Sukses

Tanah Bergerak di Sukamakmur Bogor Meluas, 295 Warga Bertahan di Pengungsian

Bencana tanah bergerak di Sukamakmur, Kabupaten Bogor ini menyebabkan 6 rumah rusak berat dan 77 rumah lainnya terdampak.

Liputan6.com, Jakarta - Bencana tanah bergerak di Desa Sukawangi, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor, semakin meluas. Jumlah rumah yang rusak akibat bencana alam itu pun terus bertambah.

Dari pendataan, rumah yang rusak berat akibat bencana tanah bergerak ini berjumlah enam unit, dari yang sebelumnya hanya tiga rumah. Sedangkan rumah warga yang terdampak lainnya berjumlah 77 unit.

"Sampai hari ini tercatat total ada 81 rumah, terdiri enam rumah rusak berat dan 77 terdampak," ujar Kepala Desa Sukawangi, H Budi, Rabu (24/11/2021).

Kondisi ini memaksa 295 warga dari sembilan kampung di desa tersebut memilih mengungsi ke gedung sekolah dan ke rumah keluarganya yang lebih aman.

"Cakupan wilayah yang terdampak juga terus meluas, sekarang terjadi di sembilan kampung yang semula di empat kampung," ujar Budi.

Adapun kampung yang dilanda pergerakan tanah meliputi Kampung Cigadel, Selawangi, Ganda, Cibinglu, Ciawi, Catangmalang I, Catangmalang II, Margaluyu, dan Cinangsi.

2 dari 2 halaman

Jalan Ambles Sedalam 6 Meter

Fenomena bencana pergerakan tanah ini kemungkinan akan semakin meluas karena ditemukan retakan-retakan baru.

"Jalan kampung banyak yang ambles, ada yang kedalamannya mencapai 6 meter. Rumah yang mereka tinggali juga ambles, retak-retak, ataupun miring," terangnya.

Keberadaan mereka, kata Budi, terus dipantau petugas gabungan, baik dari unsur BPBD, TNI, Polri dan relawan. Pemantauan terlebih karena saat ini curah hujan cukup tinggi yang dikhawatirkan bisa menyebabkan pergerakan tanah semakin masif.

"Bantuan untuk para pengungsi sudah disalurkan, seperti perlengkapan tidur dan mandi serta makanan siap saji dari dapur umum," kata dia.

Diberitakan sebelumnya, pergerakan tanah terjadi pada Sabtu 13 November 2021 malam. Selain merusak bangunan rumah, infrastruktur jalan kampungan ambles sehingga tidak bisa dilalui kendaraan.

Selain rumah dan infrastuktur jalan, perkebunan dan kolam ikan milik warga juga retak maupun ambles akibat fenomena pergerakan tanah.Â