rabu (13/10/2021).
Daryono mengatakan, hingga kini pihaknya belum melihat adanya potensi gempa susulan.
"Hingga pukul 12.51 WIB hasil monitoring BMKG menunjukkan belum terjadi aktivitas gempa susulan (aftershock)," kata dia.
Menurut Daryono, dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, maka gempa termasuk jenis gempa dangkal.
"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Lempeng Eurasia di Samudra Hindia, Selatan Jawa," tutup Daryono.
7. Ingatkan Potensi Tsunami 28 Meter di Pesisir Selatan Jawa Timur
Meski tak ada potensi gempa susulan, Gempa tersebut mengingatkan peringatan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) soal potensi tsunami setinggi 28 meter di wilayah yang berada di pesisir selatan Jawa Timur itu.
Pada 13 September lalu, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengingatkan masyarakat dan pemerintah daerah Pacitan untuk siap dengan skenario terburuk gempa dan tsunami di wilayah tersebut.
Hal tersebut dilakukan untuk menghindari dan mengurangi risiko bencana gempa dan tsunami yang mengintai pesisir selatan Jawa akibat pergerakan lempeng tektonik Indo-Australia dan Eurasia.
"Berdasarkan hasil penelitian, di Pantai Pacitan memiliki potensi tsunami setinggi 28 meter dengan estimasi waktu tiba sekitar 29 menit. Adapun tinggi genangan di darat berkisar sekitar 15-16 meter dengan potensi jarak genangan mencapai 4 - 6 kilometer dari bibir pantai," beber Dwikorita dalam keterangan tertulis.
Dwikorita menyebut, dengan skenario tersebut maka masyarakat yang berada di zona bahaya perlu berlatih rutin untuk melakukan langkah evakuasi mandiri bila mendapatkan Peringatan Dini Tsunami maksimum 5 menit setelah gempa terjadi.
Masyarakat, khususnya yang berada di wilayah pesisir pantai harus segera mengungsi ke dataran yang lebih tinggi jika merasakan guncangan gempa yang besar.
"Untuk masyarakat yang berada di pantai, tidak perlu menunggu perintah, aba-aba, atau sirine, segera lari karena waktu yang dimiliki hanya sekitar 29 menit, sedangkan jarak tempat yang aman yang lebih tinggi cukup jauh,” ujarnya.
Dwikorita mengatakan, yang namanya skenario artinya masih bersifat potensi yang bisa saja terjadi atau bahkan tidak terjadi. Namun demikian, masyarakat dan pemerintah daerah harus sudah siap dengan skenario terburuk tersebut.
Artinya, lanjut Dwikorita, jika masyarakat dan pemerintah daerah siap, maka jumlah korban jiwa maupun kerugian materi dapat diminimalisasi. Dengan skenario terburuk ini, kata dia, pemerintah daerah bersama masyarakat bisa lebih maksimal mempersiapkan upaya mitigasi yang lebih komprehensif.
"Jika masyarakat terlatih maka tidak ada istilah gugup dan gagap saat bencana terjadi. Begitu gempa terjadi, baik masyarakat maupun pemerintah sudah tahu apa-apa saja yang harus dilakukan dalam waktu yang sangat terbatas tersebut," tegas dia.
Dwikorita menegaskan, hingga saat ini tidak ada satu pun negara di dunia yang bisa memprediksi kapan terjadinya gempa dan tsunami secara tepat dan akurat. Lengkap dengan perkiraan tanggal, jam, lokasi, dan magnitudo gempa.
"Semua masih sebatas kajian yang didasarkan pada salah satunya adalah sejarah gempa di wilayah tersebut," kata dia.
Advertisement
8. Rekomendasi BMKG
BMKG memberi rekomendasi kepada pemerintah daerah untuk menyiapkan dan menambah jalur-jalur evakuasi lengkap dengan rambu-rambu di zona merah menuju zona hijau.
Mengingat luasnya zona bahaya (zona merah) dan padatnya pemukiman penduduk, maka Pemerintah Daerah harus lebih cermat dan tepat dalam memperhitungkan jumlah dan lokasi jalur evakuasi yang diperlukan.
Pertimbangannya adalah jarak lokasi tempat evakuasi, waktu datangnya gelombang genangan tsunami, kelayakan jalur, serta menyiapkan mekanisme dan sarana prasarana evakuasi secara tepat.
