Sukses

Korban Kecelakaan Transjakarta Alami Trauma

Kecelakaan Transjakarta di Jl. MT Haryono pada Senin, 25 Oktober 2021 menyisakan trauma bagi korban. Kecelakaan itu terjadi tak jauh dari Halte Cawang Ciliwung, sekitar pukul 08.40 WIB.

Liputan6.com, Jakarta - Kecelakaan Transjakarta di Jl. MT Haryono pada Senin, 25 Oktober 2021 menyisakan trauma bagi korban. Kecelakaan itu terjadi tak jauh dari Halte Cawang Ciliwung, sekitar pukul 08.40 WIB.

Dadang (41) salah satu korban kecelakaan Transjakarta yang saat ini masih dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Budhi Asih, Jakarta Timur, menceritakan, saat itu dia hendak berangkat menuju ke tempat kerjanya di Bekasi dengan menggunakan TransJakarta dari Pluit.

Dia berada di bus Transjakarta yang menabrak bus di depannya ketika akan menurunkan penumpang di Halte Cawang Ciliwung.

"Sebelum kejadian itu bus jalan normal-normal saja," kata Dadang. Namun, dia mengaku sempat merasakan kejanggalan sebelum bus memasuki Halte Cawang Ciliwung.

Dadang yang duduk di bagian belakang dengan posisi kursi yang sedikit lebih tinggi membuatnya dapat melihat dengan jelas detik-detik sebelum terjadinya tabrakan.

Saat itu, dia melihat sang sopir bus tidak tampak berusaha mengerem meski di depannya ada bus Transjakarta lain yang sedang berhenti.

"Kok sudah 300 meter sebelum halte, tapi bus tidak ngerem juga. Tiba-tiba bus yang saya naiki menabrak, dari belakang itu saya terpental ke bagian depan bus," ujar dia seperti dikutip dari Antara.

Dadang mengatakan dirinya terjatuh hingga kesulitan untuk bangkit karena merasakan sakit pada bagian dada hingga susah bernafas.

Dengan sisa tenaga yang ada, dia berhasil bangkit lalu keluar melalui pintu yang bagian kacanya sudah pecah akibat benturan.

Dalam keadaan hampir tak berdaya itu, Dadang sempat melihat situasi di sekitar lokasi kejadian yang tampak kacau. Beberapa penumpang masih tergeletak di dalam bus yang ringsek sambil berharap pertolongan.

Saat kejadian itu, Dadang mengatakan bahwa dirinya belum mengetahui adanya korban tewas akibat kecelakaan Transjakarta.

Sementara, penumpang lainnya, Halaludin, mengaku mendengar ledakan sangat keras saat tabrakan. Dia mengira awalnya itu adalah suara ledakan dari telepon seluler.

Namun setelah itu, dia melihat kaca bus yang ditumpanginya itu pecah akibat kerasnya benturan. Bahkan tubuh Hilaludin juga ikut terpental.

Usai trabrakan, pandangannya sempat kabur dan kepalanya pusing terkena benturan.

Ketika kesadarannya membaik, dia baru menyadari bahwa kakinya patah hingga harus dibantu warga keluar dari dalam bus untuk mendapatkan pertolongan pertama.

"Pas kejadian saya habis transit dari Ciledug, turun di Kuningan Barat, terus dari Pluit ke Pinang Ranti," kata Hilaludin.

 

2 dari 2 halaman

Korban Trauma

Meskipun Dadang tidak mengalami patah tulang, namun ia mengaku masih dihantui ketakutan ketika mengingat kembali peristiwa tabrakan yang menewaskan dua orang serta puluhan lainnya luka-luka tersebut.

Hingga kini dia juga masih merasakan sesak di bagian dada sehingga diharuskan menjalani rawat inap di RS Budhi Asih bersama empat korban luka-luka lainnya.

Dadang dan korban luka-luka lainnya menyampaikan harapan agar kejadian serupa tidak terulang di kemudian hari.

Sementara itu, Kepala Bidang Pelayanan Medik RS Budhi Asih, Edison Sahputra, mengatakan jumlah pasien yang menjalani perawatan awalnya berjumlah 15 orang.

Namun sebagian pasien telah diperbolehkan pulang untuk menjalani rawat jalan. Sementara tiga orang di antaranya terpaksa harus naik ke meja operasi.

"Semua yang sudah pulang sudah dalam kondisi stabil. Satu pasien sudah menjalankan operasi di bagian kaki. Dua orang lainnya sedang menunggu giliran operasi," ujar Edison Sahputra.

Dia menjelaskan bahwa biaya perawatan para korban kecelakaan bus TransJakarta sepenuhnya ditanggung oleh pihak TransJakarta. Baik itu pasien yang hanya mengalami luka ringan hingga berat.

"Pasien tidak dikenakan biaya sama sekali. Perawatan ini dilakukan sampai pasien benar-benar sembuh," tutur Edison.