Sukses

Terkait IPO Mitratel, DPR Minta 'Jaminan' Ketersediaan Sinyal Masyarakat 3T

Di satu sisi menguntungkan Telkom sebagai BUMN yang akan bisa memberikan pajak melalui dividen untuk negara. Di sisi lain, juga bisa dinikmati masyarakat, khususnya yang berada di 3T.

Liputan6.com, Jakarta Bulan ini, PT Dayamitra Telekomunikasi Indonesia (Mitratel) akan melakukan Penawaran Publik Perdana atau Initial Public Offering (IPO). Berkaitan dengan adanya IPO Mitratel, Anggota Komisi VI DPR RI Nevi Zuariana pun angkat bicara.

Ya, Nevi menekankan IPO Mitratel harus menjamin ketersediaan sinyal yang baik, khususnya bagi masyarakat yang ada di daerah terluar, terdepan, dan tertinggal. Menurutnya, IPO yang masih masuk anak perusahaan PT Telkom Indonesia, akan mendapatkan dana segar hingga Rp25 triliun dengan melepas 29,85% saham ke publik.

"Jadi di satu sisi menguntungkan Telkom sebagai BUMN yang akan bisa memberikan pajak melalui dividen untuk negara. Di sisi lain, juga bisa dinikmati masyarakat, khususnya yang berada di 3T," jelas Nevi di sela-sela rapat dengar pendapat Komisi VI DPR RI Direktur Utama PT Telkom Indonesia dan Dirut PT Dayamitra Telekomunikasi terkait pembahasan progres IPO Mitratel, di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Rabu (10/11).

Menurut politisi Fraksi PKS DPR RI ini, masyarakat terutama di daerah 3T harus mendapatkan hak yang sama dengan masyarakat lainnya terkait kemudahan akses telekomunikasi. Di tambah, saat ini sedang berlangsung Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang membutuhkan infrastruktur teknologi melalui pembangunan menara telekomunikasi 5G hingga ke daerah terpencil.

"Apalagi di zaman pandemi begini, kita sekolahnya sudah pakai online, sehingga sangat dibutuhkan teknologi 5G ini. Jangan ada lagi nanti ada istilah negeri tanpa sinyal untuk di Indonesia," jelas Nevi.

Dengan adanya IPO ini pula, Nevi berharap dapat mengeluarkan Indonesia dari daftar 10 negara dengan kecepatan internet terendah di dunia. Sehingga, dari sisi bisnis menguntungkan perusahaan, dari sisi penerimaan menguntungkan negara, dan dari sisi kekuatan sinyal dapat menguntungkan masyarakat.

"Dan tentu tadi saya lihat sahamnya juga jangan terlalu mahal ya. Jangan sampai sahamnya kita sudah lempar ke bursa, ternyata tidak ada yang dibeli oleh pembeli saham. Ini juga harus diperhatikan. Harapannya tentu ini berjalan dengan lancar," tutup Nevi.

Diketahui, Mitratel berencana melakukan IPO pada 22 November 2021. Pelepasan saham sebesar 29,85% ke lantai bursa ini diharapkan akan meningkatkan valuasi Grup Telkom, lantaran valuasi Mitratel diperkirakan meningkat secara signifikan pasca-go public.

Rencananya, harga saham yang ditetapkan Mitratel yakni Rp800 per lembar yang akan berlangsung pada 16-18 November 2021 dan listing di bursa saham pada 22 November 2021 mendatang. Sehingga, akan meraup dana segar hingga Rp25 triliun untuk kegiatan bisnis termasuk pengembangan jaringan telekomunikasi 5G.

 

(*)