Liputan6.com, Jakarta - Pengacara korban pemerkosaan Herry Wirawan alias HW (36) di pesantren di Bandung, Jawa Barat mengungkapkan sejumlah fakta baru.
Pengacara yang berasal dari LBH Serikat Petani Pasundan Yudi Kurnia mengatakan, guru pesantren Herry Wirawan memisahkan korban yang hamil dari santri lainnya.
Advertisement
Baca Juga
Yudi menyatakan, Herry memiliki dua lokasi yang berbeda antara lokasi asrama, sekolah dan lokasi khusus atau disebut basecamp.
Lokasi khusus tersebut ditempati untuk para korban yang hamil dan telah melahirkan hingga kondisinya pulih kembali.
"Jadi ada dua tempat di situ ada tempat menginap dan sekolah yang di Cibiru itu. Dan satu lagi di Cibiru Hilir yang di Cileunyi itu basecamp untuk orang yang sudah melahirkan ngurus anak di situ, beda tempat," kata Yudi saat dihubungi Liputan6.com, Minggu (12/12/2021).
Dia mengungkap, santriwati menolak saat akan dicabuli. Namun, acap kali korban tak bisa menolak setelah Herry memberikan bisikan.
"Penolakan ada tapi anehnya kata si korban, dia sudah bilang enggak mau, enggak mau, nah enggak tahu dibisikin apa jadi si anak itu jadi nurut padahal hati enggak nerima, tapi jadi ngikutin," kata Yudi.
Berikut sederet hal yang diungkap pengacara korban pemerkosaan Herry Wirawan alias HW (36) di pesantren di Bandung, Jawa Barat dihimpun Liputan6.com:
1. Dianggap Janggal, Hanya Miliki Satu Guru Tetap
Pesantren Madani Boarding School milik Herry Wirawan, pemerkosa belasan santriwati dianggap janggal.
Pasalnya, pesantren yang berada di Antapani, Kota Bandung, Jawa Barat itu hanya memiliki satu guru tetap, yakini si pelaku Herry Wirawan.
Fakta itu disampaikan pengacara sejumlah korban asal Garut, Yudi Kurnia. Dia mengatakan, guru-guru yang tak tetap jarang berada di lingkungan pesantren.
"Yang bikin keanehan juga harusnya kan santri perempuan harus dibimbingnya oleh perempuan juga, ustazah bukan laki-laki. Kalau ini laki-laki, satu orang lagi," kata Yudi kepada Liputan6.com, Sabtu 11 Desember 2021.
Advertisement
2. Komunikasi Hanya Satu Pitu, Tak Boleh Bawa Ponsel
Bukan hanya itu yang bikin janggal, menurut Yudi, komunikasi para santriwati dengan orang tuanya juga amat tertutup karena dilarang pihak pesantren. Mereka dilarang membawa ponsel.
Jalur komunikasi hanya disediakan satu pintu, yakni lewat ponsel pengurus pondok. "Komunikasi dengan orang tua tidak bisa, kecuali orang tua bisa komunikasi melalui HP yang satu dipegang oleh gurunya," katanya.
Yudi melanjutkan, para orang tua ketika menelepon juga sangat jarang disambungkan ke anaknya. Pelaku kerap berkilah dengan berbagai macam alasan bahwa santriwati tengah sibuk mengikuti kegiatan.
"Selama proses belajar mengajar di sana memang mereka jarang belajar. Mereka hanya membuat proposal, terus gurunya yang diundang ke sana tidak setiap hari. Lebih banyak tidak hadirnya," papar Yudi.
Yang membuat para orang tua tak curiga lantaran alasan yang dipaparkan cukup masuk akal.
3. Sembunyikan Santriwati yang Hamil di Rumah Khusus
Herry Wirawan, guru pesantren yang memperkosa sejumlah santriwati, memisahkan korban yang hamil dari santri lainnya.
Yudi menyatakan, Herry memiliki dua lokasi yang berbeda antara lokasi asrama, sekolah dan lokasi khusus atau disebut basecamp.
Lokasi khusus tersebut ditempati untuk para korban yang hamil dan telah melahirkan hingga kondisinya pulih kembali.
"Jadi ada dua tempat di situ ada tempat menginap dan sekolah yang di Cibiru itu. Dan satu lagi di Cibiru Hilir yang di Cileunyi itu basecamp untuk orang yang sudah melahirkan ngurus anak di situ, beda tempat," kata Yudi.
Saat korban akan melahirkan, Herry Wirawan akan meminta salah satu santriwatinya untuk mengantarkan korban ke bidan terdekat dan dipesankan transportasi online.
Advertisement
4. Ada Kecurigaan dari Bidan
Bidan yang menangani sempat menaruh curiga, sebab korban datang melahirkan tanpa didampingi suaminya. Korban dan temannya hanya mengaku bila suaminya saat ini sedang dinas di luar kota.
"Saat melahirkan itu diantar sama temannya bukan diantar sama si pelaku. Cuma kayak disuruh ke warung saja kamu antarkan dia mau melahirkan," ujar Yudi.
Dia mengatakan, Herry juga sempat ditanyai oleh keluarganya terkait adanya anak-anak di tempatnya mengajar. Dia berdalih bayi dan beberapa balita merupakan anak yatim piatu yang diasuh di pesantrennya.
"Padahal anak santri dan anak dia dibilang ke yang lain itu anak pungut seolah-olah itu jadi panti asuhan nya di basecamp," ucap Yudi.
5. Pelaku Kerap Bisikkan Kalimat Hipnotis ke Santriwati
Yudi menyatakan korban pencabulan dari Herry Wirawan, seorang guru di Pesantren Manarul Huda di Cibiru, Bandung kerap ditolak saat merayu santriwatinya. Namun, acap kali korban tak bisa menolak setelah Herry memberikan bisikan halus ke telinga korban.
"Penolakan ada tapi anehnya kata si korban, dia sudah bilang enggak mau, enggak mau, nah enggak tahu dibisikin apa jadi si anak itu jadi nurut padahal hati enggak nerima, tapi jadi ngikutin," kata Yudi.
Yudi menyatakan korban pun tidak tahu menahu bisikan apa yang dilakukan Herry.
"Kayak hipnotis gitu atau pakai mantra apa sampai si anak-anak itu terdiam, tidak berdaya ngikutin aja keinginan si pelaku itu," ucap dia.
Advertisement
6. Beri Iming-Iming Manis pada Korban
Menurut Yudi, Herry juga memberikan sejumlah iming-iming kepada korbannya.
"Ancaman enggak ada, cuma bujukan saja nanti kalau ingin jadi Polwan nanti bapak urus gampang. Mau kerja di mana gampang, mau mengurus pesantren ini ke depan siapa lagi kalau bukan kalian," jelas Yudi.
Dia mengatakan, Herry Wirawan selalu berhasil memperdaya korban meskipun korban menolak. Pengakuan korban, pelaku seringkali membisikkan sesuatu jika ingin melakukan aksi bejatnya.