Pemerintah daerah, lanjut Dwikorita, juga perlu mempersiapkan secara khusus sarana dan prasarana evakuasi bagi kelompok lanjut usia (lansia) dan difabel. Selain itu, masyarakat juga harus terus diedukasi mengenai potensi bencana dan cara menghadapinya.
"Saya rasa perlu juga disiapkan semacam Tempat Evakuasi Sementara (TES) ataupun Tempat Evakuasi Akhir (TEA) sebagai tempat penampungan khusus bagi warga yang mengungsi dengan ketersediaan stock/cadangan logistik yang memadai," pungkas Dwikorita.
Antisipasi Gempa Bumi
Ini yang harus dilakukan sebelum, sesaat, dan sesudah gempa bumi.
Sebelum Terjadi Gempa:
- Pastikan bahwa struktur dan letak rumah Anda dapat terhindar dari bahaya yang disebabkan oleh gempa, seperti longsor atau likuefaksi. Evaluasi dan renovasi ulang struktur bangunan Anda agar terhindar dari bahaya gempa bumi.
- Kenali lingkungan tempat Anda bekerja: perhatikan letak pintu, lift, serta tangga darurat. Ketahui juga di mana tempat paling aman untuk berlindung.
- Belajar melakukan P3K dan alat pemadam kebakaran.
- Catat nomor telepon penting yang dapat dihubungi pada saat terjadi gempabumi.
- Atur perabotan agar menempel kuat pada dinding untuk menghindari jatuh, roboh, bergeser pada saat terjadi gempabumi.
- Atur benda yang berat sedapat mungkin berada pada bagian bawah. Cek kestabilan benda yang tergantung yang dapat jatuh pada saat gempabumi terjadi
- Simpan bahan yang mudah terbakar pada tempat yang tidak mudah pecah agar terhindar dari kebakaran.
- Selalu mematikan air, gas dan listrik apabila tidak sedang digunakan.
- Siapkan alat yang harus ada di setiap tempat: Kotak P3K, senter/lampu baterai, radio, makanan suplemen dan air.
Saat Terjadi Gempa:
- Jika Anda berada dalam bangunan: lindungi badan dan kepala Anda dari reruntuhan bangunan dengan bersembunyi di bawah meja, cari tempat yang paling aman dari reruntuhan dan guncangan, lari ke luar apabila masih dapat dilakukan.
- Jika berada di luar bangunan atau area terbuka: Menghindar dari bangunan yang ada di sekitar Anda seperti gedung, tiang listrik, pohon. Perhatikan tempat Anda berpijak, hindari apabila terjadi rekahan tanah.
- Jika Anda sedang mengendarai mobil: keluar, turun dan menjauh dari mobil hindari jika terjadi pergeseran atau kebakaran.
- Jika Anda tinggal atau berada di pantai: jauhi pantai untuk menghindari bahaya tsunami.
- Jika Anda tinggal di daerah pegunungan: apabila terjadi gempabumi hindari daerah yang mungkin terjadi longsoran.
Setelah Terjadi Gempa:
- Jika Anda berada di dalam bangunan, keluar dari bangunan tersebut dengan tertib. Jangan menggunakan tangga berjalan atau lift, gunakan tangga biasa. Periksa apa ada yang terluka, lakukan P3K, telepon atau mintalah pertolongan apabila terjadi luka parah pada Anda atau sekitar Anda.
- Periksa lingkungan sekitar Anda. Apabila terjadi kebakaran, apabila terjadi kebocoran gas, apabila terjadi hubungan arus pendek listrik. Periksa aliran dan pipa air, periksa apabila ada hal-hal yang membahayakan.
- Jangan memasuki bangunan yang sudah terkena gempa karena kemungkinan masih terdapat reruntuhan.
- Jangan berjalan di daerah sekitar gempa, kemungkinan terjadi bahaya susulan masih ada.
- Dengarkan informasi mengenai gempa bumi dari radio (apabila terjadi gempa susulan). Jangan mudah terpancing oleh isu atau berita yang tidak jelas sumbernya.
- Mengisi angket yang diberikan oleh instansi terkait untuk mengetahui seberapa besar kerusakan yang terjadi.
- Jangan panik dan jangan lupa selalu berdoa kepada Tuhan demi keamanan dan keselamatan kita semuanya.
Advertisement