Sukses

10 Ribu Sekolah di Jakarta Gelar PTM Terbatas Awal November 2021

Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria angkat bicara mengenai 10 ribu sekolah yang batal menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas pada akhir Oktober 2021.

Liputan6.com, Jakarta Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria angkat bicara mengenai 10 ribu sekolah yang batal menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas pada akhir Oktober 2021. Dia mengatakan pembatalan itu terjadi karena adanya sekolah yang mengulang tahapan assessment sebelum penyelenggaraan.

Riza mengatakan penyelamatan PTM harus didasarkan pada hasil assessment dari Dinas Pendidikan DKI Jakarta.

"Saat ini sebagian sekolah sedang mengikuti pelatihan dan sebagian juga ada yang mengikuti remedial pelatihan," kata Riza di Balai Kota Jakarta, Jumat (29/10/2021).

Politikus Gerindra tersebut menyatakan, sebanyak 142 sekolah belum siap untuk penyelenggaraan PTM Terbatas. Lalu, sebanyak 2.908 sekolah mengulang untuk pelatihan.

Nantinya, lanjut dia, awal November 2021 akan ada penambahan ribuan sekolah dalam pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas.

"Seluruhnya (tambahan sekolah) berjumlah 3.050 yang akan dibuka PTM terbatas pada 8 November 2021," jelas dia.

Sementara itu, Kasubbag Humas Disdik DKI Taga Radja menyatakan pihaknya telah mengizinkan sebanyak 7.614 sekolah untuk melakukan pembelajaran tatap muka (PTM).

"Jadi, yang tahap IV itu 6.623 sekolah. Lalu, ditambah kemarin yang 25 Oktober ada 991 sekolah," kata Taga saat dikonfirmasi.

 

2 dari 2 halaman

PTM Kurangi Dampak Covid-19 pada Anak

Sebelumnya, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim mengaku bingung terdapat pihak yang ingin penyelenggaraan pembelajaran tatap muka (PTM) dilakukan setelah selesai vaksinasi Covid-19.

Dia menyebut anak Sekolah Dasar (SD) dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pihak yang paling terdampak dari pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Yakni berdasarkan hasil riset yang ada kedua jenjang sekolah ini secara konseptual paling terdampak pada kehilangan pembelajaran atau seolah tidak sekolah selama satu tahun.

"Risiko terbesar saat ini bukanlah risiko Covid, tapi risiko permanen satu generasi kehilangan pembelajaran yang akan secara permanen mengalami bukan hanya ketinggalan perkembangan kognitif tetapi juga kondisi psikis," kata Nadiem saat berbincang dengan Liputan6.com, Rabu (29/9/2021).