Pemberitaan yang menyuguhkan berbagai informasi terkait Kalender Suku Indian Maya yang menyatakan bahwa akan terjadi kiamat pada 21 Desember 2012 menuai berbagai reaksi pro dan kontra. Ada warga di suatu belahan dunia yang mempersiapkan diri jika benar terjadi bencana besar. Tapi ada pula yang tak mau pusing dengan informasi tersebut. Tak hanya itu. Seorang penulis bahkan membuat buku dengan judul "Kiamat 2012 Omong Kosong".
Di Bandung, Jawa Barat, sebuah keluarga percaya akan adanya kabar dunia bakal kiamat. Lucky Hendrawan yang berprofesi sebagai dosen itu telah bersiap-siap jika ternyata kisah akhir dunia itu terjadi.
Lain Bandung, lain pula Hebei di wilayah Cina Utara. Seorang petani di Negeri Panda itu bahkan telah membuat bahtera berbentuk kapsul untuk berjaga-jaga jika bencana dahsyat akhir dunia itu benar-benar terjadi. Padahal ia sendiri tak percaya dengan kabar itu.
Reaksi berbeda ditunjukkan warga dan walikota di sebuah kota kecil di Prancis. Warga masyarakat dan Walikota Bagarach, Jean Pierre Lord menolak ribuan orang yang diperkirakan bakal datang ke kota tersebut terkait Kiamat 21 Desember 2012. Kota Bagarach dipercaya orang mempunyai kekuatan magis yang bisa memberikan perlindungan terhadap bencana besar seperti kiamat. Menghadapi kondisi seperti ini, pemerintah setempat menempatkan ratusan polisi untuk menghalau para pendatang.
"Pesan saya sederhana. Tidak usahlah datang ke Bugarach, karena tidak ada yang perlu dilihat. Saya berkeras, jangan datang. Hanya akan ada banyak polisi nanti di sini," ujar sang walikota.
Percaya adanya hari kiamat, seperti yang ditulis dalam kalender Suku Maya, menurut sosiolog agama, Erna Karim memang sudah jadi bagian dari kehidupan manusia pada umumnya. Sementara, para pakar tentang Suku Maya sendiri mengatakan bahwa akhir dari kalender Suku Maya tidak berarti menjadi akhir dari kehidupan dunia.
Ada beberapa spekulasi terkait 21 Desember 2012 pada saat tersebut posisi benda-benda langit berada di satu garis. Kondisi seperti ini memicu gravitasi yang bisa menyebabkan berbagai fenomena alam.
Spekulasi tersebut dibantah ahli astronomi dari LAPAN, Emanuel Sungging Mumpuni. Menurutnya, pada tanggal 21 Desember 2012 posisi planet-planet di tata surya tidak dalam kondisi garis lurus.
Sementara, peneliti geologi dari LIPI, Iskandar Zulkarnaen juga mengatakan bahwa gerakan lempeng benua pun biasa saja.
Jadi gambaran secara visual tentang bencana dahsyat yang mengarah pada Kiamat 2012 seperti difilmkan oleh sutradara Roland Emmerich tidak cukup didukung oleh bukti-bukti ilmiah. NASA melalui blognya mengatakan bahwa AS telah menegaskan dunia tak akan berakhir pada 21 Desember 2012. (Vin)
Di Bandung, Jawa Barat, sebuah keluarga percaya akan adanya kabar dunia bakal kiamat. Lucky Hendrawan yang berprofesi sebagai dosen itu telah bersiap-siap jika ternyata kisah akhir dunia itu terjadi.
Lain Bandung, lain pula Hebei di wilayah Cina Utara. Seorang petani di Negeri Panda itu bahkan telah membuat bahtera berbentuk kapsul untuk berjaga-jaga jika bencana dahsyat akhir dunia itu benar-benar terjadi. Padahal ia sendiri tak percaya dengan kabar itu.
Reaksi berbeda ditunjukkan warga dan walikota di sebuah kota kecil di Prancis. Warga masyarakat dan Walikota Bagarach, Jean Pierre Lord menolak ribuan orang yang diperkirakan bakal datang ke kota tersebut terkait Kiamat 21 Desember 2012. Kota Bagarach dipercaya orang mempunyai kekuatan magis yang bisa memberikan perlindungan terhadap bencana besar seperti kiamat. Menghadapi kondisi seperti ini, pemerintah setempat menempatkan ratusan polisi untuk menghalau para pendatang.
"Pesan saya sederhana. Tidak usahlah datang ke Bugarach, karena tidak ada yang perlu dilihat. Saya berkeras, jangan datang. Hanya akan ada banyak polisi nanti di sini," ujar sang walikota.
Percaya adanya hari kiamat, seperti yang ditulis dalam kalender Suku Maya, menurut sosiolog agama, Erna Karim memang sudah jadi bagian dari kehidupan manusia pada umumnya. Sementara, para pakar tentang Suku Maya sendiri mengatakan bahwa akhir dari kalender Suku Maya tidak berarti menjadi akhir dari kehidupan dunia.
Ada beberapa spekulasi terkait 21 Desember 2012 pada saat tersebut posisi benda-benda langit berada di satu garis. Kondisi seperti ini memicu gravitasi yang bisa menyebabkan berbagai fenomena alam.
Spekulasi tersebut dibantah ahli astronomi dari LAPAN, Emanuel Sungging Mumpuni. Menurutnya, pada tanggal 21 Desember 2012 posisi planet-planet di tata surya tidak dalam kondisi garis lurus.
Sementara, peneliti geologi dari LIPI, Iskandar Zulkarnaen juga mengatakan bahwa gerakan lempeng benua pun biasa saja.
Jadi gambaran secara visual tentang bencana dahsyat yang mengarah pada Kiamat 2012 seperti difilmkan oleh sutradara Roland Emmerich tidak cukup didukung oleh bukti-bukti ilmiah. NASA melalui blognya mengatakan bahwa AS telah menegaskan dunia tak akan berakhir pada 21 Desember 2012. (Vin)