Liputan6.com, Jakarta Setiap Sabtu malam, warga Medan kini dapat menikmati aneka kuliner Kota Medan yang selama ini dikenal dengan dua rasa yakni enak dan enak sekali sambil menikmati pagelaran seni, budaya serta pertunjukan kekinian yang ditampilkan dari berbagai komunitas. Tentunya kebijakan yang dilakukan Bobby Nasution dengan membuka pertama kali Balai Kota menjadi simbol yang mengindikasikan dirinya sangat dekat dengan warganya sekaligus sebaga Wali Kota inklusif.
“Pengunjung yang masuk Balai Kota akan dibatasi jumlahnya dan harus mengikuti prokes. Kemudian, wajib menggunakan aplikasi PeduliLindungi sebagai bukti pengunjung telah divaksin. Jadi, sebelum memasuki area Balai Kota, pengunjung harus terlebih dahulu melakukan scan barcode aplikasi PeduliLindungi. Hal ini yang harus kita tekankan secara terus menerus,” kata Bobby Nasution beberapa hari lalu.
Baca Juga
Advertisement
Apresiasi pun disampaikan dosen Fakultas Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) Dr Fakhrur Rozi MIKom kepada Bobby Nasution atas dibukanya Balai Kota untuk masyarakat umum. Dengan ditetapkannya Balai Kota menjadi destinasi wisata, jelasnya, memberi kesempatan kepada masyarakat umum untuk mengunjunginya setiap setiap Sabtu malam.
“Secara pribadi saya mengapresiasi Pak Wali kota dengan membuka Balai Kota untuk masyarakat. Kebijakan ini saya nilai sangat baik karena bisa membangun rasa memiliki (sense of belonging) masyarakat terhadap pemerintah daerahnya,” ungkap Rozi saat dihubungi, Kamis (25/11).
Meski demikian, kata Rozi mengingatkan, dibukanya Balai Kota tentunya menjadi tantangan bagi Pemko Medan hingga jajaran di tingkat paling bawah untuk bisa inklusif dengan masyarakat, terutama dalam memberikan pelayanan.
“Artinya, pelayanan publik yang diberikan harus maksimal. Sebab, Balai Kota adalah simbol dari pemerintahan kota. Jadi, jika simbolnya sudah bisa diakses, maka pelayanan publik juga harus bisa diakses dan dirasakan lebih baik lagi oleh masyarakat. Jangan lagi ada muncul misalnya masyarakat yang kesulitan dilayani oleh aparatur Pemko Medan,” tambahnya.
Adanya UMKM, pagelaran seni, budaya dan kegiatan lain sebagai hiburan juga dinilai baik dan bagus oleh Rozi. Sebab, ia melihat ada peluang ekonomi di dalamnya. Meski pun demikian, ungkapnya, semua pihak harus menjaga Balai Kota sebagai simbol pemerintahan kota agar tidak kehilangan ruh-nya.
“Yang perlu diperhatikan adalah masalah kebersihannya. Yang tidak kalah penting lagi agar aktifitas di sana jangan sampai melenceng atau mengotori simbol pemerintahan kota tersebut,” pesannya.
(*)