Liputan6.com, Jakarta Pemerintah memutuskan merelokasi warga yang terdampak awan panas guguran Gunung Semeru. Mereka akan direlokasi ke lahan milik negara, seperti Perhutani. Bupati Lumajang Thoriqul Haq mengatakan, keputusan ini sudah mendapatkan persetujuan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
"Masyarakat yang sekarang ada di lokasi bencana, yang rumahnya tertimbun, sawahnya juga tertimbun awan panas, Presiden merencanakan untuk relokasi," katanya dalam konferensi pers, Selasa (7/12/2021).
Baca Juga
Thoriq mengaku sudah mengusulkan kepada Kepala Negara agar warga Kampung Renteng, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang direlokasi ke lahan Perhutani yang lebih dikenal dengan nama Jatian.
Advertisement
"Nah tempat Jatian inilah kita usulkan tempat relokasi untuk warga Renteng," ujarnya.
Sementara untuk warga desa lain, pemerintah masih mencari lahan. Lahan relokasi dipastikan tetap milik negara.
"Kita terus carikan lahan relokasi. Tadi disampaikan tidak hanya soal relokasinya tapi juga pembangunan rumah dan kawasan permukiman," tutupnya.
Gunung Semeru yang terletak di Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur, menyemburkan awan panas guguran pada Sabtu (4/12/2021). Data sementara, bencana ini menelan 34 korban jiwa, 22 luka-luka, 22 orang hilang, 5.205 orang terdampak, dan pengungsi 4.250 orang.
Hingga hari ini, Gunung Semeru masih menunjukkan aktivitas. Terbaru, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menginformasikan terjadi 7 kali gempa guguran dengan durasi 50 hingga 120 detik.
Â
Rekomendasi PVMBG
PVMBG merekomendasikan sejumlah hal terkait aktivitas Gunung Semeru. Pertama, masyarakat tidak beraktivitas dalam radius 1 km dari kawah atau puncak Gunung Semeru dan jarak 5 km arah bukaan kawah di sektor tenggara-selatan.
Masyarakat juga harus mewaspadai awan panas guguran, guguran lava dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru.
Radius dan jarak rekomendasi ini akan dievaluasi terus untuk antisipasi jika terjadi gejala perubahan ancaman bahaya.
Kedua, masyarakat menjauhi atau tidak beraktivitas di area terdampak material awan panas karena saat ini suhunya masih tinggi.
Ketiga, masyarakat perlu mewaspadai potensi luncuran di sepanjang lembah jalur awan panas Besuk Kobokan. Keempat, masyarakat perlu mewaspadai ancaman lahar di alur sungai atau lembah yang berhulu di Gunung Semeru.
Â
Reporter: Titin Supriatin/Merdeka.com
Advertisement