Fakta baru dalam insiden kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, Bogor, mulai terungkap. Komite Nasional Investigasi Transportasi (KNKT) menilai ada faktor kesalahan manusia dalam kecelakaan yang menewaskan 45 orang itu.
Salah satu kesalahan manusia adalah pilot Sukhoi, Aleksandr Yablontsev, ternyata sedang asyik mengobrol dengan penumpang sebelum burung besi itu menabrak Gunung Salak.
"Terjadi pengalihan perhatian terhadap awak pesawat dari percakapan yang berkepanjangan dan tidak terkait dengan penerbangan," kata Ketua KNKT, Tatang Kurniadi, di Jakarta, Selasa (18/12/2012).
Percakapan itu, lanjut Tatang, telah menyebabkan pilot yang menerbangkan tidak dengan segera merubah arah pesawat ketika orbit dan keluar dari orbit tanpa sengaja.
"Awak pesawat tidak menyadari kondisi sekitar jalur penerbangan yang dilalui dikarenakan beberapa faktor yang berakibat awak pesawat mengabaikan peringatan dari TAWS," jelasnya.
Dalam penerbangan tersebut Pilot In Command (PIC) bertugas sebagai pilot yang mengemudikan pesawat (pilot flying) dan Second in Command (SIC) bertugas seebgai pilot monitoring. Di cockpit, pada tempat duduk observer (jump seat) duduk seorang wakil dari calon pembeli.
Investigator senior KNKT Mardjono Siswosuwarno menambahkan, sebelum kecelakaan, pesawat yang sedang menuju 60 derajat timur laut di ketinggian 10 ribu kaki, sedang melakukan orbit ke kanan. "Tapi ternyata pesawat tak sengaja mengarah ke selatan dengan ketinggian 6.000 kaki," ujarnya.
Selain itu, sempat ada percakapan antara kopilot dengan Jakarta Control. Dalam percakapan itu diketahui kopilot meminta izin untuk melakukan orbit lantaran ada awan hitam. "Jakarta Control: izinkan bikin orbit," tutur Mardjono menirukan isi rekaman kotak hitam.
Namun, pesawat justru tak meneruskan orbitnya. Dan kemudian ada peringatan dari Terrain Awareness and Warning System (TAWS). "Tapi setelah 6 kali berbunyi, warningnya dimatikan pilot," jelasnya.
Orbit yang seharusnya berhenti di angka 200, lanjut Mardjono, tiba-tiba berhenti di 174 karena adanya percakapan antara pilot dengan penumpang. "Nah di situ pesawat berhenti (tabrakan)," jelas Mardjono yang tak merinci isi pembicaraan pilot tersebut. (Ary)
Salah satu kesalahan manusia adalah pilot Sukhoi, Aleksandr Yablontsev, ternyata sedang asyik mengobrol dengan penumpang sebelum burung besi itu menabrak Gunung Salak.
"Terjadi pengalihan perhatian terhadap awak pesawat dari percakapan yang berkepanjangan dan tidak terkait dengan penerbangan," kata Ketua KNKT, Tatang Kurniadi, di Jakarta, Selasa (18/12/2012).
Percakapan itu, lanjut Tatang, telah menyebabkan pilot yang menerbangkan tidak dengan segera merubah arah pesawat ketika orbit dan keluar dari orbit tanpa sengaja.
"Awak pesawat tidak menyadari kondisi sekitar jalur penerbangan yang dilalui dikarenakan beberapa faktor yang berakibat awak pesawat mengabaikan peringatan dari TAWS," jelasnya.
Dalam penerbangan tersebut Pilot In Command (PIC) bertugas sebagai pilot yang mengemudikan pesawat (pilot flying) dan Second in Command (SIC) bertugas seebgai pilot monitoring. Di cockpit, pada tempat duduk observer (jump seat) duduk seorang wakil dari calon pembeli.
Investigator senior KNKT Mardjono Siswosuwarno menambahkan, sebelum kecelakaan, pesawat yang sedang menuju 60 derajat timur laut di ketinggian 10 ribu kaki, sedang melakukan orbit ke kanan. "Tapi ternyata pesawat tak sengaja mengarah ke selatan dengan ketinggian 6.000 kaki," ujarnya.
Selain itu, sempat ada percakapan antara kopilot dengan Jakarta Control. Dalam percakapan itu diketahui kopilot meminta izin untuk melakukan orbit lantaran ada awan hitam. "Jakarta Control: izinkan bikin orbit," tutur Mardjono menirukan isi rekaman kotak hitam.
Namun, pesawat justru tak meneruskan orbitnya. Dan kemudian ada peringatan dari Terrain Awareness and Warning System (TAWS). "Tapi setelah 6 kali berbunyi, warningnya dimatikan pilot," jelasnya.
Orbit yang seharusnya berhenti di angka 200, lanjut Mardjono, tiba-tiba berhenti di 174 karena adanya percakapan antara pilot dengan penumpang. "Nah di situ pesawat berhenti (tabrakan)," jelas Mardjono yang tak merinci isi pembicaraan pilot tersebut. (Ary)