Sukses

Tanggapi LBH Jakarta, DKI: Penanganan Banjir Tak Berorientasi pada Betonisasi

Sigit menyebut, penanganan banjir di DKI Jakarta tidak berorientasi pada betonisasi dan diklaim jauh lebih cepat dari tahun-tahun sebelumnya.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mengklaim telah melakukan berbagai langkah strategis untuk mengendalikan banjir di Ibu Kota. Hal ini disampaikan Asisten Pemerintahan Sekda Provinsi DKI Jakarta, Sigit Wijatmoko, menanggapi laporan LBH Jakarta terkait penanganan banjir.

Sigit menyebut, penanganan banjir di DKI Jakarta tidak berorientasi pada betonisasi dan diklaim jauh lebih cepat dari tahun-tahun sebelumnya.

“Sebagai contoh, banjir yang terjadi pada 20 Februari 2021 disebabkan hujan ekstrem 226 mm/hari yang melebihi kapasitas tampungan drainase DKI Jakarta yang berkisar 100-150 mm/hari. Kejadian tersebut berdampak pada 49 RT dari total 30.470 RT di Jakarta (1,6 % dari total area). Namun, berbeda jauh dibandingkan dampak banjir pada tahun-tahun sebelumnya dengan curah hujan yang sama, banjir berhasil ditangani secara cepat,” kata Sigit dalam keterangannya, Minggu (24/10/2021).

Selain itu, Sigit menyebut, DKI melakukan berbagai program pengendalian banjir yang tidak berorientasi pada betonisasi, seperti program Gerebek Lumpur dengan mengintensifkan pengerukan pada selokan, kali, situ, waduk, lalu membuat olakan-olakan, memperbaiki saluran air, mengintensifkan instalasi sumur resapan atau drainase vertikal.

“Program tidak orientasi pada betonisasi,” katanya.

“Juga mengimplementasikan Blue and Green yaitu taman yang menjadi kawasan tampungan air sementara saat intensitas hujan tinggi, penyediaan alat pengukur curah hujan, dan perbaikan pompa,” imbuhnya.

Pemprov DKI Jakarta juga menyiagakan pompa sepanjang tahun di 178 lokasi rumah pompa. Terdapat 457 pompa stasioner di dekat sungai, waduk, maupun pintu air. Lalu, terdapat 282 unit pompa mobile atau portabel yang tersebar di lima Kota Administrasi. Pemprov DKI Jakarta juga mendatangkan tambahan pompa mobile sebanyak 40 unit.

“Pemprov DKI Jakarta juga menambahkan ruang terbuka hijau yang turut menjadi kawasan serapan air hujan, yang mana tahun ini ditargetkan ada 12 taman baru untuk melengkapi 57 Taman Maju Bersama (TMB) yang sudah ada. Selain itu, ada pula Taman Grande, yakni merevitalisasi taman-taman yang sudah ada sehingga naik kelas, contohnya Taman Tebet,” ujarnya.

 

2 dari 2 halaman

Drainase Vertikal

Sigit juga menyampaikan bahwa Pemprov DKI Jakarta terus membuat drainase vertikal untuk membantu penyerapan air ke tanah dan menampung cadangan air bersih.

“Pemprov DKI Jakarta juga menerapkan mekanisme pajak tanah untuk membatasi penyedotan air tanah. Ada pula pembangunan dan rehabilitasi polder untuk mengelola sistem tata air terintegrasi sehingga melindungi suatu kawasan dari banjir,” katanya.

Sebagai upaya penanganan banjir rob akibat naiknya permukaan laut, Pemprov DKI Jakarta juga berkolaborasi dengan Kementerian PUPR dalam membangun tanggul pantai di sepanjang wilayah pesisir Jakarta yang membentang sekitar 12,66 kilometer di pantai Utara.

“Ke depan, target pembangunan tanggul sepanjang 46,21 kilometer,” pungkasnya