Sukses

6 Fakta soal Kasus Penganiayaan di Salemba oleh Sekuriti RS yang Tewaskan Korban

Kasus dugaan penganiayaan yang dilakukan sekuriti tersebut pertama kali terkuak lewat laporan pihak keluarga ke Polres Metro Jakarta Pusat, Senin, 25 Oktober 2021.

Liputan6.com, Jakarta Sekuriti sebuah rumah sakit (RS) di Salemba, Jakarta Pusat, berinisial AR, diduga melakukan penganiayaan kepada pria berinisial IK (41), warga Johar Baru. Korban penganiayaan oleh sekuriti itu tewas usai terbaring tak sadarkan diri.

Kasat Reskrim Polres Jakpus Kompol Wisnu Wardana mengatakan, pihaknya telah memeriksa delapan saksi. Penganiayaan terhadap korban terjadi lantaran pria itu mirip dengan seorang pencuri.

"Dari sekuriti kemudian dari pihak rumah sakit, kurang lebih ada 8 orang saksi yang kami periksa," kata Wisnu kepada wartawan di Jakarta Pusat, Rabu, 27 Oktober 2021. 

Kasus penganiayaan tersebut pertama kali terkuak lewat laporan pihak keluarga ke Polres Metro Jakarta Pusat, Senin, 25 Oktober 2021.

Dindin yang merupakan kerabat dari korban menjelaskan manajemen rumah sakit awalnya mencoba menutup-nutupi kematian korban dengan memberikan keterangan palsu. Disebut, korban mengalami kecelakaan lalu lintas, bukan karena penganiayaan.

Namun, sejumlah kejanggalan terkuak sehingga pihak keluarga meyakini korban meninggal secara tak wajar.

Berikut sejumlah fakta terkait kasus dugaan penganiayaan yang dilakukan oknum sekuriti RS hingga menyebabkan seorang pria di Salemba tewas dihimpun Liputan6.com: 

2 dari 7 halaman

1. Gara-Gara Wajah Mirip dengan Pencuri

Cuma gegara wajahnya mirip dengan pelaku pencurian ponsel, seorang warga Johar Baru, berinisial IK (40) dikeroyok dan dianiaya oknum sekuriti RS AR di Salemba, Jakarta Pusat hingga meninggal.

Salah seorang kerabat korban, Achmad Syarifudin menceritakan secara rinci soal hal tersebut. Dia sendiri mendapatkan informasi, adik iparnya meninggal dunia secara mengenaskan pada Minggu, 24 Oktober 2021 pagi. Adik kandungnya memberitahukan kabar itu lewat sambungan telepon.

Pria yang akrab disapa Dindin tersebut menuturkan, ada lima orang yang datang ke kediaman korban pada Sabtu 23 Oktober 2021 malam. Dindin menyebut, mereka adalah sekuriti dan manajemen dari RS AR, Salemba.

 

3 dari 7 halaman

2. Kronologi Penganiayaan

Sebanyak delapan saksi terkait penganiayaan itu. Adapun latar belakang mereka adalah karyawan dan sekuriti setempat. Pemeriksaan berlangsung di Polres Metro Jakarta Pusat, Rabu, 27 Oktober. 

Wisnu menerangkan, berdasarkan kesaksian sejumlah orang yang telah dimintai keterangan. Ia mengungkapkan korban telah dituduh sebagai pencuri.

"Si korban dicurigai sebagai pencuri, tukang ambil barang di rumah sakit," ujar dia.

Wisnu mengatakan, korban ketika itu berada di rumah sakit. Oleh sejumlah sekuriti, kata Wisnu korban lalu di bawa ke pos. Kemudian, terjadilah penganiayaan.

"Karena dicurigai dibawalah ke posnya mereka sekuriti kemudian diduga dilakukan penganiayaan di sana," ujar dia.

 

 

4 dari 7 halaman

3. Polisi Masih Cari Bukti

Terkait siapa orang di balik penganiayaan tersebut, Wisnu belum bisa membeberkan berapa orang yang ikut terlibat. 

Menurut dia, pihaknya masih mencari bukti-bukti untuk mengidentifikasi para pelaku. Salah satunya dengan menganalisis rekaman CCTV.

"Ini kan lagi kita selidik, untuk berapa orangnya kita belum tahu. Kita lagi proses memeriksa saksi saksi yang ada, untuk memastikan CCTV dulu," ujar Wisnu. 

