Liputan6.com, Jakarta Sejatinya, Balai Kota merupakan bangunan administratif utama bagi pemerintahan kota sehingga menjadi simbol tempat berkantornya Wali Kota dalam menjalankan tugasnya sehari-hari. Jika ingin memasukinya, tentunya harus ada persyaratan yang harus dipenuhi.
Artinya, masyarakat tidak bisa sebebasnya memasuki tempat tersebut. Namun hal itu tidak berlaku bagi Wali Kota Medan Bobby Nasution, justru Balai Kota yang berada di Jalan Kapten Maulana Lubis ini dibuka untuk masyarakat karena telah ditetapkan sebagai salah satu destinasi wisata baru bagi warga Kota Medan.
Baca Juga
Setiap Sabtu malam, warga kini dapat menikmati aneka kuliner Kota Medan yang selama ini dikenal dengan dua rasa yakni enak dan enak sekali sambil menikmati pagelaran seni, budaya serta pertunjukan kekinian yang ditampilkan dari berbagai komunitas. Tentunya kebijakan yang dilakukan Bobby Nasution dengan membuka pertama kali Balai Kota menjadi simbol yang mengindikasikan dirinya sangat dekat dengan warganya sekaligus sebaga Wali Kota inklusif.
Advertisement
Dibukanya Balai Kota untuk warga ditandai dengan digelarnya pertunjukan seni budaya, ekonomi kreatif serta video mapping, Sabtu (20/11) lalu. Meski telah ditetapkan sebagai destinasi wisata baru, tapi Bobby Nasution tidak lengah sedikit pun dalam penerapan protokol kesehatan (prokes).
Justru prokes semakin diperketat, sebab ia tidak mau Balai Kota menjadi cluster baru penyebaran Covid-19 mengingat angka kasus terkonfirmasi positif terus menunjukkan angka penurunan. Bahkan, angka kasus Covid-19 sempat nihil dalam beberapa hari.
“Pengunjung yang masuk Balai Kota akan dibatasi jumlahnya dan harus mengikuti prokes. Kemudian, wajib menggunakan aplikasi PeduliLindungi sebagai bukti pengunjung telah divaksin. Jadi, sebelum memasuki area Balai Kota, pengunjung harus terlebih dahulu melakukan scan barcode aplikasi PeduliLindungi. Hal ini yang harus kita tekankan secara terus menerus,” kata Bobby Nasution beberapa hari lalu.
Selanjutnya, suami Ketua TP PKK Kota Medan Kahiyang Ayu ini menjelaskan, dijadikannya Balai Kota sebagai destinasi wisata baru merupakan salah satu upaya untuk membangkitkan perekonomian Kota Medan di tengah pandemi Covid-19, khususnya sektor UMKM. Di samping itu juga, imbuhnya, Pemko Medan ingin menghadirkan dan memberikan suasana baru kepada masyarakat sebagai tempat hiburan.
Terkait itu, menantu Presiden Joko Widodo ini mengajak masyarakat untuk mengunjungi Balai Kota guna menyaksikan pertunjukan seni dan budaya sembari menikmati aneka kuliner yang dijajakan dengan mengikuti prokes yang telah ditetapkan.
Apresiasi pun disampaikan dosen Fakultas Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) Dr Fakhrur Rozi MIKom kepada Bobby Nasution atas dibukanya Balai Kota untuk masyarakat umum. Dengan ditetapkannya Balai Kota menjadi destinasi wisata, jelasnya, memberi kesempatan kepada masyarakat umum untuk mengunjunginya setiap setiap Sabtu malam.
“Secara pribadi saya mengapresiasi Pak Wali kota dengan membuka Balai Kota untuk masyarakat. Kebijakan ini saya nilai sangat baik karena bisa membangun rasa memiliki (sense of belonging) masyarakat terhadap pemerintah daerahnya,” ungkap Rozi saat dihubungi, Kamis (25/11).
Meski demikian, kata Rozi mengingatkan, dibukanya Balai Kota tentunya menjadi tantangan bagi Pemko Medan hingga jajaran di tingkat paling bawah untuk bisa inklusif dengan masyarakat, terutama dalam memberikan pelayanan.
“Artinya, pelayanan publik yang diberikan harus maksimal. Sebab, Balai Kota adalah simbol dari pemerintahan kota. Jadi, jika simbolnya sudah bisa diakses, maka pelayanan publik juga harus bisa diakses dan dirasakan lebih baik lagi oleh masyarakat. Jangan lagi ada muncul misalnya masyarakat yang kesulitan dilayani oleh aparatur Pemko Medan,” tambahnya.
Adanya UMKM, pagelaran seni, budaya dan kegiatan lain sebagai hiburan juga dinilai baik dan bagus oleh Rozi. Sebab, ia melihat ada peluang ekonomi di dalamnya. Meski pun demikian, ungkapnya, semua pihak harus menjaga Balai Kota sebagai simbol pemerintahan kota agar tidak kehilangan ruh-nya.
“Yang perlu diperhatikan adalah masalah kebersihannya. Yang tidak kalah penting lagi agar aktifitas di sana jangan sampai melenceng atau mengotori simbol pemerintahan kota tersebut,” pesannya.
Kemudian, Rozi juga berharap dan mendorong agar Wali Kota dapat menghadirkan destinasi wisata kota lainnya setelah Balai Kota yang dapat dikunjungi masyarakat. Paling tidak, harapnya, dapat dijadikan sebagai objek foto. Sebab, ia menilai Kota Medan tidak memiliki potensi alam sehingga harus bisa memaksimalkan kotanya menjadi destinasi wisata seperti yang telah dilakukan sejumlah kota di Indonesia.
“Sudah ada beberapa contoh kota di Indonesia yang telah memaksimalkan potensi kotanya, terutama kawasan yang menjadi titik nol hidup pada malam-malam tertentu sehingga menjadi destinasi wisata kota. Yang terpenting jangan sampai menimbulkan masalah baru, misalnya sampah maupun kerawanan kamtibmas,” ungkapnya.
(*)