Liputan6.com, Bogor - Badan Riset dan inovasi Nasional (BRIN) secara bertahap melakukan tiga penelitian mengenai perubahan karakteristik hewan dan tumbuhan dari faktor cahaya, polusi udara, dan polusi suara.
Penelitian di area Kebun Raya Bogor dilakukan sejak September dan masih terus berlangsung hingga saat ini oleh lintas bidang organisasi riset (OR) BRIN bersama Institut Pertanian Bogor (IPB). Penelitian tersebut dengan memanfaatkan platform riset di area Kebun Raya Bogor.
Plt Kepala Pusat Riset Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor BRIN Sukma Surya Kusumah mengatakan, ada tiga riset yang dilakukan untuk melihat perubahan karakteristik hewan dan tumbuhan. Dalam perkembangannya, para periset BRIN berkolaborasi dengan peneliti dari IPB.
Advertisement
Desain penelitian pertama mengenai topik permodelan spasial dampak cahaya malam buatan terhadap kesehatan tumbuhan menggunakan Unmanned Aerial Vehicle dan Pembelajaran Mesin (studi kasus Kebun Raya Bogor).
Baca Juga
Penelitian tersebut akan mengidentifikasi area dan tumbuhan yang terpapar cahaya malam buatan baik dari dalam maupun luar kawasan Kebun Raya Bogor. Kemudian menganalisis dampak cahaya malam buatan terhadap kandungan klorofil dan nitrogen pada daun tumbuhan yang terpapar, dan mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi dampak cahaya malam buatan terhadap tumbuhan membangun model spasial kerentanan tumbuhan terhadap cahaya malam buatan.
"Penelitian yang akan dilakukan selama setahun dari bulan Januari hingga Desember 2022 dengan meneliti sekitar 300 pohon untuk sampel penelitian," terangnya.
OR BRIN yang terlibat antara lain OR Ilmu Pengetahuan Hayati dan OR Penerbangan dan Antariksa. Dalam prosesnya, akan terlibat juga para peneliti dari LPPM IPB.
Penelitian ke dua, mengenai Analisis Pengaruh Cahaya Malam Buatan atau Artificial Light at Night (ALAN) pada fungsi-fungsi ekofisiologi beberapa jenis tumbuhan tropis Kebun Raya Bogor.
Penelitian yang telah dimulai sejak bulan November 2021 dan direncanakan akan selesai pada Desember 2022 ini dilakukan oleh tim peneliti Pusat Riset Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya (OR Ilmu Pengetahuan Hayati), Pusat Riset Fisika (OR Ilmu Pengetahuan Teknik), dan OR Tenaga Nuklir, serta IPB.
Para peneliti, lanjut Sukma, akan mengkaji pengaruh ALAN pada fungsi-fungsi ekofisiologi beberapa jenis tumbuhan tropis. Selain itu, penelitian tersebut ingin mengetahui spektrum (panjang gelombang) ALAN yang memiliki pengaruh minimal terhadap fungsi-fungsi ekofisiologi tumbuhan tropis dan ingin mengetahui intensitas radiasi ALAN yang memiliki pengaruh minimal terhadap fungsi-fungsi ekofisiologi tumbuhan tropis.
Parameter yang akan diamati dalam penelitian tersebut antara lain panjang daun, luas daun, ketebalan daun, warna daun, kerapatan stomata, konduktansi stomata, klorofil total, laju fotosintesis, laju rerspirasi, senyawa metabolit sekunder, dan ekspresi gen.
"Kami akan melakukan dengan 3 perlakuan yaitu tipe cahaya, intensitas, dan durasi," terang Sukma.
Â
** #IngatPesanIbuÂ
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua
Studi Lapangan 6 Bulan
Ia menambahkan, studi lapangan dan studi eksperimental botani yang dilakukan dalam penelitian ini akan berjalan selama enam bulan. Studi lapangan akan menggunakan kurang lebih 24 sampel per jenis dan studi eksperimental akan menggunakan 162 sampel per jenis.
Plt. Deputi bidang Infrastruktur Riset dan Inovasi Yan Rianto menyatakan, Kebun Raya Bogor sebagai platform riset memberikan tantangan dan peluang bagi peneliti lintas disiplin ilmu.
Salah satu area yang menjadi lokasi penelitian tersebut adalah pelaksanaan night botanical garden di area GLOW yang dibuka terbatas untuk pengunjung, lokasi, dan waktu, dengan menyesuaikan kebutuhan riset.
"Dalam prosesnya, para peneliti akan melakukan riset komparatif di beberapa titik Kebun Raya Bogor dan memungkinkan juga melakukannya di beberapa kebun raya lainnya," tandasnya.
Sebagai informasi, GLOW merupakan sebuah platform riset dan inovasi program edukasi yang dilakukan BRIN, untuk menyampaikan pengetahuan bidang hayati kepada publik dalam bentuk visual yang komunikatif. Aktivitas Glow berlangsung pada malam hari dengan memanfaatkan teknologi cahaya yang dinamis.
"Studi pendahuluan yang dilakukan sebelumnya mengenai Dampak Teknologi Cahaya GLOW terhadap Serangga telah dilakukan di bulan September 2021 pada kondisi bulan penuh dan bulan mati," ujar Encilia, Peneliti Pusat Riset Biologi BRIN.
Serangga yang mencolok terlihat tertarik dengan cahaya Glow adalah koloni lebah madu raksasa Apis dorsata. Dari hasil pengamatan, dapat terlihat jelas bahwa kelimpahan lebah Apis dorsata lebih tinggi saat fase bulan mati dibandingkan ketika fase bulan penuh.
Hasil pengamatan dari sejumlah titik lampu, diperoleh bahwa terdapat beberapa titik lampu bercahaya biru yang dikerubungi oleh lebah Apis dorsata dalam jumlah lebih banyak dibandingkan misalnya titik lampu berwarna merah.
"Namun fenomena tersebut tidak ditemukan di semua lokasi Glow. Hal ini diduga dipengaruhi oleh letak sarang mereka dan pencahayaan dari luar KRB," jelasnya.
Untuk riset berikutnya, ia bersama Profesor Hari Sutrisno dan tim peneliti Pusat Riset Biologi BRIN lainnya akan melakukan komparasi keanekaragaman serangga antara zona gelap dan terang. Komparasi pengaplikasian cahaya Glow di Kebun Raya Bogor pada beberapa titik lokasi, serta penelitian tentang salah satu jenis polinator yang bermigrasi dan menjadikan KRB sebagai tempat bersarang.
"Kami ingin mengetahui seberapa jauh pengaruh keberadaan cahaya Glow terhadap populasi polinator dan seberapa besar pengaruhnya pada proses penyerbukan. Selain itu, kami juga akan meneliti serangga hama terutama yang tertarik pada cahaya," pungkasnya.
Advertisement