Namun, Wisnu menyebut, dugaan sementara korban meninggal secata tak wajar. Lebih lanjut, kata dia menunggu hasil autopsi dari RSCM.

"Makanya kita lakukan otopsi nanti tunggu hasilnya," tandas dia.

5 dari 7 halaman

4. Manajemen RS Disebut Sempat Bohong

Keterangan juga didapat dari pihak keluarga. Salah seorang kerabat korban, Achmad Syarifudin menceritakan kematian korban sempat ditutup-tutupi oleh manajemen rumah sakit dengan alasan kecelakaan lalu lintas.

Pria yang akrab disapa Dindin tersebut menuturkan, ada lima orang yang datang ke kediaman korban pada Sabtu 23 Oktober 2021 malam. Dindin menyebut, mereka adalah sekuriti dan manajemen dari RS AR, Salemba.

Mereka menginformasikan kondisi adik iparnya sedang terbaring dalam keadaan tidak sadarkan diri di RS AR. Mendengar penjelasan rumah sakit, adiknya lantas syok.

"Di situ disampaikan ke istri korban, bahwa suaminya kecelakaan. Ibu harus tanda tangani surat agar besok segera dioperasi. Kaget lah istrinya, padahal tadi pas berangkat tidak apa-apa kok tiba-tiba kek gini," ucap Dindin saat dihubungi, Rabu, 27 Oktober 2021. 

Dindin mengungkapkan, pihak manajemen juga memboyong adiknya ke rumah sakit. Di lantai dua RS AR, Salemba, pihak rumah sakit kembali mengintrogasi adik kandungnya itu.

"Ditanyakan segala macam, suami kerja apa, anaknya berapa, kemudian istri korban bertanya, 'Emang kenapa suami saya?' Dijawab, suami ibu kecelakaan," kata Dindin menceritakan kembali.

 

6 dari 7 halaman

5. Keluarga Temukan Kejanggalan

Pada kesempatan tersebut, Dindin mengungkapkan adiknya dipaksa mendatanggani surat persetujuan operasi yang rencana dilakukan pada esok hari dan dengan berat hati, adiknya menuruti permintaan dari pihak rumah sakit.

"Istri korban akhirnya tanda tangan," ujar dia.

Dindin menerangkan, adik kandungnya meminta izin pihak rumah sakit untuk menemui suaminya di UGD. Dindin mengatakan, diam-diam adiknya mengambil foto.

"Kondisinya koma, waktu itu belum meninggal," ujar dia.

Dari foto yang diambil secara diam-diam oleh istri korban dan kemudian dikirim ke keluarga besar melalui singkat WhatsApp Messenger, Dindin melihat ada yang janggal antara alasan kematian dan kondisi tubuh korban.  

Dirinya menyatakan dalam foto tersebut terlihat adanya memar pada mata dan kepala, tak seperti luka kecelakaan lalu lintas.

"Kalau kecelakaan itu paling tidak ada memar, memar di badan. Ini timbul kecurigaan dari pihak keluarga," ucap dia.

Apalagi, yang memberitahukan kondisi adik ipar adalah pihak rumah sakit, bukan kepolisian.

Dindin mengatakan, ia memutuskan berangkat ke rumah sakit pada Minggu sore. Dindin ingin mencari informasi dari beberapa karyawan rumah sakit. Hasilnya, nihil.

"Siapa yang antar korban ke rumah sakit, kalau memang kecelakaan. Saya kemudian minta jadwal piket di UGD, tidak dikasih. Saya minta lihat CCTV juga tidak dikasih," jelas Dindin. 

 

 

 

7 dari 7 halaman

6. Ada yang Mengaku Pukul Kepala Korban

Setelah berkelit dengan drama kematian sang adik ipar, akhirnya Dindin mengatakan pihaknya telah menerima informasi ada seorang sekuriti yang mengaku telah menganiaya adik ipar.

"Katanya ada yang mengaku pukul si korban pada bagian kepala sebelah kiri sampai keluar darah," ujar dia.

Dindin berharap kasus ini diusut tuntas oleh pihak berwajib. Ia yakin korban meninggal secara tak wajar. Selain dari luka, sepeda motor korban juga tak mengalami kerusakan.

 

 

Cindy Violeta Layan   Â