Liputan6.com, Jakarta Isu penggantian pesawat PT Garuda Indonesia dengan PT Pelita Air Service (PAS) tengah menyita perhatian publik dan mendapat banyak tanggapan dari berbagai pihak.
Ada pun penyebab Garuda Indonesia akan diganti dengan Pelita Air karena terkait hutang yang melilit Garuda sebesar Rp 70 triliun.Â
Kementerian Badan Usaha Milik Negera (BUMN) sebagai pemegang saham mayoritas mulai mengaku kewalahan untuk mencari jalan keluar untuk menyelamatkan maskapai yang berdiri sejak 1949 tersebut.Â
Advertisement
Baca Juga
Saat ini emiten pelat merah tengah menghadapi Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) kedua terhadap kreditur global. PKPU merupakan skema restrukturisasi utang Garuda sebesar Rp 70 triluin dari total utang senilai Rp 140 triliun.
Hal ini menjadi opsi pilihan utama sebelum pemegang saham mayoritas, yakni Kementerian BUMN menempuh langkah pailit.
Sontak, kondisi yang tengah dialami PT Garuda Indonesia menuai beragam respons dari sejumlah pihak. Salah satunya dari pengamat penerbangan, Gerry Soejatman. Menurutnya, hal itu bukan jalan keluar dan tidak mudah untuk menggantikan Garuda Indonesia.
"Pelita Air gantiin Garuda itu enggak gampang. Jangan berharap itu jadi jalan keluar yang gampang," ujar Gerry kepada Liputan6.com, Sabtu 30 Oktober 2021.Â
Berikut sederet tanggapan berbagai pihak terkait Pelita Air akan gantikan Garuda Indonesia dihimpun Liputan6.com:
1. Pengamat Penerbangan
Menurut Gerry hal tersebut tidak mudah digantikan karena Garuda Indonesia memiliki sarana prasarana yang sangat besar tidak sebanding dengan Pelita Air.
"Posisi Garuda Indonesia tidak mudah digantikan dengan maskapai seperti Pelita Air. hal tersebut lantaran Garuda Indonesia memiliki sarana prasarana yang sangat besar termasuk jumlah peswat dan rute yang dilayani yang tidak sebanding dengan Pelita Air saat ini," ujar Gerry.Â
Sementara itu, pengamat penerbangan Arista Atmadjati mengungkapkan, apabila Garuda Indonesia ditutup oleh pemerintah akibat permasalahan keuangan dan akan digantikan oleh Pelita Air, maka peluang dan tantangannya akan berbeda.
Dia menyebutkan, posisi Garuda indonesia saat ini tidak mudah untuk digantikan oleh Pelita Air. Hal itu ditinjau dari berbagai aspek, baik sarana, kualitas, hingga citra perusahaan.
"Posisi Garuda Indonesia tidak mudah digantikan dengan maskapai seperti Pelita Air. Hal tersebut lantaran Garuda Indonesia memiliki sarana prasarana yang sangat besar termasuk jumlah pesawat dan rute yang dilayani yang tidak sebanding dengan Pelita Air saat ini," katanya dalam keterangan.
Dengan adanya tantangan yang meliputi tersebut, ia menaksir proses penggantian untuk bisa sampai pada level Garuda Indonesia saat ini perlu waktu yang tidak sebentar.
Advertisement
2. Prabowo Subianto
Â
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto meminta kadernya untuk bisa menyelamatkan nasib PT Garuda Indonesia (Persero).
Hal itu disampaikan oleh Sekjennya Ahmad Muzani saat menghadiri Rakorda Gerindra Sumatera Selatan Minggu 31 Oktober di Palembang.
Menurut dia, Prabowo meminta agar Garuda Indonesia tidak bangkrut dan tetap bertahan sebagai maskapai penerbangan kebanggaan negara.Â
"Utang Garuda diprediksi kurang lebih Rp70 triliun dan diperkirakan perusahaan yang dibanggakan ini akan bangkrut. Saya kemarin mendapat pesan dari Pak Prabowo, agar Gerindra tidak boleh diam mengahadapi ancaman ini. Kami dititipi untuk melakukan semua cara guna menyelamatkan Garuda agar perusahaan ini tetap selamat dari kebangkrutan sebagai perusahaan negara," kata Muzani dalam keterangannya.
3. Anggota Komisi VI DPR Herman Khaeron
Anggota Komisi VI DPR RI, Herman Khaeron mendesak, pemerintah mencari solusi terbaik guna menyelamatkan PT Garuda Indonesia (Persero). Misalnya seperti memberikan suntikan modal dan membantu mencarikan jalan keluar dari tumpukan utang.
Dia beranggapan masih ada secercah harapan untuk menyelamatkan maskapai penerbangan berkode saham GIAA dari ancaman kebangkrutan. Sebab Anggota Fraksi Partai Demokrat DPR RI ini yakin, Garuda Indonesia masih bisa diselamatkan jika pandemi Covid-19 tidak melanda dunia, termasuk Indonesia.
"Kalau situasi normal dan enggak ada pandemi, masih bisa untuk mengangkat performa Garuda dan memenuhi kewajiban utang," ungkap Herman di Jakarta, Rabu (27/10/2021).
Meskipun demikian dia menyadari masalah besar yang dialami Garuda Indonesia. Terlilit utang dari banyak pihak, jumlah utang maskapai ini diperkirakan mencapai Rp70 triliun. Kondisi diperparah dengan adanya pandemi Covid-19 yang membatasi kegiatan penerbangan.
Â
Lesty Subamin
Advertisement